Pendidikan
Seks Terhadap Anak
Hadi Noviyanto
Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang
hadinoviyanto@yahoo.com
Abstrak
Anak adalah wujud dari kepolosan dunia.
Ketidak tauan anak tentang seks sering kali menjadi alasan pelecehan oleh orang
dewasa. Anak memandang seks sebagai sesuatu yang tabu atau vulgar. Berdasar
fakta kasus semakin meningkat karena anak tidak mendapat pendidikan seks dengan
jelas. Pendidikan seks pada anak usia dini mungkin merupakan solusi. Akan
tetapi anak mungkin belum bisa menerima secara mental. Tak jarang anak lebih
condong ke pikira joroknya dari pada efek yang dia dapat ketika dia mengerti
apa itu seks. Dalam perkembangan bahasapun kata seks malah disalah artikan
menjadi hal yang tabu. Anak harus mendapatkan pendidikan seks yang sesuai
dengan umurnya. Secara psikologi anak sangat membutuhkan bimbingan orang dewasa
untuk mengerti definisi seks secara layak, karena anak masih belum bisa
selektif kepada setiap informasi yang didapat. Pengajar maupun orang tua mampu
mengikuti langkah proses konsuling ketika menerangkan kepada anak. Ada banyak
hal yang harus dihindari ketikan menerangkan kepada anak. Itu dikarenakan anak
masih awam dalam hal itu. Keterbukaan orang tua sangat penting demi kemajuan
dan keselamatan anak dari gagap seks.
Kata kunci : bimbingan, anak, seks
Pendahuluan
Dewasa ini sering sekali terjadi pelecehan
seksual oleh orang dewasa terhadap anak anak. Anak anak lebih menjadi sasaran
orang dewasa karena anak anak dianggap sebagai makhluk yang polos. Kepolosan
anak ini dimanfaatkan beberapa oknum untuk melakukan tindak asusila terhadap
anak dibawah umur. tidak banyak pelaku dari tindak asusila itu adalah kerabat
atau bahkan keluarga korban. Anak memang kurang mengerti dalam hal
pendidikan seks. Mereka menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan seks
itu adalah menyimpang. Bukan tanpa alasan mereka seperti itu, banyak factor
yang mempengaruhi seperti : (1) Keluarga (2) lingkungan masyarakat (3)
pendidikan (Syamsul Yusuf, 2009). Menurut saya factor yang paling berpengaruh
dalam masalah ini adalah faktor pendidikan, karena pendidikan adalah hal utama
yang membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan adalah landasan atau pondasi
bagi setiap bangunan kehidupan. Jika pendidikan rapuh, maka kehidupan akan
lebih mudah dirobohkan oleh faktor dari luar.
“Kasus kekerasan,
utamanya kekerasan seksual pada anak, meningkat pesat tahun 2013 ini. Dari
sekitar 30-an kasus tahun 2012, baru pertengahan 2013 sudah meningkat menjadi
535 kasus. Jumlah kekerasan itu, menurut Ketua Komnas Arist Merdeka
Sirait, meningkat pesat sejak 2010 yang tercatat ada 42% dari 246 kasus
kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual, pada 2011 ada 50%dari 259 kasus
kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual, dan 2012 ada 62% dari 47 kasus
kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual.” (detik.com, Kamis, 18/07/2013 16:57 WIB)
Sebuah realita yang
mengejutkan, mengingat bahwa pendidikan di Negara ini telah mengalami kemajuan.
Pendidikan memang dapat menjadi faktor utama kandasnya moralitas bangsa, tetapi
itu semua masih sebatas argument semata. Kejadian kejadian diatas merupakan
dampak dari kurangnya pendidikan seks sejak dini. Memang pada dasarnya itu
adalah hal yang tabu, tetapi sekali lagi itu tergantung dari bagaimana pengajar
menyampaikannya.
Sedangkan untuk kekerasan seksual 535
kasus menurut:
·
Bentuk: sodomi 52 kasus,
perkosaan 280 kasus, pencabulan 182 kasus, dan inses 21 kasus.
·
Modus: obat penenang 15
kasus, diculik lebih dulu 14 kasus, disekap 45 kasus, bujuk rayu dan tipuan:
139 kasus, iming-iming: 131 kasus.
·
Dampak: meninggal 9
kasus, trauma: 345 kasus.
(detik.com, Kamis, 18/07/2013 16:57
WIB)
Dilihat dari modus
tersangka, penggunaan cara bujuk rayu dan tipuan adalah yang paling ampuh. Oleh
karenanya, perlu adanya sosialisasi dari pihak pengajar agar tidak mudah
terkena bujuk rayu pelaku. Sekali lagi pendidikan harus bisa menyampaikan
pentingnya seks sedari dini.
Dengan tidak mengertinya
nak tentang seks, maka itu akan menyudutkan anak sebagai korban pelecehan
seksual. Anak memiliki rasa ingin tahu yang amat tinggi, hal ini sering
dimanfaatkan oleh beberapa orang dewasa untuk melakukan pelecahan seksual. Maka
dari itu, kita harus melakukan pendidikan seks ketika usia anak dirasa sudah
mampu mengerti arti seks secara harfiah. Ini memang bukan merupakan porsi anak,
tapi pada kenyataannya anak mutlak memerlukan pendidikan seks sejak dini.
Memang anak pasti mengatakan bahwa hal itu tabu, tapi sebagai orang dewasa kita
wajib memperkenalkannya secara terperinci. Pendidikan seks memang telah
dicantumkan dalam mapel penjas pada tiap semesternya. Namun, itu sangat kurang
bahkan tidak sedikit guru yang tak mengajarkannya. Meraka hanya mengajarkan
sebatas penyakit menular seksual. Padahal selain itu masih banyak hal tentang
seks yang harus diketahui. Memang sangat terasa janggal ketika seorang guru
menerangkan tentang seks kepada anak anak usia sekolah dasar. Lebih dari
setengahnya asti akan merasa jijik, dan sisanya akan memikirkan yg bukan bukan.
Disini hal yang perlu diperhatikan. Kita harus mengurangi kata kata yang dapat
dianggap anak sebagai sesuatu yang tabu atau jorok.
Pendidikan Seks
Dalam bahasa, seks memilik arti jenis
kelamin. Namun setelah mengalami pergeseran makna, kata seks sering dianggap
hubungan intim. Ini adalah salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
pendidikan seks menjadi sesuatu yang tabu. Banyak orang menganggap bahwa
pendidikan seks adalah cara – cara berhubungan intim, tapi kenyataannya
pendidikan seks adalah pendidikan tentang kesehatan serta fungsional alat
kelamin manusia. Seks merupakan bagian dari pendidikan yang harus ditanamkan
sejak dini pada anak.
Pendidikan seks atau
pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex
education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah
beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi di kalangan anak anak. Materi pendidikan seks bagi para
anak ini terutama ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan
perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang
komprehensif termasuk bagi para anak anak. Berikut adalah tahapan pendidikan seks
berdasarkan perkembangan anak.
Pada usia 0-2 tahun anak sudah memiliki kemampuan mengenali
kelamin dan membedakan antara pria dan wanita dari karakteristik fisik.
Pada usia 2-5 tahun anak sudah seharusnya memahami konsep
reproduksi paling sederhana bahwa jika seorang pria dan wanita bersama, maka
mereka dapat “menciptakan” bayi.
Pada usia 6-8 tahun anak sudah sewajarnya memahami bahwa akan
terjadi perubahan bada fisik mereka menginjak usia pubertas.
Menginjak usia pubertas yaitu usia 9-12 tahun, anak harus mulai
memahami konsep hubungan antar lawan jenis yang baik dan tepat. Mereka harus
paham tentang konsekuensi dari tindakan mereka.
Menginjak usia dewasa
yaitu usia 13-18 tahun, anak cenderung tertutup perihal perbincangan yang
menyangkut seks, namun jika orang tua telah membiasakan pembicaraan ini dari
awal, anak akan lebih nyaman dan terbuka. (lihat
: http://www.vemale.com 14/10/2013 )
Seks adalah sebuah
masalah. Pernyataan tersebut memiliki makna ganda, tapi memang benar adanya.
Sekks memanglah sebuah masalah ketika kita tidak dapat memilih atau menyeleksinya.
Seks bukan lah sebuah masalah ketika kita melakukan pembahasan tentang kajian
seks.
Istilah diatas sangatlah
menggambarkan betapa sulit dan rumitnya seks. Akan tetapi seseulit apapun itu,
seks dapat disosialisakan sesuai dengan umur dan karakteristik anak itu
sendiri. Kita ambil contohketika anak berusia 2-5 tahun, missal seorang anak
bertanya kepada ibunya, maka ibu harus mampu menjelaskan arti darseks secara
mendalam menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak tersebut.
Metode pengajaran seks
kepada anak meliputi 3 aspek, yaitu pertama, Eliminasi Bahasa, Adalah cara menyampaikan informasi dengan
menggunakan kata kata secukupnya. Dalam hal ini, kita harus pandai dalam
mengubah kata yang kurang senonoh menjadi kata yang mudah didengar. Ini akan
menyebabkan anak lebih mudah menerimanya dan mencernanya dengan pemikiran
mereka sendiri. Penggunaan kata seperti “penis” mungkinbisa diganti dengan
“burung” karena kata ini lebih mudah dimengerti maknannya oleh anak anak.
Pertama kita harus mempermudah anak dalam mengerti dan memahami makna dari tiap
kata yang berhubungan dengan seks. Tapi yang sering menjadi fatal, pendidik
pasti ingin menjadi orang intelek yang mengajarkan seks kepada anak dengan
takaran dari anak remaja. Hal itu sangatlah tidak dibenarkan, karena hal itu
hanya akan menimbulka rasa penasaran dan dapat mengarahkan ke hal yang tak
diinginkan.metode ini hanya akan efektif pada anak usia 5 – 12 tahun karena
mereka masih dalam tahap pencarian dan pemahaman. Hal itu bukan merupakan suatu
acuan tetap, karena perkembangan pemikiran seorang anak juga dipengaruhi oleh
factor lingkungan dan faktor gaya belajar anak dapat mempercepat pemikiran anak.
Kedua, Toleransi dalam seks, kita harus dapat menjadikan seks sebagai sebuah
pandangan tentang gaya pendidikan. Yang perlu diubah pertama adalah anggapan
dari pendidik bahwa seks itu memang bagian dari pendidikan wajib bagi anak.
Pendidikan merupakan awal dari pendidikan yang akan terjadi, jadi pendidik
harus mampu enyampaikan kebenaran tentang seks pada anak didiknya. Toleransi
seks juga harus mengajarkan tentang saling menghargai perbedaan antara gender.
Dalam hal ini, laki laki juga akan mempelajari system seks perrempuan dan
begitupun sebaliknya. Menurut saya cara ini akan menjadi sangat efektif ketika
pengajar mampu menyajikan seks dalm bentuk yang menarik. Mungkin guru bisa
menggunakan alat peraga guna memperjelas gambarang anak tentang alat kelamin
lawan jenis mereka. Cara ini dapat mengurangi rasa penasaran dari peserta didik
karena mereka sudah mengetahui bagaimana bentuknya. Toleransi seks juga harus
mengajarkan tentang perbedaan adatdan kebudayaan dengan keperluan pendidikan.
Contoh sederhana adalah dengan menimbulkan anggapan pada anak bahwa pakaian
adat daerah papua itu merupakan warisan berharga bagi bangsa ini dan bukan
salah satu bentuk dari penyelewengan seks. Ketika anak mampu melakukan
toleransi seks tidak menutup kemungkinan kalo dia akan menganggap seks itu
sebagai pendidikan wajib dan bukan suatu hal yang tabu.
Ketiga, Penumbuhan pengetahuan tentang seks, ini
adalah apa yang kita bahas sejauh ini. Ketika muncul pertanyaan “bagaimana”,
maka akan timbul jawaban “lakukanlah”. Lakukan disini bermakna untuk menyuruh
agar mengajarkannya. Pengajar harus lebih dulu belajar tentang seks sebelum mengajarkannya.
Ketika pengajar lebih mendalami materi maka peserta didik akan merasa lebih
nyaman dan menjadi yakin akan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan adanya
metode ini maka diharapkan jika pendidikan seks menjadi materi wajib yang harus
dikuasai oleh setiap guru di Negara ini. Pendidikan seks menjadi sangat sacral
ketika kita menengok kebelakang dan melihat fakta tentang kejahatan seksual di
Indonesia. Rendahnya latar belakang pendidikan seks hanya akan mengakibatkan
tingginya angka kejahatan seksual. “Ketika sesorang mendapat ilmu secara kurang
mendalam, secara akan secara alami mencari, menggali, atau mungkin
mengembangkan sendiri ilmu itu.” , seperti halnya anak anak yang masih
terdapat dalam masa perkembangan. Berkembangnya anak adalah sesuatu yang sangat
krusial, perlu dampingan orang dewasa guna mengarahkan kehal yang positif dan
bermanfaat bagi apa yang ia perlukan bagi dia kedepannya. Pendidikan seks
sangat bermanfaat bagi masa depannya maka dari itu pendidikan seks menjadi
sesuatu yang penting bagi anak anak.
Pendidikan seks menjadi sangat penting sekaligus menjadi sesuatu
yang sangat berbahaya. Penting karena dapat menghindarkan dari hal hal yang
buruk, dan berbahaya karena dapat menjerumuskan pada hal yang negative seperti
seks bebas dan sejenisnya. Kemana arah pendidikan seks sendiri tergantung pada
pribadi masing masing dan peran pengajar sebagai pembimbing atau pengahar pada
hal hal positif. Meski pendidikan seks merupakan bagian dari mapel penjasorkes,
semua guru terutama guru SD mutlak memerlukan ini karena pendidikan seks
merupakan dasar dari penyelamatan anak dari peecehan seksual.
Konseling
Menurut C. G. Wrenn, konseling adalah
relasi pribadi yang dinamik antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah
dengan mempertimbangkannya bersama – sama. (Wrenn, 1951:59)
Jadi bisa disimpulkan
bawha konseling seks merupakan proses diskusi yang akan menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan seks. Anak usia dini membutuhkan ini karena ini akan
berguna bagi perkembangan psikologinya ketika memasuki masa remaja. Ketika anak
tidak mendapatkan konseling ini, maka anak akan mengeksplorasinya sendiri
dengan cara mereka. Bisa dibayangkan, anak akan mencari menggunakan media yang
sekiranya dapat menyajikan informasi tentang seks. Mengingat kondisi anak yang
belum bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, anak akan melihat apa
yang pertama ia temukan. Bayangkan saja jika anak menemukan sebuah situs yang
merupakan situs porno, maka anak akan memperhatikan dan menelaah apa yang ada
didalamnya. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah anak akan
memperaktekan apa yang dia lihat dalam tayangan itu. Anak memang cepat memahami
suatu informasi melalui visual lebih cepat daripada melalui audio. Jadi pada
dasarnya anak memang harus mendapat bimbingan pendidikan seks yang sesuai
dengan umurnya.
Langkah – langkah dalam
melakukan konseling yaitu, (1)Analisis,
dalam tahap ini kita harus menemukan suatu rumusan dari masalah itu dan
pengumpulan data. Dalm tahap ini akan diketahui asal usul masalah dan harus
dengan cepat menentukan hipotesis dalm masalah tersebut. (2) Sintesis, merupakan
langkah merangkum atau mngurutkan data data dari proses Analisis tadi. Data
yang dirangkum haruslah mempermudah pemahaman dan bukan mempersulit proses.
Langkah ini penting karena merupakan langkah awal dari proses konseling itu
sendiri. (3) Diagnosis, ini merupakan langkah utama. Dalm langkah ini
pembahasan akan lebih menjorok pada permasalahan, sebab-akibat, dan hasil
analisa. Dalam langkah ini akan kita dapatkan metode yang dapat kita gunakan
dalm proses konseling nantinya. Pemilihan metode penyuluhan akan sangat penting
mengingat latar belakang psikologis dari tiap orang itu berbeda beda. (4) Konseling,
ini adalah proses dimana kita harus menyampaikan solusi atau arahan yang telah
didapatkan lewat proses sebelumnya. Langkah ini merupakan tindakan nyata yang
berupa sosialisasi. Konseling dapat dikatakan sukses apa bila sudah tidak ada
pertentangan dalam suatu pemikiran. (5) Tindak Lanjut, ini hanyalah
langkah optional yang akan ditempuh oleh pengajar ketika peserta didik belum
mengerti mengenai pentingnya pendidikan seks. Mengingat bahwa target pendidikan
ini adalah anak SD, maka guru pasti akan melakukan langka ini (Muhammad
Surya, 1998).
Psikologi
Pertambahan usia menyebabkan perubahan hormon
dan psikologis anak yang berubah, dimana masa anak-anak ke masa remaja,
anak-anak yang berada pada masa peralihan cenderung berupaya untuk mencari jati
dirinya, memberontak, dan bertindak semaunya. Psikologis anak juga harus
diperhatikan, agar sang anak tidak melakukan tindakan yang salah, peran orang
tua sangat penting untuk mendekatkan dengan sang anak, agar sang anak lebih
terbuka kepada orang tuanya. Dengan demikian orang tua dapat memberikan nasehat
kepada sang anak tentang apa yang boleh dilakukan dan yang dilarang untuk
dilakukan. Akan tetapi
nasehat hanya akan membuat anak merasa terkekang dan menjadi bersikap lebih
tertutup kepada orang tua mereka. Dalam hal ini peran orang tua sebagai
pengarah dan pedoman sangat dibutuhkan untuk mendampingi setiaplangkah anak.
Yang terpenting bagi orang tua adalah meinimalisir perkataan yang membuat anak
merasa tersudut. “Jadi apakah seks perlu didalami anak menurut psikologi anak?”
jawabnya iya, karena anak akan terganggu ketika rasa penasarannya tak terjawab.
Dan ketika rasa penasaran tak terjawab, anakakan berusaha mencari tau itu
karena rasa ingin tau adalah sifat alami anak. Jadi jangan pernah menutupi arti
seks kepada anak karena hanya akan menumbuhkan rasa penasaran di pikiran anak.
Simpulan
Dari analisis diatas, dapat kita simpulkan kalau pendidikan seks
amat penting bagi anak dalam segi social, psikologi, dan perkembangannya.
Pendidikan seks akan menjadi lebih penting ketika kita melihat sisi positif
yang akan didapat dengan memperhitungkan sisi negative yang akan didapat. Dan
sangat disarankan agar pengajar terutama pengajar SD menguasaindan mampu
menyampaikannya kepada anak didiknya.
Tidak ada jaminan kalau kasus pelecehan seksual pada anak akan
berkurang, tapi akan lebih baik jika kita mapu mencegah hal tersebut. Anak
sudah mulai mengerti tentang seks pada usia 2 tahun. Cara penyampaiannyapun
berbeda tergantung kepada siapa dia menyampaikannya. Ada tiga metode yaitu: (1)
eliminasi kata (2) toleransi bahasa seks (3) penumbuhan definisi seks sedari
dini. Dari segi konseling, dapat menggunakan lima tahapan konseling yaitu: (1)
analisis (2) sintesis (3) diagnosis (4) konseling (5) tindakan lanjut.
Oleh karena itu pendidikan seks sangat penting bagi anak. Dengan
bantuan dari pengajar, diharapkan peserta didik dapat mengerti definisi seks
secara utuh.
Daftar Pustaka
Warren R. Johnson, winifred Kempton. SEX
EDUCATION AND COUNSELING OF SPECIAL GROUPS. United States of America:
Charles C Thomas, 1981.
LN, Syamsul Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, ROSDA, Bandung, 2009
Surya, Muhammad , Dasar – Dasar
Penyuluhan, DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Jakarta, 1988
Referensi Media Masa
Siti
Aisyah (2013). “Komnas Anak: Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Meningkat Pesat
Tahun Ini” diunduh dari (http://news.detik.com/read/2013/07/18/165714/2307281/10/komnas-anak-kasus-kekerasan-seksual-pada-anak-meningkat-pesat-tahun-ini?n992204fksberita) pada 2 november 2013
Anonim.
(2013). “Ajak Anak Bicara tentang Seks” diunduh dari (http://www.vemale.com/topik/menyusui/35362-ajak-anak-bicara-tentang-seks.html) pada 3 november 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar