Oleh
Aida Rosmaniar
Jurusan
Teknologi Pendidikan
Fakultas
Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Kurikulum mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mewujudkan generasi yang berguna untuk nusa dan bangsa
yang memiliki sifat tanggungung jawab,kreatif,ahli,dan menjadi pribadi yang
inovativ. Kurikulum dapat di ibaratkan jantung pendidikan. Pendidikan merupakan
ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Bangsa akan menjadi maju apabila memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas atau bermutu tinggi. Dalam hal ini
kurikulum memainkan peran yang sangat dalam mewujudkan generasi yang handal,
kreatif, inovatif,dan menjadi pribadi pribadi yang bertanggung jawab. Namun
demikian perkembangan kurikulum sering kali menemukan banyak masalah yang
memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Demi mewujudkan kualitas
pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman,perlu adanya upayan penyempurnaan
kurikulum. Kurikulum yang terakhir diterapakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan( KTSP) sebagai pengganti Kurikulu Berbasis Kompetensi(KBK).dan tahun
ajaran 2013 giliran KTSP diperbaharui dengan kurikulum 2013. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan kualitas
pendidikan nasiaonal.
Kata
kunci : kurikulum
1.
Pendahuluan
Istilah pendidikan sudah tidak asing
lagi bagi banyak orang,namun meskipun demikian tidak banyak juga yang mengerti
tentang apa itu kurikulum.
Kurikulum pada mulanya dari kata “curir”
yang berarti “pelari” dan “curere” yang bermakna “tempat berpacu” yang dapat
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh pelari mulai dari “start” sampai “finish”
untuk memperoleh mendali (dalam Mida,2013:13). Pengertian kurikulum senantiasa
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan ukuran suatu praktik
pendidikan,jika dikaitkan dengan dunia pendidikan kurikulum mempunyai konsep
meliputi: (a) Sebagai subtansi, yang dipandang sebagai rencana pembelajaran
bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai; (b) Sebagai sistem,
merupakan bagian dan sistem persekolahan,pendidikan dan bahkan masyarakat; (c) Sebagai
bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Kurikulum
tidak ada begitu saja dan kemudian keberadaannya juga dibiarkan begitu
saja,namun kurikulum perlu disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman yang
ada. Karena pada dasarnya istilah kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah
mata pelajaran saja, tetepi mencangkup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
secara langsung oleh siswa dan mempengaruhi pribadinya.Pengertian kurikulum
juga sering dikaitkan dengan beberapa dimensi seperti, dimensi ide, dimensi
rencana, dimensi aktifitas, dan dimensi hasil.
Bagi
siswa kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan yang harus mengarahkan setiap peserta didik agar mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,juga sebagai alat pendidikan untuk menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh,selain
itu kurikulum juga harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk ke jenjang
selanjutnya supaya peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih
program-program belajar yang sesuai dengan minat dan bakat, memahami dan
menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya.
Dalam
pendidikan formal kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dan
menentukan rangka pencapaian tujuan pendidikan. Sering kali dilakukan inovasi
kurikulum untuk mengembangkan dan memperbiki kurikulum. Tetapi terlalu
seringnya inovasi dilakukan mengakibatkan dampak positif dan negatif,seperti
kita tau kurikulum memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
pendidikan. Terjadinya pembaharuan pendidikan pada umumnya mempunyai
kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi.
Namun
demikian perkembangan kurikulum seringkali menemukan banyak masalah yang
seringkali memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Semua masalah
tersebut disebabkan oleh berbagai kondisi yang ada,disesuaikan dengan tuntutan
yang ada,yang didesuaikan dengan tuntutan dan prinsip kebutuhan yang perlu
dipenuhi. Dalam perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa
kali diadakan pembaharuan dan perbaikan kurikulum yang tidak lain semuanya
bertujuan mencapai hasil yang maksimal.
1.
Perkembangan
Kurikulum di Indonesia
Seperti kita tahu Indonesia sudah sering
sekali melakukan perubahan kurikulum dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional, hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan nasional itu
sendiri. Pembaharuan-pembaharuan dilakukan demi mencapai kemaksimalan dalam
kualitas pendidikan di Indonesia dari kurikulum priode penjajahan Belanda,
kurikulum priode penjajahan jepang, kurikulum pasca kemerdekaan, kurikulum
priode 1964, kurikulum priode 1968, kurikulum priode 1975 kurikulum priode
1984, kurikulum priode 1994, kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum tingkat
satuan pelajaran dan yang sedang hangat diperbincangkan kurikulum 2013 (dalam
Mida,2013:37).
Dari sini kita
akan tahu seberapa besar pengaruh perubahan kurikulum terhadap kualiatas
pendidikan nasional kita, saya tidak akan membahas dari awal sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia. Saya mengambil sempel di sepuluh tahun
terakhir ini, yang sudah mengalami tiga kali perubahan kurikulum dari KBK
menuju KTSP dan beralih menjadi Kurikulum 2013.
2.
Perubahan
Kurikulum Sepuluh Tahun Terakhir di Indonesia
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(2004-2006) Sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan
dari sentralistik menjadi desentralistik ada konsekuensi logis dilaksanakannya
UU No.22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan
kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan
berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas tertentu sesuai dengan peforma yang ditetapkan.
Pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat komprtensi yang telah ditentukan.
Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi
sebagai pedoman pembelajaran. Kompetensi merupakan pengetahuan,keterampilan,
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten dalam arti memiliki
pengetahuan,keterampilan,dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur,
2002:55)
Awal 2006 uji
coba KBK dihentikan munculah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran)
kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang disusun oleh Badan Standar
Nasional pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomer 22,23, dan 24 tahun 2006. Kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam hal ini
lembaga diberi kewengangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri,maju
dan berkembang berdasarkan kebijakan strategi manajemen pendidikan yang ditetapkan
pemerintah dan ini merupakan kelebihan KTSP dari kurikulum sebelumnya. KTSP
diharapkan mampu menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban
identitas budaya dan bangsanya.
KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan olrh masing-masing satuan
pendidikan KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus. Dalam KTSP juga dikenal istilah Pengembangan Program. Pengembangan
program dalam KTSP meliputi, program tahunan, program semester, program modul
(pokok bahasan), program remidial serta program bimbingan konseling. Program
tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap mata
pelajaran yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Berdasarkan pada
teori belajar tuntas adalah jika peserta didik mampu menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Dan
keberhasilan kelas dapat dilihat apabila peserta didik yang mencapai minimal
65% sekurang-kurang 85% dari jumlah peserta didikyang ada dalam kelas tersebut.
Adapun pelaksanaan pembelajaran dalam KTSP adalah pre tes,pembentukan
kompetensi, dan pos tes.(dalam Mida,2013:47)
Selanjutnya
muncul Kurikulum 2013, Beberapa hal baru yang terdapat pada kurikulum 2013
mendatang diantaranya kurikulum 2013 bersifat tematik dan integratif berbasis
pada sains. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang
antara sikap,keterampilan,dan pengetahuan,disamping cara pembelajaranya yang
holistik dan menyenangkan. Dimana proses pembelajarannya menekankan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, melalui penilaian berbasis tes dan portofolio
saling melengkapi. Pada kurikulum baru ini guru tidak lagi dibebani dengan
kewajiban membuat silabus pengajaran untuk setiap tahun.
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto
(1991:40-41), terdapat sejumlah faktor yang dipandang mendorong perubahan
kurikulum yaitu bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan
kaum kolonialis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,
dan pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia.
Dengan
merdekanya negara-negara tersebut , mereka mulai merencanakan adanya
perubahan yang cukup penting didalam
kurikulum dan sistem pendidikan yang ada. Disatu pihak perkembangan dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan yang di ajarkan sekolah menghasilkan
teori-teori lama dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi
maupun strategi pelaksanaan kurikulum, hal ini juga menunjukan bahwa cara atau
pendekatan yang telah digunakan selama ini perlu ditinjau kembali dan bila
perlu dirubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.
Kurikulum
dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses
belajar,sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experice
curriculum, programmedinstruction, pengajaran modul, dan sebagainya.
4.
Berbagai
Masalah Kurikulum
Kurikulum senantiasa menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman, agar peserta out put dan peserta didik juga bisa
dengan mudah menyesuaikan dengan perkembagan yang ada. Ada 4 (empat) masalah
yang sering dihadapi meliputi masalah umum seperti, bidang cakupan, relevansi, artikulasi
dan kemampuan transfer.
Pertama, J. G
Slayor dan W. M Alexander, sebagaimana dikutip Olivia (1992), berpendapat bahwa
:
“By
scope is meant the breadth,variety, and types of education experiences that are
to be provieded pupils as they progress through the programs”.
Untuk menentukan bidang cakupan
tersebut, para ahli digadapkan pada beberapa permasalahan diantaranya: (a)
pengorganisasian berbagai elemen dan hubungan antar elemen; (b) pesatnya
perkembangan iptek; (c) penetapan prosedur tujuan; (d) pengambilan keputusan.
Kedua,
B.
O. Smith (dalam Olivia,1992) menyampaikan bahwa:
”The teacher is constantly asked: Why should
I learn that? What is is the use of studying history? Why should I be required to take biology? The intent of these
questions is to ask what use one can make of them in everyday activities, only
general answers are possible. We can and do talk about the relevance of subject
matter to the decisions and activities that pupils will have make. We know
among other things,they must: (a) Choose and follow a vocation; (b) Exercise
the tasks of citizenship; (c) engaged in personal relationship; (d) take party
in culture-carrying activities. The questions of the relefance points to the
question of what is most assuredly useful”.
Dari kutipan diatas kita bisa mengetahui
relevansi atau kesesuaian merupakan suatu peramasalahan lain yang cukup
esensial dan harus mendapatkan perhatian serius dalam pengembangan kurikulum.
Ini dikerenakan kata relevansi itu sendiri dikaitkan dengan masalah dunia kerja
(vocation), kependudukan (citizenship), hubungan antar pribadi (personal relationship) dan berbagai
aktivitas masyarakat lainnya yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Akan tetapi meski
bagai manapun nampak jelas terlihat bahwa masalah relevansi berkembang menurut
kegunaan dan kebermaknaan suatu kurikulum bagi masyarakat dan bangsa, bahkan
bagi komunitas bangsa di sunia pada umumnya.
Ketiga,
Artikulasi
diartikan sebagai pertautan antara kelompok elemen atau unsur lintas tingkatan
sekolah. Contohnya dapat dilihat antara SD dan SLTP, SLTP dan SMA, erta SMA dan
Perguruan Tinggi, yang juga tak lepas dalam dimensi sekuens seperti halnya
kontinuitas. Oliver (olivia,1992) menjelaskan pengertian artikulasi sebagia
“artikulasi horizontal” atau “korelasi”, sedangkan kontinuitas sebagai
“artikulasi vertical”. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa antara sekuens,
kontinuitas, dan artikulasi terdapat kaitan satu dengan yang lainnya. Adapun
artikulasi merupakan suatu rencana sekuens unit-unit materi pelajaran secara
lintas tingkat.
Keempat, kemampuan
trasfer. Pada hakikatnya sesuatu yang diberikan sekolah merupakan “proses
pentransferan nilai” yaitu apapun yang dipelajari di sekolah seharusnya bisa
diaplikasikan di luar sekolah, tatkala peserta didik sudah menamatkan
pendidikannya. Dengan demikian, proses pendidikan di luar sekolah harus dapat
memperkaya kehidupan peserta didiknya.
Para ahli
pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L. N. Tanner serta Taba menyepakati
bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-nilai maka terlebih dahulu harus
diperhatikan prinsip-prinsip umum dari proses transfer yaitu: (a) Transfer
merupakan hati nurani pendidikan; (b) Proses transfer memungkinkan untuk
dilakukan; (c) Proses transfer dimalai dari situasi yang lebih dekat, ke
situasi luar kelas yang lebih jauh dan luas; (d) Hasil transfer akan lebih
bermakna (meaningful) jika guru
membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi, serta menetapkan generalisasi
tersebut; (e) Secara umum, dapat dikatakan bahwa ketika siswa memperoleh
pengetahuan bagi dirinya, proses transfer tersebut telah berhasil.
Trnsferability
merupakan
prinsip dari pengajaran dan sekaligus juga prinsip dari kurikulum itu sendiri.
Pada saat membicarakan metode mengajar transferabality, berarti kita memasuki
wilayah proses pengajaran. Pada saat menganalisis hal yang di trasferkan, maka
kita telah memasuki ranah kurikulum. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum
menentukan tujuan, menyeleksi isi atau materi, dan memilih strategi pengajaran
yang mengarah pada pendayagunaan proses transfer secara maksimal. Selanjutnya,
dalam perencanaan evaluasi kurikulum juga harus dimasukan ukuran tingkat
transfer dari berbagai sigmen dalam kurikulum.
Beberapa Masalah
Khusus dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum, beberapa masalah berikut perlu di pahami, yaitu: (a) Masalah yang
berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang diharapkan oleh
sekolah; (b) Masalah yang berhubungan denagn organisasi kurikulum; (c) Masalah
yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi kurikulum.
5.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat kita
ketahui bahwa kurikulum adalah sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan.oleh
karena itu kurikulum harus senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Namun demikian perkembnagan kurikulum seringkali menemukan banyak masalah yang
memerlukan pertimbnagan dan pemecahan tersendiri.
Dalam perjalanan
sejarah pendidikan di Indonesia kurikulum sudah beberapa kali diadakan
perubahan dan perbaikan kurikulum yang semua itu tujuannya adalah tidak lain
untuk perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal. Dan
tentu saja perubahan kurikulum tidak dilakukan secara sertameta. Perubahan
kurikulum dibutuhkan proses yang cukup panjang dan pemikiran yang matang.
Upaya
penyempurnaan kurikulum tidak lain juga demi mewujudkan sistem pendidikan
nasional yang kompetitif dan relevan yang senantiasa menjadi tuntutan. Hal ini
sejalan dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan
sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum yang
terakhir diterapkan di sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, sebagai pengganti dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menerapkan kompetensi menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan
peforma yang ditetapkan.
Dan kini tahun
ajaran 2013 giliran KTSP diperbaharui dengan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013 yang bersifat tematik dan integratif berbasis pada
sains. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara
sikap, keterampilan, dan pengetahuan,disamping cara pembelajaranya yang
holistik dan menyenangkan. Dimana proses pembelajarannya menekankan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, melalui penilaian berbasis tes dan portofolio
saling melengkapi.
Tentunya dari
perkembangan kurikulum yang da banyak sekali ditemukan permasalahan-permaslahan
yang menyakut perkembangan kurikulum tersebut. Diantara masalah-maslah
tersebuat digolongkan menjadi masalah umum dan masalah khusus diamana dari dua
bagian itu masih terdapat sub-sub masalah lain yang perlu mendapatakan
perhatian lebih dari pemerintah dan pengembang kurikulum.
Daftar Pustaka
Muzamiroh. Mida. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta:Kata
Pena
Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Subtansi
Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta:Bumi
Aksara
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun
2003
Casinos with Instant Play in California - JTM Hub
BalasHapusCheck out our mobile games, slots, table games, and video poker 광주 출장샵 apps in 광주 출장안마 California, Casinos Without 하남 출장안마 Live Dealer Games 목포 출장마사지 This is 대전광역 출장마사지 how casinos in California can be