Luntur Bahasa Daerah dan Nasional
Oleh Muhammad Toriq
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Abstract
Berdasarkan bentuk
geografis yang luas dan berupa ratusan kepulauan, membuat indonesia mempunyai
budaya, bahasa, dan ras yang beragam. Indonesia mempunyai bahasa nasional yang
mempersatukan beragam bahasa yang ada. Akan tetapi masyarakat indonesia kurang
akan kesadaran dalam memelihara bahasa persatuan tersebut. Diera globalisasi
seperti sekarang ini membuat kondisi Indonesia kesulitan untuk menjaga keutuhan
budaya dan bahasa. Tekanan
arus globalisasi yang melanda bangsa-bangsa yang sedang berkembang menimbulkan
perubahan yang semakin cepat dan luas dalam berbagai wilayah kehidupan. Berbagai
masalah nasional datang di negeri ini dan masalah negara datang dari sosial,
ekonomi, dan politik , akan tetapi masalah yang tidak disadari adalah hilangnya
bahasa daerah, bahasa persatuan, dan budaya. Artikel ini mengungkapkan ide saya
dalam analisis bahasa nasional saat ini.
Keywords : bahasa era globalisasi, perubahan bahasa, pergeseran
bahasa.
1. Pendahuluan
Saya hendak mengambil titik pembahasan masalah yang ada
diperkembangan bahasa, dan mengamati dalam bentuk 4 garis utama tentang perubahan
bahasa tersebut. (1) adanya serapan bahsa luar yang masuk dan tidak terkontrol
sehingga banyak kata serapan yang seharusnya tidak bisa dipakai; (2) kurang
pahamnya arti dari budaya sehingga tidak tau cara untuk membudayakan suatu
bahasa ; (3) kurang antusias masyarakat terhadap merawat budaya terlebih
bahasa; dan (4) pengaruh media yang merubah tatanan bahasa. Beranjak ke
pembahasan langsung, Bahasa Indonesia merupakan media
komunikasi yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berbahasa antar daerah.
Bahasa Indonesia juga bisa disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia itu
sendiri. Setiap rakyat indonesia seharusnya bangga terhadap bahasanya sendiri
sebagai identitas bangsa. Bentuk dari rasa hormat terhadap bahasa yang
dijadikan bahasa daerah ialah menjaga keutuhan bahasa, menggunakan bahasa
nasional dengan baik dan benar, dan tidak merusak tatanan bahasa yang sudah
ada.
Globalisasi merupakan salah satu pengaruh besar pergeseran
budaya.Dengan ditetapkannya bahasa internasional yang terdiri dari bahasa 7
bahasa asing membuat seseorang diharuskan dapat menguasai salah satu dari 7 bahasa
internasional tersebut. Serapan-serapan kata yang berasal dari bahasa asing
menjadi analog yang tidak terkontrol, kata-kata dalam bahasa nasional mulai
tergeser dan tergantikan oleh serapan baru tersebut yang sebetulnya bila dikaji
melalui apresiasi sastra dan kamus besar bahasa indonesia dapat dikategorikan
dalam kata tidak baku atau kurang tepat digunakan.
Bahasa merupakan salahsatu bagian dari budaya. Dalam era
globalisasi kasus budaya-budaya punah atau hilang banyak ditemukan
dikarenakan bentuk tidak respon
masyarakat atas nilai penting dari budaya yang pada akhirnya mengakibatkan
masalah dalam bentuk sosial-budaya dengan dimulainya sikap tidak menghargai,
memakai, ataupun melestarikan budaya indonesia. Negara kita selalu mengupayakan
lestari budaya, mengadakan program program penunjang budaya, akan tetapi faktor
manusia yang majemuk terkadang yang menjadi masalah utama semua program program
tersebut berhenti di tenggah jalan. Setelah arti budaya yang kurang dimengerti
oleh masyarakat, kembali ke kasus utama yaitu bahasa, bahasa yang sekarang ini
banyak terpengaruh dari berbagai faktor salah satunya media. Faktor pembentuk
bahasa yang mengambil porsi besar ialah media, banyak media kita kenal dan
media-media tersebut memberikan sugesti besar dalam merubah bahasa yang telah
benar menuju serapan serapan baru yang dirasa kurang tepat.
2. Bahasa dan Pendidikan Pelestarian Budaya
Dari segi bahasa, Indonesia adalah salah satu negara terkaya diseluruh
permukaan dibumi. Dari jumlah total lima sampai enam ribu bahasa di dunia,
dinegri kita, di Nusantara ini terdapat enam ratus bahasa, dan bahkan lebih,
yang digunakan oleh sekitar 215 juta penutur. Bahasa merupakan alat utama, modal utama, dan satu
satunya cara untuk berkomunikasi. Selain pemerintahan,dalam pendidikan
merupakan sektor yang mengalami indonesianisasi paling lengkap dan paling cepat.
Pendidikan dalam melestarikan budaya ditanamkan dari kecil. Pendidikan demikian diharapkan
dapat ditumbuhkan pada suatu pribadi untuk menjaga budaya bangsa dimasa datang. Bahasa persatuan
maupun bahasa daerah kita yang semakin tidak terjaga menandakan bahwa pendidikan
dasar kita kurang memasukkan modal dasar
peduli bahasa. Tidak hanya dipendidikan dasar saja melainkan pelestarian budaya
sering disampaikan di sekolah mengah pertama (SMP) banyak penerapan teori teori
pelestarian budaya yang dimasukkan dalam mata pelajaran sosial terutama
sosiologi, di pelajaran bahasa indonesia tentu siswa sudah dituntut mengunakan
bahasa yang benar. Di sekolah mengah atas (SMA) penerapan pelestarian budaya
tentu juga sudah ditanamkan lebih spesifik, ditanam di mata pelajaran bahasa
indonesia yang lebih mendetail. Karena penjurusan di jenjang SMA antara kelas
IPS dan IPA membedakan anak sosial lebih dijuruskan pada beragam sosial
terkusus budaya. Dalam tingkat SMA baik IPA maupun IPS materi yang ada di mata
pelajaran bahasa indonesia tidak dibedakan atau sama. Akan tetapi semua hal
yang disampaikan lewat sektor pendidikan di Indonesia masih kurang untuk
mencapai lestari budaya dan bahasa.
Bahasa Indonesia yang tadinya hanya
merupakan bahasa Melayu dengan pendukung yang kecil telah berkembang menjadi
bahasa Indonesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 250
juta rakyat di Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang
tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa
lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa
Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup
besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi
bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam
persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan
bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh
dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
Penduduk
Indonesia (5 th. Ke atas)
dan
bahasa Indonesia (th. 2006)
|
||
Kategori
|
Penutur
bahasa indonesia
[BI
bahasa [BI bahasa
Pertama] kedua]
|
Bukan
Penutur bahasa Indonesia
|
%
Penutur
|
82,8%
[12,1%] [70,7%]
|
17,2%
|
Tabel
1. Cuplikan sensus persentase penutur bahasa indonesia
dan yang bukan penutur bahasa indonesia. (lihat kasus ajib bahasa indonesia hal.89)
Di tabel 1 desajikan informasi tenatang persentase
penutur bahasa indonesia baik dikelompokkan dari penutur bahasa indonesia untuk
bahasa pertrama atau kedua. Lebih rincinya untuk tahun 2006 keatas. Dapat
disimpulkan bahwa penutur bahasa indonesia yang dijadikan sebagai bahasa kedua
mendominasi, hal tersebut menunjukkan bahasa yang sehari hari digunakan adalah bahasa daerah. Dan tetap bisa menjadi
penutur bahasa yang baik wujud dari pelestarian budaya terkusus bahasa. Yang
sudah berhasil ditanamkan dari pendidikan dasar hingga atas.
3.Pergeseran Bahasa Persatuan dan Daerah
Pergeseran bahasa adalah perubahan secara tetap dalam pilihan
bahasa seorang untuk keperluan sehari hari, terutama sebagai akibat migrasi.
Dengan seringnya pergeseran bahasa akan
menimbulkan kepunahan bahasa yaitu hilangnya bahasa persatuan atau daerah yang berimpas
dari penuturnya mengunakan bahasa lain. Indonesia terletak di
persilangan Asia Selatan dan Asia Timur, yang dari dahulu hingga sekarang dikunjungi
oleh para pedagang-pedagang dari samudra Hindia, Eropa dan Cina, Indonesia
memang sudah terbuka pada pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh bahasa
sangsekerta, bahasa proses indianisme; bahasa Arab, bahasa pengislaman; bahasa
Belanda, bahasa pemerintah kolonial yang elit Indonesia sebelum kemerdekaan;
bahasa Inggris, bahasa perhubungan Internasional dan penguasaannya, hal-hal
tersebut merupakan tanda pendidikan dan kebudayaan menggantikan posisi bahasa
Belanda, serta bahasa Cina yang masih hidup dikalangan masyarakat Cina. Pada
daftar ini, perlu ditambahkan bahasa-bahasa lain yang juga ikut memperkaya
kosakata Nusantara: bahasa Tamil, Persia, Portugis, Hindi, Bengali, Jepang,
Latin, Prancis. Berkat dari semua itu bahasa Nasional kita mempunyai beraneka
ragam masukan atau serapan yang indah sebenarnya.
Berkat statusnya sebagai bahasa yang resmi, bahasa administrasi,
pendidikan, dan media masa nasional, menjadikan pengguna mayoritas yang
menggunakannya ialah kalangan berkuasa (lihat Kasus Ajaib Bahasa Indonesia hal.32), data tersebut
merupakan hasil penelitian awal tahun 2000. Tentusaja pada kondisi sekarang
sudah berkembang dari masyarakat yang tadinya kurang memakai bahasa indonesia
dengan baik beranjak mejadi kalangan yang sudah belajar hingga memakai bahasa
dengan baik dan benar. Dalam era sekarang banyak pula masyarakat yang dulunya
dikata sebagai kalangan penguasa justru merusak bahasa yang sudah benar, karena
sering bergaulnya dengan bahasa asing dan muncullah serapan-serapan yang kurang
dibenarkan. Budaya yang beragam dalam arti beragam suku dikarenakan letak
geografis yang beraneka ragam pula, diperlukan bahasa komunikasi yang
menyatukan bahasa daerah daerah tersebut. Bahasa indonesia adalah bahasa
komunikasi antarsuku yang utama. Dalam sebuah sensus atau survey sebelum bahasa
indonesia sebagai bahasa nasional melemah bahasa daerahlah yang justru mulai
lemah terlebih dahulu. Bahasa daerah tetap menjadi unsur penting dalam panorama
sosiolinguistik indonesia, paling tidak sampai sekarang ini masih dipakai
mayoritas penduduk indonesia sebagai bahasa ibu. Meskipun bahasa bahasa daerah
mengalami kemunduran , namun dari daerah satu kedaerah lain dalam arti bahasa
daerah satu dengan yang lain tinggkat keparahannya berbeda.
Dalam
masyarakat yang terbuka, artinya para anggota dapat menerima kedatangan anggota
masyarakat lain, baik dari satu ataupun lebih dari satu masyarakat, akan
terjadilah kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan
saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang. Indoneesia
adalah negara multikultural dan multilingual. Selain bahasa yang digunakan
sebagai bahasa nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah, besar maupun
kecil, yang digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk
keperluan yang bersifat kedaerahan. Dalam masyarakat multilingual yang
mobilitas gerak tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung
menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya ataupun sebagian, sesuai
dengan kebutuhannya.
Dalam
kondisi geografis, suku , hingga bermasyarakat dapat didefinisikan bahwa
tinggkat kefasihan sesorang dalam menggunakan dua bahasa sanggat tergantung
pada adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika kesempatan yang
dia dapat banyak maka tinggkat kefasihan akan baik juga, akan tetapi di negara
kita ini sering terjadi seorang atau masyarakat multilingual tidak dapat
menempatkan posisinya ketika ada kesempatan, dan menghasilkan bahasa yang
mereka gunakan menjadi satu yaitu kedua bahasa yang sebelumnya sering digunakan
dijadikan satu.
Pada tinggkat daerah, bahasa-bahasa daerah menjalankan segala
fungsi-fungsi yang lebih beragam. Diliahat dari segi kebahasaan, bahasa-bahasa
daerah ini hanya dapat diakui karena nilai manfaatnya sebagai bahasa
perhubungan intra daerah dan lebih tepatnya ialah sesuatu yang digunakan dalam
perhubungan di dalam masyarakat daerah dan keluarga lebih seringnya. Akan
tetapi karena bahasa daerah hanya dapat sepenuhnya mencapai peran budaya dan
kebahasaannya di tataran nasional, justru nilai bahasa-bahasa daerahlah yang
terutama menarik perhatian para perencana, ideologi dan ahli bahasa. Bahasa
daerah merupakan alat pembentuk sekaligus salah satu unsur kepribadian bangsa.
Unsur ini hanya satu dan banyak unsur
lain dalam suatu keutuhan budaya yang koheren, yang menyebabkan peran bahasa
daerah menjadi terbatas. Di sana-sini dikatakan bahwa bangsa Indonesia menggali
kekuatannya dari bahasa bahasa daerah. Barangkali dikarenakan budaya dalam
bahasa-bahasa tersebut telah memiliki daya pembentuk kepribadian. Akan tetapi,
fungsi paling mendasar dari bahasa-bahasa tersebut ialah sebagai salah satu
pemeran dalam menyumbangkan membentuk khazanah kebudayaan Indonesia, dengan
cara memperkayakan, mendukung kebhinekaanya, atau dengan mendukung pengembangan
dan pembinaannya.
Tentu untuk menjaga bahasa yang sudah ada perlu pengorbanan ekstra
dari pemerintah, masyarakat, dan individu-individu atau semua pihak yang
menggunakan bahasa daerah atau bahasa persatuan. Pergerakan selama belakangan
tahun ini perlu diakaui bahawa program program pemerintah dalam melestarikan
bahasa terus menerus diadakan akan tetapi dari pihak penutur kurang paham arti
program program tersebut, memang hal ini sudah sering dialami di indonesia baik
program pendidikan, budaya, maupun program program yang lain, seolah olah
pemikiran masayarakat indonesia suadah mengakar untuk kontra dalam semua
program pemerintah. Hal itu merupakan kasus utama atau akar dari permasalahan
bahasa kita mengalami pergeseran kearah kurang baku secara tidak kita sadari.
Bila kita pro dalam semua program pemerintah dan program program itu
berjalan dengan baik maka pergeseran bahasa tetap akan terjadi tetapi akan
menaikkan tinggkat kontrol perubahan bahasa daerah maupun persatuan.
Masuk
dalam kasus-kasus yang ada di negeri ini :
Berdasarkan
hasil penelitian dari UNESCO Pada abad 21 atau sekitar tahun 2090-an, sekitar
90 persen dari 700 bahasa daerah yang terdapat di Indonesia terancam punah.
(lihat www.haluankepri.com 16/11/2011). Betapa banyak bahasa yang hendak punah,
kepunahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Negeri ini tidak lagi
memiliki budaya yang berupa berbahasa yang tidak kaya lagi.
Kasus
paham bahwa globalisasi akan membuat dunia seragam mulai megakar pada
masyarakat indonesia ( lihat www.diedith-arc.blogspot.com
26/10/12). globalisasi akan menghapus
identitas dan jati diri, menyeragamkan bahasa yang ada menghapus bahasa kecil,
bahasa daerah.
Terakhir
satu kasus yang muncul pada kasus entertaiment viky yang membawa bahasa baru
untuk menunjukkan figur yang cerdas dalam dirinya, akan tetapi bahasa bahasa
asing yang digunakan merupakan serapan yang tidak menerapkan kaidah-kaidah
berbahasa yang dibakukan (lihat www.suaramerdeka.com
26/09/2013).
Kembali kemaksud dari pergeseran bahasa kearah yang kurang baik,
apabila gaya bahasa telah berubah tanpa ada filterisasi yang baik dan tepat.
Serapan serapan baru akan muncul dengan tidak terkontrol di pergeseran bahasa
yang mengarah yang kurang baik. Hal ini sering sekali terjadi kepada remaja
remaja indonesia saat ini. Kalangan remaja sedang bersekolah, yang tentunya
tidak mengherankan, karena kelompok ini merupakan kelompok yang wajib
mempelajari bahasa indonesia. Akan tetapi penggunaan bahasa indonesia meluber
melampaui gedung sekolah. Diluar pendidikan di sekolah dalam arti pengawasan
ahli bahasa, para remaja jawa banyak yang mencoba-coba bereksperimen mencampur
bahasa daerahnya dengan bahasa indonesia. Begitu pula remaja tionghoa, remaja
dari barat, dan dari luar negara mereka pasti masih terbata bata dengan bahasa
indonesia, jika mereka masih mencampur bahasa asal mereka, hal ini yang menjadi
tiruan remaja asli indonesia.Kondisi dan fakta tersebut jelas sudah
mengakar dari dahulu, setiap ada sesuatu yang terliahat unik sedikit pasti
ditiru oleh remaja tanah air terutama dalam hal tuturan yang mudah sekali
ditiru.kalau sudah begini tentu susah untuk mengubah atau mengatur filterisasi
yang lebih ketat. Kondisi ini juga mempengaruhi etika, norma, dan krisis bahasa
yang baik menjadi hilang.
Selama
ini peran media untuk kegiatan pendidikan, hiburan, informasi, hingga politik
sangatlah mendasar dalam arti sangat dibutuhkan. Segala macam bentuk media yang
digunakan untuk kepentingan-kepentingan tersebut dari media cetak, media audio
visual, media grafik, sampai media internet terus menerus dikembangkan dan
disesuaikan penggunaanya sesuai dengan kebutuhan dan membuat lebih effisien. Melalui
media pula segala pengaruh negative muncul, pengaruh pengaruh tersebut yang
nantinya menimbulkan berbagai masalah baru. Terakhir tokoh baru muncul di
segala media informasi yang ada, dia dikenal ketika dia tersandung masalah dan
meninggalkan berbagai kata-kata yang tidak pas, dia ialah viky tokoh yang
membuat virus kata-kata yang salah untuk dipakai. Setelah dia meghilang dirumah
tahanan. Dimedia internet, disosial mediapun para remaja nusantara memulai
menggunakan kata-kata yang tidak benar dari viky, bahkan mereka menambahkan
berbagai kata kata yang tidak pas saat mereka bereksperimen untuk bercanda
dengan teman.
Hal
seperti itu adalah sifat dari media yang sangat cepat menyebarkan segala
informasi, dan tidak akan pernah mau mengenal dampak yang akan didapat setelah
informasi tersebut telah menyebar ke orang banyak. Dari media elektronik saja
seperti pesawat televisi, seluruh keluarga yang ada di kulit geografi indonesia
dapat dipastikan mempunyai alat elektronik tersebut. dari anak-anak hingga
lanjut usia dapat dengan mudah mengkonsumsi informasi informasi yang disajikan
oleh media media yang ada. Selain sisi negative, media-media yang ada juga
membantu perbaikan atau perencanaan program pembudayaan bahasa yang
diprogramkan pemerintah. Berkat media-media yang telah ada dapat ditemui bahwa
perkembangan bahasa di negara Indonesia seperti apa, banyak penelitian dari
berbagai universitas tentang perkembangan bahasa daerah atau bahasa persatuan .dari
pakar linguistik universitas negri indonesia, mengatakan sebanyak 169 bahasa
etnik dikawasan indonesia timur hanya dituturkan 500 orang hingga masuk dalam
golongan bahasa yang terancam punah. (lihat www.republika.co.id 09/09/2013). Dalam kondisi
penutur yang kurang dari 1.000 maka masuk dalam golongan bahasa yang terancam
punah karena kalau orang yang mengucapnya sedikit akan sulit bertahan.
Dalam
hal tersebut sudah jelas terlihat bahwa bahasa yang hampir hilang dapat mudah
diketahui melalui perkembangan iptek yang semakin maju dinegara kita.
Perkembangan iptek bertugas memelihara dan terus menjaga bahasa bahkan budaya tanah
air. Tugas generasi muda sekarang adalah saling mengerti dan mulai memahami
para ahli yang menemukan penemuan serupa. Lebih lanjut masih ada banyak
persoalan yang menjadi penghambat jalannya rencana rencana yang disusun seperti
hanya yang sudah ada. Dari berbagai bahasa daerah, penting untuk digarisbawahi
kedudukan khusus bahasa jawa, bahasa suku terbesar di Indonesia berkisar hingga
40% penduduk dan pemegang kekuasaan politik (lihat www.wikipedia.com suku
jawa). Pada tataran regional, bahasa jawa juga diuntungkan oleh transmigasi
yang mentrasfer masyarakat banyak yang penutur bahasa jawa ke luar jawa. Dalam
kasus lama daerah lampung karena sering
mendapatkan lotaran masyarakat dari pulau jawa, sehingga masyarakatpun sering
menggunakan bahasa jawa, seperti dalam radio beberapa di lampung menggunakan
bahasa jawa. Kasus seperti ini sebenarnya tidak hanya ditemui di lampung saja,
banyak daerah yang mengalami keadaan serupa.
Dan
pada kenyataannya Semenjak indonesia merdeka bahasa Indonesia berkembang tanpa
menyeret bahasa-bahasa daerah dalam kemunduran, penyebarluasannya pun diiringi
dengan perkembangan kedwibahasaan yang sangat pesat, sehingga kedwibahasaan
menjadi norma dalam kemampuan berbahasa di Nusantara. Akan tetapi, pernyataan
tentang bahasa-bahasa daerah ini banyak berlandas pada gambaran resmi sesaat
yang ketetapannya sulit diukur, sementara pengamatan di lapanagan menunjukkan
kenyataan yang berbeda. Pengamatan ini selain terkadang menunjukkan
ketidakmampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, juga memperhatikan
kemunduran besar-besaran bahasa-bahasa daerah, baik di wilayah-wilayah tepian
ataupun yang lebih dekat pusat. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa
daerah sudah tidak berkembang. Pemodernan bahasa indonesia yang dilakukan sejak
beberapa darwasa tidak banyak menguntungkan bahasa-bahasa itu. Selain itu, kita
lihat bahawa dalam suatu bidang kebudayaan masa kini kekosongan kosakata bahasa
daerah semakin meluas, sehingga muncul keperluan untuk berpaling kepada bahasa
Indonesia. Alih kode sangat diuntungkan oleh hal ini yang memang sudah tersebar
luas, kecuali dalam percakapan yang resmi.
5. Kesimpulan
Berdasarkan segala analisis serta berbagi referensi materi yang
dipaparkan diatas, dapat kita simpulkan bahwa budaya terlebih segala bentuk
budaya berbahasa memang memiliki banyak nilai yang mengharuskan untuk dijaga,
dipelihara,dan dilestarikan. Banyak sekali kasus yang membuat pelestarian
budaya bahasa kesulitan untuk dilestariakan. Kondisi bahasa diIndonesia saat
ini menggalami perubahaan seperti mencapurnya bahasa satu dengan yang lain
hingga masuknya bahasa para remaja yang mendapat serapan-serapan yang
seharusnya tidak diperlukan. Selain masalah masalah yang ada, bahasa yang
berada di Indonesia yang memiliki berbagai keunikan menggandung nilai
norma,etika,nalar, dan seni yang indah.
Agenda
mendatang yang harusnya dilakukan adalah: melakukan segala bentuk pelestarian
budaya terlebih bahasa, baik bahasa persatuan ataupun bahasa ibu/daerah, hal
tersebut akan berjalan baik jika dimulai dengan diri sendiri. Satu hal yang sebenarnya
membuat luntur bahasa ialah banyaknya terpengaruh oleh pergaulan serta media
yang membuat berbagai sugesti masyarakat akan menggunakan bahasa tidak layak.
Karena adanya hal tersebut kita harus selektif dalam negkonsumsi segala bentuk
informasi dari media. Tentu saja untuk memulai menjalankan hal tersebut bagi
masyarakat yang jamak tidaklah mudah, diperlukan waktu yang lama. Dengan
demikian perlu adanya kerjasama di semua aspek dalam masyarakat, dari
pemerintah diharapkan akan terus mengandakan program-program positive untuk
pelestarian budaya bahasa, dan dari aspek keluarga diharapkan akan selalu
menyadarkan satu dengan yang lain betapa pentingnya program-program tersebut,
dan dari pribadi diharapkan pula akan selalu menjadi manusia yang mempunyai nilai
nilai yang cukup untuk selalu menjaga budaya sendiri.
Daftar
Pustaka
Kuswardono,
singgih (2013). “sosilinguistik Arab.” februari, hal 113-124.
Samsuri
(1978). Analisa Bahasa . Jakarta : Erlangga.
Samuel, jerome (2008). Kasus Ajaib Bahasa
Indonesia. Disunting oleh Emma Sitohang dan Nababan. Dialihbahasakan oleh
Dhany Saraswati wardhany. Jakarta: Populer Gramedia.
Referensi Media Massa
Republika.
(2013). “Universitas Indonesia menemukan 500 bahasa akan punah” diunduh dari (http://republika/home/nasional/daerah/2013/09/09), pada 09 september 2013.
Kompas.
(2012). “marak penggunaan bahasa asing dimedia massa dan Lingkup politik”
diunduh dari (http://kompas/news/2011/10/28), pada 02 september 2013.
Suaramerdeka.
(2013). “Publikfigur Viky” diunduh dari (http://suaramerdeka/home/hot/news/2013/09/26), pada 02 september 2013.
Diedith_Arc.
(2012). “peranan bahasa indonesia dalam
era Globalisasi” diunduh dari (http://diedith-arc.blogspot.com/2012/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam-era_26), pada 20 November 2013.
Haluankepri.(2011).
“700 Bahasa Daerah
Terancam Punah” diunduh dari (http://www.haluankepri.com/tanjungpinang/20607-700-bahasa-daerah-terancam-punah), pada 20 November 2013.
Keytablog.(2012).
“Bahasa Jawa-pun Terancam Punah” diunduh dari (http://keytablog.blogspot.com/2012/10/bahasa-jawa-pun-terancam-punah), pada 25 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar