Sabtu, 28 Desember 2013

KEPEMIMPINAN, PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN MASYARAKAT

KEPEMIMPINAN, PENGEMBANGAN ORGANISASI, DAN MASYARAKAT
Oleh Hadi Maryono
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

abstrak
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin,metode, lingkungan), sarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam organisasi kita dapat memperoleh ilmu, teman dan juga pengalaman yang bisa menjadikan kita berubah menjadi lebih aktif berfikir dan juga menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang bagus untuk masa mendatang yang akan diterapkan pada masyarakat dan organisasi itu sendiri , namun ada beberapa hal yang berdampak negatif pada organisasi yaitu organisasi cenderung lebih suka mengelompokkan diri dan apatis, sehingga terkadang mereka akan lupa dengan apa yang ada disekitar terutama di organisasi kemahasiswaan yang antara lain banyaknya aktivis, organisasi kemahasiswaan yang merupakan ‘mahasiswa abadi' atau mahasiswa rawan drop out (DO). Banyak hal yang melatar belakangi mengapa hal ini terjadi, sehingga alangkah baiknya bila kita tengok sosok mahasiswa yang ada di kampus. menyikapi hal ini, perlu dilakukannya sebuah pemikiran yang dapat merubah pola pikir mereka agar tidak terlalu terpacu dengan kegiatan organisasi dan berlatih untuk bisa mengimbangi antara organisasi dan kegiatan lainnya yang tidak kalah penting
Kata kunci :  organisasi, pemimpin dan masyarakat

1.     Pendahuluan
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan efektif? Apa hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin efektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting dalam mengatur suatu program dalam organisasi , bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat , bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
            Pada dasarnya berorganisasi itu memaksa kita untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pmecahan masalah yang didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif berpartisipasi dalam organisasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan, untuk mengatasi masalah yang ada di sebuah organisasi. Sebagaimana yang diterangkan Menurut  Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi yaitu :
Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.

     2. Organisasi Kemahasiswaan Dan Perannya di Universitas

Lembaga organisasi kemahasiswaan di universitas memang sangat beragam dan jumlahnya juga tidak sedikit, maka dengan kata lain banyak mahasiswa yang memiliki potensi untuk berkembang dan membuat suatu forum yang akan di bentuk dan mengelola dari suatu forum tersebut, dalam organisasi mahasiswa itu mereka akan membuat gerakan atau sebuah indakan yang dijadikan suatu rutinitas dari organisasi tersebut yang sekiranya bermanfaat bagi diri mereka ataupun untuk orang lain, namun pada kenyataan, hasil survey dan observasi, beberapa dari mereka itu malah cenderung fokus dan mewajibkan suatu organisasi yang mereka bentuk tersebut , mungkin karena mereka begitu menikmatinya dan merasa nyaman dengan kegiatan tersebut atau pun mereka hanya ingin besenang senang dan tidak menghiraukan kewajiban utama mereka sebagai mahasiswa yaitu “kuliah” sehingga menyebabkan mereka menjadi juru kunci universitas atau bisa disebut dengan mahasiswa abadi, bahkan ada yang sampai 14 semester tidak lulus kuliah gara-gara berkecimpung di dunia organisasi, ini merupakan kisah nyata yang diceritakan oleh bapak “Abdul Malik ( dosen Pengantar Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Semarang ) ” pada masa itu, masih ada dispensasi yaitu dua pilihan yang pertama di drop out (DO) dari universitas, dan yang kedua diberikan gelar D3 yang seharusnya S1.

Lalu apa yang mereka peroleh dari pengabdian organisasi yang mereka kelola itu? Ada beberapa pendapat mengemukakan bahwa mereka yang menekuni organisasi hingga tidak mengurusi kuliah, itu cenderung lebih bisa bersinkronisasi dengan masyarakat luas dan mereka itu lebih memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus walaupun dulunya IPK nya dibawah 3,00 dan kuliahnya tidak begitu teratur, tapi mereka mendapatkan pendidikan karakter kepemimpinan di organisasi tersebut.
Selanjutnya, yang menjadi persoalannya yaitu bagaimanakah metode atau cara yang diperlukan untuk membentuk jiwa kepemimpinan dengan berorganisasi tanpa harus menjadi juru kunci universitas atau bahasa lazimnya mahasiswa abadi dan juga tidak melupakan kwajiban utama kuliah? Mungkin beberapa pendapat ini bisa menjadi suatu solusi persoalan diatas.

Pertama , menentukan suatu tujuan dari kuliah dan mengawalinya dengan sebuah niat ataupun sesuatu yang ingin dicapai. Pada dasarnya sesuatu itu alangkah baiknya diawali dengan niat sebagaimana perkataan rasulullah SAW “innamal a’malu binniat” yang bermaksud segala sesuatu itu harus diawali dengan niat, karena niat itu akan memberikan motivasi tersendiri kepada kita untuk mencapai tujuan tertentu.

Kedua, komitmen dan konsisten terhadap suatu pilihan yang dituju yang sebelumnya telah dilandasi sebuah niat, menentukan mana yang yang lebih dominan antara kuliah dan berorganisai. Tapi ada suatu hal yang tidak bisa di pungkiri meskipunada beberapa hal yang berbalik fakta. dalam riilnya kebanyakan mahasiswa itu lebih dominan memilih kuliah daripada brorganisasi, karena pada hakekatnya tugas dari mahasiswa adalah kuliah bukan berorgansasi dan organisasi itu dianggap sebagai sampingan atau hanya sebagai pengisi waktu luang liburan kuliah atau jam kosong.

Ketiga, mengimbangi dan memanajemen waktu antara kuliah dan berorganisasi, metode ini merupakan metode yang paling sulit dilakuakan karena selain memikirkan kedua hal tersebut, mahasiswa juga harus memnagi waktu antara kuliah dan organisasi apalagi jika jadwal kuliah dan acara dari organisasi itu bertabrakan otomatis mau tidak tidak mau harus memilih salah satu dan meninggalkan salah satunya lagi, karena kesulitannya itu, metode ini dianggap paling efektif untuk pembentukan jiwa kepemimpinan melalui organisasi.

Dari hasil analisis praktek masalah tersebut organisasi yang menjadi peranan penting di universitas dapat membentuk karakter jiwa kepemimpinan yang bagus , ini dapat dilihat dari output mereka setelah lulus kuliah , berbeda dengan yang hanya kuliah pulang kuliah pulang atau istilahnhya mahasiswa kupu-kupu . mahasiswa yang berperan aktif dalam organisasi itu akan terbiasa dengan keadaan masyarakat mulai menyampaikan pendapat dalam musyawarah, berbicara didepan orang banyak, bahkan hingga mereka memimpin masyarakat itu. Dari cerita bapak Abdul Malik tadi,  masih ada kelanjutannya yang merupakan jawaban fakta dari pertanyaan “Lalu apa yang mereka peroleh dari pengabdian organisasi yang mereka kelola itu?” setelah merasa dirinya sudah tidak pantas di organisasi itu karena umurnya, lalu ia memilih berhenti dan mencalonkan diri sebagai kepala desa ,dan akhirnya terpilih entah karena marketingnya atau metode yang ia pakai, padahal sebelumnya masyarakat belum mengenal banyak tentangnya. Dengan kata lain organisasi memang di desain untuk pada akhirnya terjun ke masyarakat luas, sedangkan mahasiswa yang hanya mengejar IPK ( Indeks Prestasi Kumulatif ) mereka akan cenderung lebih canggung menghadapi masyarakat dan tidak mempunyai pengalaman bermasyarakat yang dipelajari di organisasi dan cenderung individual. (berdasarkan pendengaran pribadi pada saat mata kuliah pengantar ilmu pendidikan di unnes,17-09-2013)
3. Pengembangan Organisasi dan  Kepemimpinan di Masyarakat

Pengembangan organisasi merupakan sesuatu yang direncanakan, proses yang sistematis yang memerlukan asas-asas dan praktek ilmu perilaku yang dikenal dalam kegiatan organisasi secara terus menerus untuk mencapai tujuan penyempurnaan organisasi secara efektif, wewenang organisasi organisasi yang lebih besar serta efektifitas organisasi yang lebih besar. Inti dari pengertian kedua tokoh tersebut adalah organisasi yang awalnya biasa atau rutin bisa menjadi lebih baik , maju dan inovatif dan juga mampu beradaptasi dengan lingkungan yang selalu bergerak. Sehingga organisasi yang mengadakan pengembangan akan memiliki kemampuan dan memenuhi tuntutan dunia globalisasi.

Kepemimpinan dalam arti sempit adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. Tetapi ada beberapa tokoh yang mendefifinisikan kepemimpinan.
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24) Mendefinisikan bahwa pemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung  melalui proses komunikasi untuk  mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu,
(Rauch & Behling, 1984, 46). Berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(John C. Maxwell.) mengutarakan bahwa kepemimpinan adalah yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. Beliau juga mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
 Di tinjau dari artinya yang dimaksud pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya  jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Jadi, seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/ pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengatur, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Seorang pemimpin memliki karakter dan kepribadian yang lebih aktual serta jiwa keberaniannya selalu muncul dalam memimpin anggotanya hal itu mungkin  karena pemimipin itu lebih memiliki rasa tanggung jawab dengan apa yang mereka pimpin. Karakter dan Kepribadian merupakan sifat unik yang dimiliki setiap manusia. Namun yang membedakan dari keduanya adalah adanya unsur nilai-nilai kebaikan dan unsur moral pada sifat karakter dan kepribadian. Hal yang dikhawatirkan dari para remaja sebagai calon pemimpin bangsa adalah bahwa kebanyakan mereka kurang mengerti apa itu karakter dan kepribadian. Bahkan mereka tidak sadar bahwa karakter dan kepribadian itu sangat penting dalam jiwa seseorang, apa lagi jiwa pemimpin. Salah satu cara membangun karakter dan kepribadian adalah dengan memupuk jiwa kepemimpinan sejak dini. Mulai dari memimpin diri sendiri hingga memimpin bangsa dan negara. (Nur Sholeh, 2013)
Dari beberapa definisi dan pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kepemimipinan merupakan suatu proses pergerakan dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu menyangkut (1) keterlibatan orang lain atau kelompok orang dalam mencapai tujuan (2). Adanya berbagai usaha bersama serta menyerahkan berbagai sumber (3). Adanya faktor tertentu yang ada dalam jiwa pemimpin sehingga orang lain bersedia untuk digerakkan atau juga dapat dipengaruhi. Pembentukan karakter pemimpin memberi sesuatu dampak yang luas bagi manusia, terutama di masyarakat karena masyarakat adalah bagian dari seumur hidup kita, yang mana pada suatu keadaan tertentu ataupun dalam keadaan biasa saja, manusia akan selalu berhubungan dengan masyarakat. Pada keadaan tertentu, peran masyarakat bagi individual masyarakat atau tetangga yang masih mempunyai solidaritas tinggi pasti akan tahu keadaannya tetangganya sendiri,misalnya orang itu baru saja terkena musibah kemalingan motor atau lain sebagainya, masyarakat itu pasti memiliki  rasa empati , entah pergi kerumah orang itu untuk membantu atau hanya sekedar menengok keadaannya saja.dalam keadaan biasa saja mungkin contohnya gotong royong, musyawarah, berkumpul organisasi atau lain sebagainya, dari keadaan yang seperti itu, seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat dibutuhkan dalam mengataur masyarakat luas, baik membantu dari infrastruktur, mengatur ataupun penyelesaian masalah dalam masyarakat. (Yukl Garl, 1994)
Dalam hal ini, dapat kita pelajari dari tokoh-tokoh besar Indonesia yaitu:
[1] Bung Karno, beliau aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.  Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie Club  merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. (lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno)

[2] KH. Hasyim Asy’ari, beliau adalah salah satu dari pendiri organisasi besar di Indonesia yaitu, Nahdlotul Ulama’ dalam sejarahnya pada tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. (lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/ KH_Hasyim_Asy’ari )
[3] Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh nasional yang tidak asing lagi, berkatnya kita dapat mengenal pendidikan hingga sampai sekarang ini, dalam kiprahnya, Ki Hadjar Dewantara meramu untuk menciptakan tata tertib dan kedamaian yang berasal dari tata nilai dan budaya Jawa serta menjadi tujuan utama Taman Siswa dalam konsep pengelolaan organisasi melalui demokrasi yang berlandaskan kebijaksanaan, di sinilah kebijaksanaan tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin.  Kenji Tsuchiya menyatakan bahwa konsep “demokrasi dan kepemimpinan” tersebut diwujudkan dalam salah satu dari tiga prinsip kepemimpinan guru di Taman Siswa, yakni tut wuri handayani (membimbing dari belakang). Sang guru bersikap demokratis dengan memberi kebebasan murid memilih jalannya sendiri, namun dengan tetap mengikuti secara “akrab” serta memberikan bimbingan pada murid jika diperlukan menurut pertimbangan kebijaksanaan sang guru. (lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/ Ki_Hadjar_Dewantara)
 [4] Tan Malaka adalah figur intelektual yang produktif melahirkan karya-karya besar di  aktivitas kesehariannya sebagai pekerja biasa, yang selalu berupaya menuliskan gagasan melalui karya-karyanya, kemudian betul-betul melakukannya dalam praksis kesehariannya. Dari gagasan revolusi kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka bergerak lebih lanjut dengan mengemukakan bentuk Federasi Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau yang ada di Indonesia. Namun agaknya Federasi Republik Indonesia yang ia kemukakan dalam Aksi Massa tidak sebatas Indonesia yang kita kenal sekarang, melainkan bentangan luas sampai Filipina dan Asia seluruhnya, di mana ia menyebut Filipina sebagai Indonesia Utara. Hal ini sebagaimana ia katakan bahwa Federasi Republik Indonesia sebenarnya adalah persatuan dari 100 juta manusia yang tertindas dan mendiami pusat strategis dan perhubungan seluruh benua Asia dan samudranya. 33 Terlepas dari itu, gagasan federasi waktu itu mendasarkan pada kondisi geografis Indonesia yang berpencar-pencar dalam banyak pulau. Gagasan Tan Malaka tentang Republik Indonesia terserak dalam banyak karyanya, selain gagasan Federasi Repubik Indonesia dalam Aksi Massa tersebut, gagasan Republik Indonesia Tan dapat ditelusuri terutama dalam Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Hasan Nasbi A. menyatakan bahwa gagasan Republik versi Tan Malaka tidak menganut Trias Politika Montesquieu. Republik bagi Tan adalah sebuah Negara efisien, Republik yang dikelola oleh sebuah organisasi. Sebuah Negara tanpa parlemen, di manadalam tubuh organisasi itulah dibagi kewenangan sebagai pelaksana, sebagai pemeriksa atau pengawas, dan sebagai badan peradilan. Tidak ada pemisahan antara si pembuat aturan dan si pelaksana aturan. Di dalam organisasi yang sama pasti ada semacam dewan pelaksana harian, dan ada sejenis badan kehormatan atau komisi pemeriksa. Begitulah kewenangan dibagi, tapi tidak dalam badan yang terpisah. (Dalam karya tulis “Intelektual Revolusioner Tan Malaka” oleh Edi Subkhan)
Dari berbagai sejarah dan pengalaman para tokoh tersebut, peran organisasi dalam sebuah kepemimpinan sangat berpengaruh pada hasil yang ingin di capai oleh suatu organisasi tersebut, karena peran kepemiminan sangat berlaku dalam sebuah organisasi, dengan kata lain tidak ada sebuah organisasi yang berjalan tanpa adanya seorang pemimin karena pada dasarnya pemimpinlah itulah yang  menggerakkan, mengorganisir, mempengaruhi, mengarahkan bawahan agar menjadikan sebuah organisasi itu menjadi baik. Aktifitas kepemimpinan itu sangat penting dalam suatu organisasi, dimana peran kepemimpinan yang baik dalam organisasi adalah sebagai pengatur, pengarah aktifitas organisasi untuk mencapai suatu tujuan, sebagai penanggung jawab kebijakan organisasi, sebagai pemersatu dan pemotivasi, sebagai pelopor penjalan aktivitas kegiatan, dan juga sebagai pelopor dalam memajukan organisasi.

Simpulan
Organisasi dapat dikatakan sehat menurut Edghar Schein jika mampu menangkap dengan baik berbagai perubahan yang terjadi disekitarnya, mampu untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat, mampu memperoleh umpan balik dari berbagai pihak yang terlibat dan mampu memperoleh informasi secara cepat. Pendapat Edghar Schein dapat di paparkan bahwa setiap organisasi akan senantiasa mengalami perubahan. Perubahan itu akan terjadi karena diakibatkan adanya faktor pendorong baik dari dalam maupun dari luar. Di zaman modern ini seorang pemimpin tidak bisa hanya mengandalkan kewibawaan dan kharismatiknya saja, akan tetapi seorang pemimpin dituntut mampu menanggapi perubahan yang terjadi disekitarnya. Peran utama dalam hal ini merupakan sangat potensial untuk membangun suatu perubahan.
Dalam menanggapi perubahan seorang pemimpin perlu melakukan inovasi diantaranya pengembangan organisasi, leadership dan pengembangan individu dalam masyarakat.
Selain hal tersebut dalam melakukan suatu perubahan pengebangan organisasi, leadership dan pengembangan individu dalam masyarakat, seorang pemimpin dituntut untuk senantiasa memperhatikan para anggotanya serta lingkungan sekitarnya dengan bekerjasama dan berkomunikasi yang baik. Dengan melakukan hal ini, organisasi akan tetap survive dan ekstensinya tetap dipercaya oleh masyarakat dan kalangan lainnya.
Daftar pustaka

Basri, S. (2010). “Organisasi menurut Edghar Schein”

Budiharjo,  A.(2011). Organisasi : Menuju Pencapaian Kinerja Optimum. Jakarta : Prasetya Mulya Publishing.
Garl, Y. (1994). kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta: Victor Jaya Abadi.

Prisma. (2012 ). “unsur partisipasi dalam organisasi menurut Keith Davis”

Sholeh, N. (2013, februari 16). Membangun Karakter dan Kepribadian. Retrieved oktober 29, 2013, from nursholeh-sipil.blogspot.com: http://nursholeh-sipil.blogspot.com/2013/02/membangun-karakter-dan-kepribadian.html

Subkhan, E. (2013). Intelektual revolusioner Tan Malaka. Retrieved oktober 29, 2013, from unnes.academia.edu: http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/5195690/Intelektual_Revolusioner_Tan_Malaka.pdf




[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar