Oleh Novita
Handayani
Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Di zaman yang modern seperti sekarang ini seks sudah menjadi
trend bagi kalangan kaum remaja. Hal
ini dapat terjadi karena
kurangnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan seks. Di sini orang
tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan seks seorang anak agar
ke depannya
anak tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak diinginkan. Namun pada
kenyataannya malah justru kebalikannya, para orang tua malah justru
menyepelekan
hal tersebut. Mereka beranggapan bahwa pembicaraan yang berbau seks adalah
pembicaraan yang bersifat tabu.
Padahal pada kenyataannya pendidikan seks sangat berpengaruh pada pergaulan
seorang remaja yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tentunya pendidikan
seks yang dimaksud disini adalah pendidikan seks yang sesuai dengan ajaran
Islam. Pada karya ilmiah ini penulis ingin membahas tentang pentingnya
pendidikan seks sesuai dengan tingkatan usia, faktor-faktor tentang seks bebas,
serta pandangan Islam
tentang hal tersebut. Jika anak sudah mengetahui pendidikan seks, harapan selanjutnya adalah
mereka lebih hati-hati dalam bergaul, karena bagaimanapun juga mereka adalah
generasi muda penerus bangsa yang harus mempunyai karakter luhur sesuai dengan
norma Pancasila.
Kata kunci : pergaulan bebas, pendidikan seks, seks
dalam islam, masalah remaja, mengasuh anak
A.
Pendahuluan
Remaja identik dengan masa pencarian jatidiri. Banyak
diantara mereka yang tidak bisa menemukan tempat untuk konseling tentang
jatidiri, sehingga kebanyakan dari mereka terjerumus ke arah yang tidak tepat,
terutama terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sedangkan pada dasarnya, remaja
adalah generasi penerus bangsa, oleh sebab itu remaja harus mendapat perhatian
khusus baik dari dalam dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat sekitar,
agar kedepannya mereka mampu menjadi penerus bangsa yang dapat dibanggakan oleh
semua orang.
Namun melihat pesatnya perkembangan
jaman pada saat ini, remaja yang harusnya menjadi penerus bangsa menjadi
bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Masuknya kehidupan barat di
Indonesia, banyaknya situs-situs tentang seks di dunia maya, serta kurangnya
atau menipisnya iman seorang remaja menjadikan banyak dari mereka yang
melakukan perilaku menyimpang dari kehidupan yang seharusnya, banyak dari
remaja yang masuk ke dalam pergaulan yang salah, yang dapat merusak cita-cita
dan masa depannya.
Drs. Andi Mappiare (dalam Sudarsono,
1993) menyatakan bahwa masa remaja melingkup periode atau masa bertumbuhnya
seseorang dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Secara
kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulai sesorang menunjukan
tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual, telah
dicapai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh
yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi. (Sudarsono,
1993)
Data Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) 2010 menunjukkan bahwa 51 % remaja di Jabodetabek,
54 % di Surabaya, 47 % di Bandung serta 52 % di Medan telah melakukan hubungan
seks diluar nikah. Bahkan hasil penelitian di Yogyakarta, sekitar 37 %
mahasiswa mengalamai kehamilan sebelum menikah (lihat news.liputan6.com, 2010). Hal ini membuktikan bahwa kurangnya
pendidikan seks di kalangan remaja.
Pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang
diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan
seks, naluri, dan perkawinan (Dr. Abdullah Nashih Ulwan, 1997:56).
Secara umum pendidikan seks yaitu
membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan
tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan ilegal.Seks
bukan hanya seputar hubungan intim pria dan wanita, akan tetapi juga tentang
kesehatan dan perkembangan emosi.
Menurut Islam, hal yang berkaitan
dengan seks bukanlah hal yang asing, seks banyak dibicarakan oleh para ilmuan
dan para ulama. Pembicaraan masalah seks bukanlah berdasarkan pandangan para
ilmuan dan para ulama saja, melainkan berdasarkan kepada pandangan Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Perbincangan tentang seks senantiasa dikaitkan dengan persoalan
aqidah, akhlak, menjauhi kemungkaran, dan tidak mendatangkan kemudahratan
terhadap orang lain. Karena kehadiran agama Islam adalah untuk menuntun umat
manusia kepada jalan kebenaran, sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang
hakiki. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui
masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan, bahkan mampu menerapkan
perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang
tidak islami.
Contoh bentuk nyata rendahnya
pengetahuan tentang seks dan agama terjadi di Semarang, Seorang bocah Kelas I
SD (7 tahun) diduga menjadi korban pencabulan di rumahnya sendiri.
Pencabulan dilakukan oleh siswa kelas I SMP (13 tahun) yang tidak lain adalah
tetangga korban (lihat di www.koran-sindo.com/node/288542, 2013). Kejadian
ini membuat kita bertanya-tanya, apa sebenarnya penyebab seorang anak sampai
berani melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seusianya ? Dan
dimanakah orang tua yang seharusnya mempunyai peran penting terhadap
perkembangan anak dan lingkungannya ? Dari banyak berita di surat kabar,
kebanyakan mereka mengaku melakukan pelecehan dan perkosaan akibat terangsang
oleh film porno, situs porno, bacaan porno, seperti majalah, komik, serta surat
kabar yang memberitakan kasus perkosaan secara mendetail.
Kasus lain juga terjadi di Taman
Sari, Jakarta Barat, terdapat praktik perdagangan ABG. Perempuan yang masih ABG
ini dipaksa menjadi penjaja seks hanya dengan bayaran sangat murah. Modus yang
digunakan para pelaku yaitu menipu para ABG dengan iming-iming pekerjaan
di Jakarta. Kenyataanya adalah mereka harus melayani nafsu para pria hidung belang (lihat di news.detik.com, 2013). Disini peran
orang tua sangatlah penting. Sebab anak tidak akan melakukan hal tersebut jika
orang tua selalu ada dan peduli terhadapnya. Disamping peran orang tua, peran
dalam diri anak sendiri juga perlu diperhatikan. Jangan sampai anak terlalu
tertutup dan tidak pernah sharing terhadap hal-hal yang dilaluinya kepada orang
tua.
Kasus-kasus tersebut membuktikan
bahwa remaja Indonesia banyak menjadi pelaku seks bebas akibat kenaifan mereka
mengenai seks itu sendiri. Rasa tabu, malu, risih, membuat mereka tidak mau
bertanya kepada orang tua maupun guru mengenai seks, sehingga membuat mereka
kian terperosok pada perilaku menyimpang. Di sisi lain, orang tua, keluarga,
juga guru di sekolah merasa enggan atau malau jika harus menjelaskan masalah
seks secara gamblang pada anak-anak mereka.
Melihat kasus-kasus diatas,
menjadikan penulis ingin membahas lebih dalam tentang pendidikana seks, apa
saja penyebab dorongan seks bebas, bagaimana cara menanggulangi hasrat seks
bebas, serta bagaimana pendapat islam tentang seks bebas.
Dengan adanya karya ilmiah ini,
penulis berharap dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang pendidikan
seks terutama bagi orang tua, umat muslim, dan khususnya bagi remaja itu
sendiri. Agar kedepannya kita dapat menghasilkan benih-benih yang lebih
bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
B.
Seks remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak
ke dewasa. Setiap individu pada masa ini sudah memiliki keadaan fisik seperti
orang dewasa, akan tetapi secara psikologis ia belum cukup matang. Apalagi
dengan perkembangan badan anak-anak yang begitu pesat. Jika keluarga khususnya
orang tua gagal membantu anaknya untuk menanamkan nilai-nilai dalam diri sang
anak dan tidak memfasilitasi perkembangan karakter yang baik, maka anak akan
mencari nilai-nilai dari luar dan pembentukan karakternya akan bergantung pada
peneladanan di lingkungan sosial yang luas.
Banyaknya perilaku menyimpang di
dunia remaja terutama dalam hal seks membuktikan bahwa kurangnya bekal yang
diberikan orang tua terhadap pendidikan yang menyeluruh, termasuk pendidikan
seks.Orangtua dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan pemahaman agar
mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, yang justru tidak membuat anak
semakin bingung atau penasaran. Sebab anak adalah sebuah mesin fotocopy
terbaik. Dia akan menirukan apa yang dia lihat, dan apa yang dia dengar. Selain
itu, orang tua harus se dini mungkin mengajarkan tentang agama. Karena jika
anak telah menginjak usia remaja, orang tua tentu tidak akan mungkin bisa
membatasi pergaulan mereka.Orang tua tidak mungkin menjadi bayangan anak yang
ikut kemana saja mereka pergi.
Oleh karena itu, ada baiknya sebelum
orang tua memberikan pemahaman, mereka harus memenuhi syarat-syarat diantaranya
:(1) pengetahuan yang cukup. Orang tua perlu bekal pengetahuan yang
cukup mengenai seksualitas. Sebab sampai sekarang pun, masih banyak dijumpai
orang tua yang belum paham dan mengerti lebih jelas dan dalam tentang dunia
seks; (2) ketrampilan komunikasi. Orang tua perlu memiliki keterampilan
berkomunikasi, menyangkut cara berbicara dan bahasa tubuh. Berbicara pada
anak terutama dalam hal seks haruslah dengan nada yang manis, bersikap santai,
dan tidak malah menakut-nakutinya. Sebab bila tidak pendidikan seks akan gagal
dan sia-sia; (3) keterbukaan. Biasakanlah terbuka pada anak. Sebab jika
tidak, anak akan merasa bahwa dirinya tidak dipedulikan oleh orang tuanya yang
mengakibatkan anak mencari pelampiasan ke lingkungan sekitar yang dia sendiri
belum tau baik dan buruknya lingkungan tersebut, yang terkadang bisa membuatnya
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Selain orang tua, keadaan lingkungan
sekitar juga turut andil dalam faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk
melakukan seks bebas karenalingkungan sekitar merupakan ajang pendidikan kedua
bagi anak-anak setelah keluarga. Di lingkungan sekitarlah anak harus
pandai-pandai dalam memilih teman karena baik buruknya teman yang kita pilih
sangat berdampak pada kehidupan kita nantinya.
Faktor-faktor lain yang mendorong
anak melakukan seks bebas antara lain : (1) salah pengertian terhadap makna
pacaran yang menganggap bahwa hubungan seks adalah bentuk penyaluran kasih
sayang; (2) kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar
ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan
ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun;
(3) kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri
cenderung berakibat negatif, yakni terjadi hubungan seksual pranikah dimasa
pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan mengendalikan
diri akan membawa kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan
melakukan hubungan seks diluar nikah.
Departemen Agama RI Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Menurut isi buku tersebut dampak-dampak
dari perilaku seks bebas diantaranya : (1) Aborsi. Hakikat dari dasar
hukum aborsi adalah haram, termasuk di dalamnya aborsi kehamilan yang
disebabkan oleh seks pranikah, yang mungkin terpaksa dilakukan untuk mengurangi
beban malu terhadap masyarakat. Aborsi merupakan pembunuhan paling sadis
dibandingkan tindakan kriminal lainnya; (2) Putus sekolah. Salah satu
akibat terjadinya seks bebas adalah terputusnya kesempatan melanjutkan studi.
Hal ini dilakukan karena pihak sekolah tidak mau menanggung malu dengan aib
yang dilakukan peserta didiknya; (3) Meningkatnya kriminalitas.
Meningkatnya kriminalitas disini misalnya pengguguran kandungan (aborsi),
pelecehan seksual, yang dapat terjadi karena terlalu seringnya seseorang
melakukan seks bebas sehingga membuatnya ketagihan dan berniat melakukan
pelecehan seksual; (4) Penyebaran berbagai penyakit.
Penyakit
tersebut diantaranya
: (a) Sifilis (singa raja) yaitu penyakit kelamin yang disebabkan oleh
Treponema pallidum yang berbahaya bagi penderita dan keturunannya. Biasanya
penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual dan ciuman; (b) Gonorrhea
(kencing nanah) yaitu penyakit kelamin menular akibat peradangan yang
diakibatkan oleh bakteri gonokokus, Neisseria gonorrhoeae; (c) Herpes
yaitu penyakit yang disebakan oleh virus yang menempel pada alat kelamin. Virus
tersebut dapat memasukkan gen-gen tertentu yang dimiliknya ke dalam sendi-sendi
tubuh dan berdiam disana untuk waktu yang cukup lama, hingga berakibat pada
kelemahan.
Dengan kita tau faktor-faktor yang
mendorong anak melakukan seks bebas, serta penyakit-penyakit yang timbul akibat
melakukan seks bebas, kita dapat mencegah hasrat untuk melakukan seks,
diantaranya :(1) menghilangkan pikiran kotor dan mencoba untuk tidak melamun
memikirkan yang tidak-tidak dengan lawan jenis. Sebab pikiran yang kotor dapat
membangkitkan gairah seksual kita walaupun hanya dengan membayangkan sesuatu.
Mengubah pikiran yang mulai kotor dengan memikirkan sesuatu yang lain yang
lebih berguna dan serius; (2) Menghindari menikmati/melihat yang porno dan
fulgar. Jangan sampai kita memiliki materi-materi ataupun berusaha mengakses hal-hal
yang cabul, fulgar, porno, dan lain sebagainya seperti membaca cerita panas,
melihat gambar telanjang, nonton film porno, dan lain-lain;(3) Memperbanyak
kegiatan yang menguras tenaga dan waktu, misalnya dengan mengikuti
ekstrakurikuler, kursus, bimbingan belajar, les, kelompok olahraga, club
bikers, pekerjaan sambilan, pekerjaan tambahan dan lain-lain. Dengan sibuknya
berbagai aktivitas dapat menyebabkan kita lelah dan tidak terbesit untuk
berpikir kotor; (4) rajin puasa dan ibadah. Islam itu indah dan sehat, dengan
taat beribadah dan rajin puasa maka otomatis kita akan sangat terlarang untuk
melakukan hal yang melanggar kesusilaan. Berpikir kotor saja tidak apalagi
melakukan hal-hal yang dilarang agama yang dosa besar apabila dikerjakan.
HR. Bukhari dan Muslim menyatakan
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah (jima’ dan
biayanya) maka nikahlah, karena ia lebih dapat membuatmu menahan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena
hal itu baginya adalah pelemah syahwat.”; (5) rajin bersosialisasi dengan teman
dan keluarga. Memiliki hubungan yang sehat dan dekat dengan teman-teman dan
keluarga besar akan membuat kita bisa meredakan birahi hanya dengan
berkomunikasi dengan mereka. Apalagi dengan yang masih anak-anak atau ABG pasti
lebih sibuk lagi (jenis kelamin sama); (6) selalu berpikir efek dampak
buruknya. Apabila kita mengetahui keburukan-keburukan dari hubungan seks bebas
tanpa ikatan pernikahan maka kita akan merasa takut untuk melakukannya; (7)
membuat prinsip. Dengan prinsip hidup yang bersih tidak mau melakukan hal-hal
yang memanjakan hawa nafsu akan memperkuat benteng pertahanan kita dalam
meredakan syahwat yang ada pada diri kita. Tetap konsisten dalam menjaga
prinsip hidup kita dan jangan mudah terpancing untuk melanggarnya.
C.
Pendidikan Seks menurut Islam
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan
kebahagian individu dan keluarga serta masyarakat. Memasuki jenjang rumah
tangga, selain didukung kematangan seksual perlu didukung pula oleh moral
agama, sehingga dapat melaksanakan seksualitasnya secara bertanggung jawab bagi
dirinya masing-masing serta lingkungan sosialnya sesuai dengan agama. Karena
dalam agama telah diatur peranan seks dalam perkawinan dalam kehidupan
sehari-hari. Islam tidak mengabaikan pengaturan terhadap kecenderungan seksual
dan membimbing individu muslim menuju langkah-langkah pencegahan dan
penyembuhan yang dapat memastikan kesucian diri manusia. Besarnya perhatian
islam terhadap masalah seksual bagi anak mumayiz (anak yang sudah mencapai usia
dimana seorang anak sudah mulai bisa membedakan mana hal yang bermanfaat
baginya dan mana hal yang membahanyakan dirinya) tidaklah semata mata
menjelaskan secara detail tentang seks berdasarkan pemahaman sisi kemanusiaan
semata, melainkan berperan juga dalam melekatkan kaidah-kaidah tersebut untuk
menjaga setiap individu. Fase puber (remaja) ditangani Islam dengan penuh
hikmah, yaitu dengan sebesar mungkin menggunakan energi yang meledak pada diri
remaja itu, dan mengendalikannya serta mengarahkannya ke arah yang benar. Hal
ini dilakukan agar anak tidak mendapat masalah yang bisa membuat dirinya
menyimpang perilakunya, atau mempengaruhi fisik dan akalnya.
Pendidikan Remaja antara Islam dan
Ilmu Jiwa Pemfokusan pada pendidikan, terutama pendidikan kejiwaan dan
intelektualitas, adalah sesuatu yang alami yang dituntut oleh pertumbuhan fisik
dan akal yang cepat bagi remaja, sehingga memerlukan pengarahan dan pendidikan
yang serius. Kedua orang tua hendaknya menuntun mereka dengan pendidikan dan
aturan-aturan alami. Orang tua seharusnya membuat hal-hal yang baik untuk
pendidikan anak dengan membantu mereka sesuai gejolak seksual mereka. Karena
syariat islam mengajak untuk memulai pendidikan seks bagi ayah, ibu, serta
pendidik terlebih dahulu. Sebab mereka merupakan perantara bagi islam dalam
menjalankan tugas pendidikan seks kepada anak-anaknya (M. Sayyid, dkk,
2007:93).
Kebanyakan anak bertanya tentang
masalah-masalah seks karena disebabkan instignnya, maka jawaban haruslah benar
dengan menggunakan bahasa kiasan, sindiran, dan bersifat saran. Maka jika
seorang anak bertanya tentang seks, maka hal itu merupakan kewajiban orangtua
untuk memberikan pemahaman kepada mereka dengan teliti dan jujur serta tidak
membuat kebohongan. Kemudian mengarahkannya pada teks-teks Al-quran dan
hukum-hukum syariat yang berkaitan untuk menjelaskan masalah tersebut padanya.
Islam tidak hanya menganjurkan
perbaikan perilaku seksual pada dunia anak-anak saja, melainkan juga, dan yang
paling utama kehidupan orang dewasa. Sebab, apabila pendidik muslim berhasil
dalam mengatur aktivitas seksual pada orang dewasa, hal itu akan berpengaruh
terhadap pendidikan seksual pada anak, yang mana orang dewasa, khususnya orang
tua, dapat mengajarkan keadaan anak sikap-sikap yang baik. Apabila pendidikan
Islam tentang seks tidak disertai dengan kesadaran lingkungan, maka hal itu
akan mendatangkan kegagalan dalam menanamkan, pada anak, kebiasaan yang
diinginkan syariat.
Berdasarkan asumsi bahwa ayah, ibu,
dan orang-orang dewasa lain memiliki pengaruh langsung dan abadi, kadang-kadang
terhadap anak-anak mereka, maka syariat Islam ingin memastikan masalah
penguasaan mereka terhadap sudut pandang Islam dalam masalah seksual, baik
secara teoritis maupun praktis. Dengan demikian, hal itu akan membantu mereka
dalam menjalankan tugas pendidikan seks terhadap diri mereka sendiri dan
terhadap anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Pelaksanaan
pendidikan seksual bagi anak akan menjadi lebih mudah apabila orang dewasa mempraktikkan
kebiasaan seksual yang Islami disertai pengalaman hukum-hukum fikih yang
berkaitan dengannya.
D.
Kesimpulan
Dari semua uraian diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan
pembelajaran tentang seks, kelamin, moral, hukum, dan lain sebagainya.
Pendidikan seks ini bertujuan agar kedepannya orang tua semakin mudah dalam
memahami perkembangan tumbuh kembang anak dan dapat menerapkan pendidikan seks
ini kepada anak sesuai dengan umur mereka sesuai dengan ajaran Islam.
E.
Referensi
Surbakti, E. B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda.
Jakarta: Elex Komputindo.
Sayyid, M.
& Muhammad Ad-za’balawi. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu
Jiwa. Jakarta: Gema Insani
Departemen
Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. (2003). Islam Untuk
Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam
Sudarsono. (1993). Etika Islam Tentang Kenakalan
Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Madani, Yusuf. 2003. Pendidikan Seks untuk Anak
dalam Islam. Jakarta: Pustaka Zahra
F.
Daftar
Pustaka
Liputan 6.
(2010). “BKKBN: 51 Persen Remaja Jabotabek Tidak Perawan” diunduh dari (http://news.liputan6.com/read/308777/bkkbn-51-persen-remaja-jabotabek-tidak-perawan) pada 26
Oktober 2013
Detiknews.
(2013). “5 Cerita Miris Tentang ABG Korban ‘Budak Seks’ di Taman Sari” diunduh
dari (http://news.detik.com/read/2013/09/03/120516/2347835/10/1/5-cerita-miris-tentang-abg-korban-budak-seks-di-taman-sari#bigpic) pada 26
Oktober 2013
Koran Sindo.
(2013). “Remaja 13 Tahun Cabuli Siswi SD” diunduh dari (http://www.koran-sindo.com/node/288542) pada 26
Oktober 2013
Anonim.
(2004). “Pentingnya
Pendidikan Seks Untuk Anak” diunduhdari (http://m.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/26545/Pentingnya-Pendidikan-Seks-Untuk-Anak-Artikel) pada 4
November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar