Minggu, 29 Desember 2013

Pentingnya Pendidikan Seks oleh Orang Tua Berdasarkan Pandangan Islam



Oleh Novita Handayani
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang


Abstrak
Di zaman yang modern seperti sekarang ini seks sudah menjadi trend bagi kalangan kaum remaja. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan seks. Di sini orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan seks seorang anak agar ke depannya anak tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak diinginkan. Namun pada kenyataannya malah justru kebalikannya, para orang tua malah justru menyepelekan hal tersebut. Mereka beranggapan bahwa pembicaraan yang berbau seks adalah pembicaraan yang bersifat tabu. Padahal pada kenyataannya pendidikan seks sangat berpengaruh pada pergaulan seorang remaja yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tentunya pendidikan seks yang dimaksud disini adalah pendidikan seks yang sesuai dengan ajaran Islam. Pada karya ilmiah ini penulis ingin membahas tentang pentingnya pendidikan seks sesuai dengan tingkatan usia, faktor-faktor tentang seks bebas, serta pandangan Islam tentang hal tersebut. Jika anak sudah mengetahui pendidikan seks, harapan selanjutnya adalah mereka lebih hati-hati dalam bergaul, karena bagaimanapun juga mereka adalah generasi muda penerus bangsa yang harus mempunyai karakter luhur sesuai dengan norma Pancasila.
Kata kunci : pergaulan bebas, pendidikan seks, seks dalam islam, masalah remaja, mengasuh anak
A.    Pendahuluan
Remaja identik dengan masa pencarian jatidiri. Banyak diantara mereka yang tidak bisa menemukan tempat untuk konseling tentang jatidiri, sehingga kebanyakan dari mereka terjerumus ke arah yang tidak tepat, terutama terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sedangkan pada dasarnya, remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh sebab itu remaja harus mendapat perhatian khusus baik dari dalam dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat sekitar, agar kedepannya mereka mampu menjadi penerus bangsa yang dapat dibanggakan oleh semua orang.
Namun melihat pesatnya perkembangan jaman pada saat ini, remaja yang harusnya menjadi penerus bangsa menjadi bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Masuknya kehidupan barat di Indonesia, banyaknya situs-situs tentang seks di dunia maya, serta kurangnya atau menipisnya iman seorang remaja menjadikan banyak dari mereka yang melakukan perilaku menyimpang dari kehidupan yang seharusnya, banyak dari remaja yang masuk ke dalam pergaulan yang salah, yang dapat merusak cita-cita dan masa depannya.
Drs. Andi Mappiare (dalam Sudarsono, 1993) menyatakan bahwa masa remaja melingkup periode atau masa bertumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Secara kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulai sesorang menunjukan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual, telah dicapai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.  (Sudarsono, 1993)
Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010 menunjukkan bahwa 51 % remaja di Jabodetabek, 54 % di Surabaya, 47 % di Bandung serta 52 % di Medan telah melakukan hubungan seks diluar nikah. Bahkan hasil penelitian di Yogyakarta, sekitar 37 % mahasiswa  mengalamai kehamilan sebelum menikah (lihat news.liputan6.com, 2010). Hal ini membuktikan bahwa kurangnya pendidikan seks di kalangan remaja.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan (Dr. Abdullah Nashih Ulwan, 1997:56).
Secara umum pendidikan seks yaitu membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan ilegal.Seks bukan hanya seputar hubungan intim pria dan wanita, akan tetapi juga tentang kesehatan dan perkembangan emosi.  
Menurut Islam, hal yang berkaitan dengan seks bukanlah hal yang asing, seks banyak dibicarakan oleh para ilmuan dan para ulama. Pembicaraan masalah seks bukanlah berdasarkan pandangan para ilmuan dan para ulama saja, melainkan berdasarkan kepada pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perbincangan tentang seks senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah, akhlak, menjauhi kemungkaran, dan tidak mendatangkan kemudahratan terhadap orang lain. Karena kehadiran agama Islam adalah untuk menuntun umat manusia kepada jalan kebenaran, sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang hakiki. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan, bahkan mampu menerapkan perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami.
Contoh bentuk nyata rendahnya pengetahuan tentang seks dan agama terjadi di Semarang, Seorang bocah Kelas I SD (7 tahun) diduga menjadi korban pencabulan di rumahnya sendiri.  Pencabulan dilakukan oleh siswa kelas I SMP (13 tahun) yang tidak lain adalah tetangga korban (lihat di www.koran-sindo.com/node/288542, 2013). Kejadian ini membuat kita bertanya-tanya, apa sebenarnya penyebab seorang anak sampai berani melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seusianya ? Dan dimanakah orang tua yang seharusnya mempunyai peran penting terhadap perkembangan anak dan lingkungannya ? Dari banyak berita di surat kabar, kebanyakan mereka mengaku melakukan pelecehan dan perkosaan akibat terangsang oleh film porno, situs porno, bacaan porno, seperti majalah, komik, serta surat kabar yang memberitakan kasus perkosaan secara mendetail.
Kasus lain juga terjadi di Taman Sari, Jakarta Barat, terdapat praktik perdagangan ABG. Perempuan yang masih ABG ini dipaksa menjadi penjaja seks hanya dengan bayaran sangat murah. Modus yang digunakan para pelaku yaitu  menipu para ABG dengan iming-iming pekerjaan di Jakarta. Kenyataanya adalah mereka harus melayani nafsu para pria hidung belang (lihat di news.detik.com, 2013). Disini peran orang tua sangatlah penting. Sebab anak tidak akan melakukan hal tersebut jika orang tua selalu ada dan peduli terhadapnya. Disamping peran orang tua, peran dalam diri anak sendiri juga perlu diperhatikan. Jangan sampai anak terlalu tertutup dan tidak pernah sharing terhadap hal-hal yang dilaluinya kepada orang tua.
Kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa remaja Indonesia banyak menjadi pelaku seks bebas akibat kenaifan mereka mengenai seks itu sendiri. Rasa tabu, malu, risih, membuat mereka tidak mau bertanya kepada orang tua maupun guru mengenai seks, sehingga membuat mereka kian terperosok pada perilaku menyimpang. Di sisi lain, orang tua, keluarga, juga guru di sekolah merasa enggan atau malau jika harus menjelaskan masalah seks secara gamblang pada anak-anak mereka.
Melihat kasus-kasus diatas, menjadikan penulis ingin membahas lebih dalam tentang pendidikana seks, apa saja penyebab dorongan seks bebas, bagaimana cara menanggulangi hasrat seks bebas, serta bagaimana pendapat islam tentang seks bebas.
Dengan adanya karya ilmiah ini, penulis berharap dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang pendidikan seks terutama bagi orang tua, umat muslim, dan khususnya bagi remaja itu sendiri. Agar kedepannya kita dapat menghasilkan benih-benih yang lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
B.     Seks remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Setiap individu pada masa ini sudah memiliki keadaan fisik seperti orang dewasa, akan tetapi secara psikologis ia belum cukup matang. Apalagi dengan perkembangan badan anak-anak yang begitu pesat. Jika keluarga khususnya orang tua gagal membantu anaknya untuk menanamkan nilai-nilai dalam diri sang anak dan tidak memfasilitasi perkembangan karakter yang baik, maka anak akan mencari nilai-nilai dari luar dan pembentukan karakternya akan bergantung pada peneladanan di lingkungan sosial yang luas.
Banyaknya perilaku menyimpang di dunia remaja terutama dalam hal seks membuktikan bahwa kurangnya bekal yang diberikan orang tua terhadap pendidikan yang menyeluruh, termasuk pendidikan seks.Orangtua dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan pemahaman agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, yang justru tidak membuat anak semakin bingung atau penasaran. Sebab anak adalah sebuah mesin fotocopy terbaik. Dia akan menirukan apa yang dia lihat, dan apa yang dia dengar. Selain itu, orang tua harus se dini mungkin mengajarkan tentang agama. Karena jika anak telah menginjak usia remaja, orang tua tentu tidak akan mungkin bisa membatasi pergaulan mereka.Orang tua tidak mungkin menjadi bayangan anak yang ikut kemana saja mereka pergi.
Oleh karena itu, ada baiknya sebelum orang tua memberikan pemahaman, mereka harus memenuhi syarat-syarat diantaranya :(1) pengetahuan yang cukup. Orang tua perlu bekal pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas. Sebab sampai sekarang pun, masih banyak dijumpai orang tua yang belum paham dan mengerti lebih jelas dan dalam tentang dunia seks; (2) ketrampilan komunikasi. Orang tua perlu memiliki keterampilan berkomunikasi, menyangkut cara berbicara dan bahasa tubuh. Berbicara pada anak terutama dalam hal seks haruslah dengan nada yang manis, bersikap santai, dan tidak malah menakut-nakutinya. Sebab bila tidak pendidikan seks akan gagal dan sia-sia; (3) keterbukaan. Biasakanlah terbuka pada anak. Sebab jika tidak, anak akan merasa bahwa dirinya tidak dipedulikan oleh orang tuanya yang mengakibatkan anak mencari pelampiasan ke lingkungan sekitar yang dia sendiri belum tau baik dan buruknya lingkungan tersebut, yang terkadang bisa membuatnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas. 
Selain orang tua, keadaan lingkungan sekitar juga turut andil dalam faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk melakukan seks bebas karenalingkungan sekitar merupakan ajang pendidikan kedua bagi anak-anak setelah keluarga. Di lingkungan sekitarlah anak harus pandai-pandai dalam memilih teman karena baik buruknya teman yang kita pilih sangat berdampak pada kehidupan kita nantinya.
Faktor-faktor lain yang mendorong anak melakukan seks bebas antara lain : (1) salah pengertian terhadap makna pacaran yang menganggap bahwa hubungan seks adalah bentuk penyaluran kasih sayang; (2) kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun; (3) kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat negatif, yakni terjadi hubungan seksual pranikah dimasa pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan mengendalikan diri akan membawa kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan hubungan seks diluar nikah.
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Menurut isi buku tersebut dampak-dampak  dari perilaku seks bebas diantaranya : (1) Aborsi. Hakikat dari dasar hukum aborsi adalah haram, termasuk di dalamnya aborsi kehamilan yang disebabkan oleh seks pranikah, yang mungkin terpaksa dilakukan untuk mengurangi beban malu terhadap masyarakat. Aborsi merupakan pembunuhan paling sadis dibandingkan tindakan kriminal lainnya; (2) Putus sekolah. Salah satu akibat terjadinya seks bebas adalah terputusnya kesempatan melanjutkan studi. Hal ini dilakukan karena pihak sekolah tidak mau menanggung malu dengan aib yang dilakukan peserta didiknya; (3) Meningkatnya kriminalitas. Meningkatnya kriminalitas disini misalnya pengguguran kandungan (aborsi), pelecehan seksual, yang dapat terjadi karena terlalu seringnya seseorang melakukan seks bebas sehingga membuatnya ketagihan dan berniat melakukan pelecehan seksual; (4) Penyebaran berbagai penyakit.
Penyakit tersebut diantaranya : (a) Sifilis (singa raja) yaitu penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema pallidum yang berbahaya bagi penderita dan keturunannya. Biasanya penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual dan ciuman; (b) Gonorrhea (kencing nanah) yaitu penyakit kelamin menular akibat peradangan yang diakibatkan oleh bakteri gonokokus, Neisseria gonorrhoeae; (c) Herpes yaitu penyakit yang disebakan oleh virus yang menempel pada alat kelamin. Virus tersebut dapat memasukkan gen-gen tertentu yang dimiliknya ke dalam sendi-sendi tubuh dan berdiam disana untuk waktu yang cukup lama, hingga berakibat pada kelemahan.
Dengan kita tau faktor-faktor yang mendorong anak melakukan seks bebas, serta penyakit-penyakit yang timbul akibat melakukan seks bebas, kita dapat mencegah hasrat untuk melakukan seks, diantaranya :(1) menghilangkan pikiran kotor dan mencoba untuk tidak melamun memikirkan yang tidak-tidak dengan lawan jenis. Sebab pikiran yang kotor dapat membangkitkan gairah seksual kita walaupun hanya dengan membayangkan sesuatu. Mengubah pikiran yang mulai kotor dengan memikirkan sesuatu yang lain yang lebih berguna dan serius; (2) Menghindari menikmati/melihat yang porno dan fulgar. Jangan sampai kita memiliki materi-materi ataupun berusaha mengakses hal-hal yang cabul, fulgar, porno, dan lain sebagainya seperti membaca cerita panas, melihat gambar telanjang, nonton film porno, dan lain-lain;(3) Memperbanyak kegiatan yang menguras tenaga dan waktu, misalnya dengan mengikuti ekstrakurikuler, kursus, bimbingan belajar, les, kelompok olahraga, club bikers, pekerjaan sambilan, pekerjaan tambahan dan lain-lain. Dengan sibuknya berbagai aktivitas dapat menyebabkan kita lelah dan tidak terbesit untuk berpikir kotor; (4) rajin puasa dan ibadah. Islam itu indah dan sehat, dengan taat beribadah dan rajin puasa maka otomatis kita akan sangat terlarang untuk melakukan hal yang melanggar kesusilaan. Berpikir kotor saja tidak apalagi melakukan hal-hal yang dilarang agama yang dosa besar apabila dikerjakan.
HR. Bukhari dan Muslim menyatakan “Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah (jima’ dan biayanya) maka nikahlah, karena ia lebih dapat membuatmu menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena hal itu baginya adalah pelemah syahwat.”; (5) rajin bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Memiliki hubungan yang sehat dan dekat dengan teman-teman dan keluarga besar akan membuat kita bisa meredakan birahi hanya dengan berkomunikasi dengan mereka. Apalagi dengan yang masih anak-anak atau ABG pasti lebih sibuk lagi (jenis kelamin sama); (6) selalu berpikir efek dampak buruknya. Apabila kita mengetahui keburukan-keburukan dari hubungan seks bebas tanpa ikatan pernikahan maka kita akan merasa takut untuk melakukannya; (7) membuat prinsip. Dengan prinsip hidup yang bersih tidak mau melakukan hal-hal yang memanjakan hawa nafsu akan memperkuat benteng pertahanan kita dalam meredakan syahwat yang ada pada diri kita. Tetap konsisten dalam menjaga prinsip hidup kita dan jangan mudah terpancing untuk melanggarnya.
C.     Pendidikan Seks menurut Islam
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan kebahagian individu dan keluarga serta masyarakat. Memasuki jenjang rumah tangga, selain didukung kematangan seksual perlu didukung pula oleh moral agama, sehingga dapat melaksanakan seksualitasnya secara bertanggung jawab bagi dirinya masing-masing serta lingkungan sosialnya sesuai dengan agama. Karena dalam agama telah diatur peranan seks dalam perkawinan dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak mengabaikan pengaturan terhadap kecenderungan seksual dan membimbing individu muslim menuju langkah-langkah pencegahan dan penyembuhan yang dapat memastikan kesucian diri manusia. Besarnya perhatian islam terhadap masalah seksual bagi anak mumayiz (anak yang sudah mencapai usia dimana seorang anak sudah mulai bisa membedakan mana hal yang bermanfaat baginya dan mana hal yang membahanyakan dirinya) tidaklah semata mata menjelaskan secara detail tentang seks berdasarkan pemahaman sisi kemanusiaan semata, melainkan berperan juga dalam melekatkan kaidah-kaidah tersebut untuk menjaga setiap individu. Fase puber (remaja) ditangani Islam dengan penuh hikmah, yaitu dengan sebesar mungkin menggunakan energi yang meledak pada diri remaja itu, dan mengendalikannya serta mengarahkannya ke arah yang benar. Hal ini dilakukan agar anak tidak mendapat masalah yang bisa membuat dirinya menyimpang perilakunya, atau mempengaruhi fisik dan akalnya.
Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa Pemfokusan pada pendidikan, terutama pendidikan kejiwaan dan intelektualitas, adalah sesuatu yang alami yang dituntut oleh pertumbuhan fisik dan akal yang cepat bagi remaja, sehingga memerlukan pengarahan dan pendidikan yang serius. Kedua orang tua hendaknya menuntun mereka dengan pendidikan dan aturan-aturan alami. Orang tua seharusnya membuat hal-hal yang baik untuk pendidikan anak dengan membantu mereka sesuai gejolak seksual mereka. Karena syariat islam mengajak untuk memulai pendidikan seks bagi ayah, ibu, serta pendidik terlebih dahulu. Sebab mereka merupakan perantara bagi islam dalam menjalankan tugas pendidikan seks kepada anak-anaknya (M. Sayyid, dkk, 2007:93).
Kebanyakan anak bertanya tentang masalah-masalah seks karena disebabkan instignnya, maka jawaban haruslah benar dengan menggunakan bahasa kiasan, sindiran, dan bersifat saran. Maka jika seorang anak bertanya tentang seks, maka hal itu merupakan kewajiban orangtua untuk memberikan pemahaman kepada mereka dengan teliti dan jujur serta tidak membuat kebohongan. Kemudian mengarahkannya pada teks-teks Al-quran dan hukum-hukum syariat yang berkaitan untuk menjelaskan masalah tersebut padanya.
Islam tidak hanya menganjurkan perbaikan perilaku seksual pada dunia anak-anak saja, melainkan juga, dan yang paling utama kehidupan orang dewasa. Sebab, apabila pendidik muslim berhasil dalam mengatur aktivitas seksual pada orang dewasa, hal itu akan berpengaruh terhadap pendidikan seksual pada anak, yang mana orang dewasa, khususnya orang tua, dapat mengajarkan keadaan anak sikap-sikap yang baik. Apabila pendidikan Islam tentang seks tidak disertai dengan kesadaran lingkungan, maka hal itu akan mendatangkan kegagalan dalam menanamkan, pada anak, kebiasaan yang diinginkan syariat.
Berdasarkan asumsi bahwa ayah, ibu, dan orang-orang dewasa lain memiliki pengaruh langsung dan abadi, kadang-kadang terhadap anak-anak mereka, maka syariat Islam ingin memastikan masalah penguasaan mereka terhadap sudut pandang Islam dalam masalah seksual, baik secara teoritis maupun praktis. Dengan demikian, hal itu akan membantu mereka dalam menjalankan tugas pendidikan seks terhadap diri mereka sendiri dan terhadap anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Pelaksanaan pendidikan seksual bagi anak akan menjadi lebih mudah apabila orang dewasa mempraktikkan kebiasaan seksual yang Islami disertai pengalaman hukum-hukum fikih yang berkaitan dengannya.
D.    Kesimpulan
Dari semua uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran tentang seks, kelamin, moral, hukum, dan lain sebagainya. Pendidikan seks ini bertujuan agar kedepannya orang tua semakin mudah dalam memahami perkembangan tumbuh kembang anak dan dapat menerapkan pendidikan seks ini kepada anak sesuai dengan umur mereka sesuai dengan ajaran Islam.
E.     Referensi
Surbakti, E. B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: Elex Komputindo.
Sayyid, M. & Muhammad Ad-za’balawi. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam
Sudarsono. (1993). Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Madani, Yusuf. 2003. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Zahra
F.      Daftar Pustaka
Liputan 6. (2010). “BKKBN: 51 Persen Remaja Jabotabek Tidak Perawan” diunduh dari (http://news.liputan6.com/read/308777/bkkbn-51-persen-remaja-jabotabek-tidak-perawan) pada 26 Oktober 2013
Detiknews. (2013). “5 Cerita Miris Tentang ABG Korban ‘Budak Seks’ di Taman Sari” diunduh dari (http://news.detik.com/read/2013/09/03/120516/2347835/10/1/5-cerita-miris-tentang-abg-korban-budak-seks-di-taman-sari#bigpic) pada 26 Oktober 2013
Koran Sindo. (2013). “Remaja 13 Tahun Cabuli Siswi SD” diunduh dari (http://www.koran-sindo.com/node/288542) pada 26 Oktober 2013
Anonim. (2004). “Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak” diunduhdari (http://m.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/26545/Pentingnya-Pendidikan-Seks-Untuk-Anak-Artikel) pada 4 November 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar