Oleh Okven
Pratama Putra
Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negri Semarang
Abstrak
Sejatinya
masing-masing anak mampu dalam memahami pelajaran di sekolah, hanya saja setiap anak
memiliki cara yang berbeda dalam memahami pelajaran yang di sampaikan oleh
gurunya. Melihat dari aktivitas belajar
ada anak yang dengan cepat dapat memahami suatu pelajaran, dan ada juga anak
yang lamban dalam memahami pelajaran, sehingga hal ini dapat mempengaruhi cara
belajar anak. Untuk mengatasi ini orang tua dan guru harus bisa mengetahui
bagaimana cara belajar yang tepat untuk anaknya. Dengan menggunakan teori Multiple Intelligence yang di miliki
anak berbeda, seperti kecerdasan linguisitik, kecerdasan logis matematis,
kecerdasan visual spasial, kecerdasan Intrapribadi, dan kecerdasan naturalis.
Kedepannya di harapkan teori Multiple
Intelligance dapat di gunakan untuk memahami cara belajar anak baik di
rumah maupun di sekolah.
Kata Kunci : Multiple Intelligence, belajar, cara
belajar
Pendahuluan
Dengan
begitu Belajar adalah aktivitas yang akan terus dilakukan sampai tidak ada lagi
daya untuk belajar. Dalam proses belajar sering kita jumpai ada anak yang cepat
menerima pelajaran tapi juga ada anak yang lambat dalam menerima pelajaran. Pada
dasarnya tidak ada anak yang tidak bisa menerima belajaran, kemungkinan besar
ada masalah dengan cara belajar sih anak tersebut, sehingga hal ini dapat
berpengaruh pada prestasi belajar anak. Anak seharusnya dapat belajar dengan cara
yang mereka sukai, tanpa ada pakasaan, hambatan, dan gangguan yang menyebatkan
mereka jadi sukar dalam belajar, dengan begitu peran orang tua sangat di
perlukan untuk mengatasi dan memberikan solusi belajar pada anaknya. Selain
orang tua guru di sekolah juga berperan penting dalam suksesnya anak dalam
memahami pelajaran, karena guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,
dan memberikan fasilitas belajar kepada anak muridnya agar tercapainya tujuan
belajar [1]. Dengan
begitu guru harus di tuntut berkerja dengan sangat profesional agar anak
muridnya dapat memahami pelajaran yang di sampaiakan, seadainya guru sendiri kurang
niat dengan tugasnya, bagaimana dengan anak muridnya? Bisa jadi anak muridnya
malah menjadi malas untuk memberikan respon terhadapa pelajaran yang di
sampaikan, misalnya ketika dalam proses mendidik, sikap dan sifat guru acuh
hanya menyuruh anak didiknya mencatat saja, dengan sedikit memberikan
penjelasan lalu kemudian anak muridnya diberikan tugas, jelas saja ini bukan
metode yang baik dalam mendidik anak dalam proses belajar. Mendidik adalah
suatu usaha yang di segaja untuk membimbing dan membina anak didik agar menjadi
manusia susila yang cakap, aktif-kreatif dan mandiri[2].
Kondisi seperti itu akan menghambat peserta didik dalam memahami materi
pelajaran, guru yang peka dengan kondisi seperti akan mengubah cara mendidik
dan mengajarnya menjadi lebih baik, agar peserta didiknya dapat memahami dan
mengerti pelajaran yang di sampaikan sehingga tujuan belajar tercapai.
Sudah waktunya orang tua dan guru
memahami cara belajar anak/peserta didiknya, karena setiap anak memiliki cara
belajar yang berbeda-beda untuk menunjukana potensi yang dia miliki, terkadang
guru beranggapan kalau anak yang pandai dalam pelajaran matematika dan bahasa
adalah anak yang cerdas, anggapan seperti itu harus di buang oleh guru, karena
setiap anak terlahir cerdas, mereka hanya membutuhkan cara belajar yang tepat
maka dari itu memahami cara belajar anak sangat penting agar dalam proses
belajar si anak dapat mengoptimalkan kemampuan yang dia miliki, serta tidak
lupa memberikan motivasi dan mengarahkan anaknya dengan bakat dan minat yang
dia miliki. Dengan menggunakan Multiple
Intelligence yang di cetuskan Howard Gardner. Saya harapakan orang tua
serta guru dapat memahami cara belajar anak/peserta didikanya dan dapat
mengetahui potensi yang dimiliki setiap anak, dan kedepannya metode ini dapat
menjadi rujukan berhasilnya anak dalam memahami pelajaran di sekolah.
Definisi Belajar
Slameto, mengatakan belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[3].
Jadi, belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada individu untuk menjadi
lebih baik dari sebelumnya seiring dengan aktivitas yang dia lakukan.
Aktivitas
Belajar
Aktivitas belajar menentukan
suksenya seseorang dalam belajar, berikut beberapa aktivitas dalam belajar yang
selalu ada seperti: (1). Mendengarkan, ketika dalam aktivitas belajar peserta
didik di tuntut mampu menjadi pendengar yang baik ketika guru menjelaskan
pelajaran. (2). Memandang, salah satu aktivitas belajar di mana ketika guru
menuliskan sesuatu, peserta didika di papan tulis, peserta didik melihat dan
merekam kedalam otak apa yang dilihat. (3). Mencatat, aktivitas belajar yang
tidak terpisahkan, dengan mencatat peserta didik dapat dengan mudah mengulangi
pelajaran yang di sampaikan. (4). Membaca, sangat di perlukan bagi peserta
didik untuk memahami materi pelajaran yang sudah di catat, dan membaca juga
dapat menambah wawasan. (5). Membuat Ringkasan, peserta didik dalam belajar sangat
terbantu jika membuat ringkasan dari materi yang disampaikan oleh gurunya,
dengan begitu mempermudah dalam mengulangi pelajaran. (6). Memahami
tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan, hal ini dapat menambah ilustratif dalam
belajar yang membantu pemahaman anak tentang suatu hal. (7). Menyusun paper atau kertas kerja, peserta didik
yang membuat kertas kerja harus benar-benar matang, seperti penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, ada metodologis dan sistematis, maka dari itu
penting menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. (8). Mengingat adalah
kemampuan jiwa untuk memasukan pelajaran dan menyimpannya dalam memori, serta
menimbulkannya kembali pelajaran yang sudah di pelajari. (9). Beperkir, untuk
memperoleh suatu ide, di butuhkan usaha untuk berfikir sehingga akan muncul
penemuan-penemuan baru, dan setidaknya orang akan tahu tentang hubungan antara
sesuatu. (11). Latihan atau praktik, mengerjakan soal-soal latihan yang
diberikan oleh guru secara mandiri adalah mengetahui kemampuan kualitas belajar
kita[4].
Sehingga dapat menggembangkan aspek belajar kita dan tujuan belajar bisa
tercapai.
Aktivitas dalam juga bisa tidak
tercapai jika dari sepuluh poin di atas, tidak di dasari oleh niat, motivasi,
dan kebutuhan peserta didik dalam belajar. Pasti ada karakter-karakter anak
yang tidak memnuhi aktivitas belajar seperti di atas, makas dari itu orang tua
dan guru juga harus bisa memahami cara belajar yang cocok dengan anaknya,
karena setiap anak memiliki cara sendiri untuk memahami pelajaran.
Masalah
Kesulitan Belajar Pada Anak
Tidak
semua anak bisa dengan mudah memahami pelajaran yang di sampaikan oleh gurunya,
pasti ada anak yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran bukan berarti
dia tidak memiliki kemampuan, tapi bisa jadi karena ada beberapa faktor
penyebab yang membuat mereka jadi sulit untuk menerima pelajaran.
Pertama,
faktor di dalam keluarga, ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, ketika orang tua tidak memberikan suasan sejuk di dalam rumah, dan
ketika kebutuhan belajar anak tidak terpenuhi. Sehingga hal ini dapat
menyebabkan sulitnya anak dalam belajar.
Kedua,
faktor Sekolah, anak yang kesulitan belajar di sekolah, bisa jadi karena
guru menggunakan metode yang tidak manarik dalam menjelaskan materi pelajaran,
hubungan guru dengan anak didik tidak harmonis, biasa hal ini bermula pada
sifat dan sikap guru, kemudaian guru kurang pandai mengetahui kesulitan belajar
yang di alami peserta didiknya, dan sarana dan prasaran sekolah yang tidak memadai.
Ketiga,
faktor masyarakat, lingkungan yang kurang kondusif sangat berpengaruh terhadap
proses belajar anak, apalagi sekarang teknologi sudah sangat maju, berapa
banyak anak-anak sekarang yang lebih memilih menghabiskan waktu bermain game
online atau pemanfaatan teknologi yang kurang baik. Sehingga membuat mereka
malas dan lupa akan kewajiban belajar[5].
Masalah kesulitan yang di alami setiap anak pasti berbeda, hal ini
menjadi bagian perkerjaan guru untuk mengetahu kondisi peserta didikanya.
Tidaklah dengan sendirinya murid-murid berhasil dalam belajarnya, peran guru
sebagai motivator itu penting sekali[6]. Sehingga guru dapat
mengetahui anak didiknya yang mengalami kelesuan dalam belajar, agar kedepannya
tidak ada lagi anak yang mengalami kesulitan belajar. Orang tua juga harus bisa
mengerti kondisi anaknya, dan berperan aktif untuk memberikan semangat agar
anak tetap semangat dalam belajar
Multiple Intelligence
Kecerdasan
adalah kapasitas mental umum yang meliputi kemampuan untuk memberikan alasan,
membuat rencana, memecahkan masalah, berpikir abstrak, menghadap ide kompleks,
belajar dari pengalaman, dan dapat diukur dengan tes IQ yang tidak dipengaruhi
oleh budaya dan genetik yang berperan besar[7]. Sedangkan Howard gardner
berangapan bahwa ada banyak kercerdasan yang tidak bisa di ukur dengan
menggunakan tes IQ standar. Gardner mendefenisikan kecerdasan sebagai kemampuan
untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya (Amstrong,
2005:19). Howard Gardner pada tahun 1983 memperkenalkan teori tentang multiple intelligence atau kecerdasan
majemuk yang di miliki setiap anak, bagi Gardner tidak ada anak yang
"bodoh" yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau
beberapa jenis kecerdasan. sayangnya masih ada orang tua ataupun pendidik yang
masih belum bisa menggali kemampuan anak-anak ini dengan potensi yang dia
miliki.
Howard Gardner membagi jenis
kecerdasan menjadi delapan bagian. Kedelapan jenis kecerdasan itu ialah : 1).
Kecerdasan logika dan matematis, adalah kemampuan individu dalam menganalisis
masalah secara logis. Individu yang memiliki kecerdasan ini unggul dalam
masalah berhitung dan berfikir ilmiah. Menurut Piaget jenis kecerdasan ini yang sering dicirikan dalam sebagai pemikiran
keritis dan digunakan sebagai metode ilmiah. Sehingga anak yang memiliki
kecerdasan logika dan matematis memiliki kemapuan dalam menghitung problem
aritmatika dengan cepat, ahli dalam bermain catur atau permainan strategi
lainnya, menjelaskan masalah secara logis, serta menikmati pelajaran matematika
dan IPA. (2). Kecerdasan musikal, kemampuan yang dimiliki individu dalam
mengingat ritme, melodi, serta pandai dalam mengubah kata-kata menjadi sebuah
lagu, dan pandai dalam memainkan alat musik. (3). Kecerdasan
kinestestik-jasmani, merupakan kemapuan dalam mengontorol gerakan,
keseimbangan, ketangkasan, dan keindahan dalam gerak. (4). Kecerdasan
Liguistik, kemapuan menggunakan kata-kata secara efektif, individu yang
memiliki kemampuan liguistik yang menonjol, mengembangkan pontensi dengan
membaca, menuliskan cerita dan bercerita. (5). Kecerdasan Visual Spasial,
memiliki kemampuan untuk memahami sebuah gamabar secara dua atau tiga dimensi,
serta mampu mengvesualisasikan kembali apa yang dia lihat. (6). Kecerdasan
Antarpribadi, individu yang memiliki kecerdasan pribadi mudah dalam
berkerjasama, bersosial, dan memiliki rasa empati kepada orang lain. (7)
Kecerdasan Intrapribadi, kemampuan untuk mengetahui siapa dirinya, apa
keunggulan yagn di miliki, dan apa kelamahan yang dia punya. (8) Kecerdasan
Natural, kemapuan yang dimiliki untuk memahami alam sekitar, seperti
mengklasifikasi bentuk tanaman, dan
hewan (Amstrong, 2005:19-23).
Teori multiple
Intelligence atau kecerdesan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan
bahwa perbedaan individu sangat penting (Jasmine, 2007:11). Memberikan kita
cara untuk melihat gambaran lengkap potensi yang dimiliki anak, tidak hanya
kemampuan liguistik maupun logis dan matematis, sehingga kemampuan yang mereka
miliki dapat di akui dan di kembangkan. Kita juga harus tahu kalau setiap anak
memilik kedelapan kecerdasan ini dengan kemampuan yang dimiliki berbeda-beda.
Terkadang kemampuan yang dimiliki anak sering terabaikan oleh sekolah, karena
sekolah kita masih melihat kalau anak yang cerdas adalah anak yang pandai dalam
pelajaran matematika, dan bahasa. Sehingga ada anak yang kurang dalam memahami
pelajaran itu merasa kemampuan yang dimilikinya seperti terabaikan. Untuk itu
sekolah harus bisa menggali kemampuan anak yang memiliki potensi selain
matematis dan bahasa, dengan menerapkan cara belajar di kelas menggunakan teori
multiple intelligence, agar setiap
anak mampu menunjukkan potensi yang dimilikinya selama ini.
Cara
Belajar dengan menggunakan Multiple
Intellegence
Orang
tua yang masih belum bisa tahu bagaiman cara belajar yang tepat untuk anaknya,
mungkin satu-satunya cara yang menurut orang tua paling efisien dengan mengikut
sertakan anaknya dalam bimbingan belajar, kemungkin juga hal ini tidak sesuai
dengan gaya belajar yang diinginkan oleh anaknya. Sehingga hal ini berdampak
pada kurang berkembangnya potensi yang di miliki oleh anaknya. Berikut beberapa
cara memahami belajar anak dengan multiple
Intellegence-nya:
Pertama, belajar dengan cara ligusitik,
cara belajar yang baik untuk anak yang memiliki kecerdasan liguistik adalah
dengan berbicara, mendegarkan, dan melihat. Dengan memahami kemampuan itu orang
tua di harapkan mampu memberikan dorongan belajar dengan sering mengajak
anaknya bercerita, membelikan buku bacaan, dan memberikan peluang untuk anak
menulis.
Kedua, belajar dengan cara logis-matematis, anak yang memiliki kecerdasan
ini belajar dengan cara membuat konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak.
Di waktu senggang orang tua hedaklah mengajak anaknya untuk bermain permainan
strategi seperti catur.
Ketiga, belajar dengan visual spasial, anak yang memiliki kemampuan visual
spasial paling efektif belajar menggunakan gambar, melalui media film, peta,
serta diagram, anak yang memiliki kemapuan ini juga pandai dalam melukis, jadi
orang tua harus bisa mengembangkan bakat yang anaknya miliki.
Kempat, belajar dengan cara
kinestik-jasmani, cara belajar yang pas untuk anak yang memiliki kecerdasan
kinestik-Jasmani adalah dengan cara, mengajak anaknya berolahraga, bermain seni
peran, serta semua jenis kegiatan yang melibatkan fisik dan sentuhan.
Kelima, belajar dengan cara musikal, cara belajar yang bisa dilakukan
degan anak yang memiliki kecerdasan musikal adalah degnan cara mendengarkan
irama dan melodi lagu untuk membantu dalam belajar, jadi orang tua harus bisa
memaklumi anaknya yang belajar dengan cara seperti ini.
Keenam, belajar dengan cara antarpribadi,
anak yang memiliki kecerdasan antarpribadi sangat cocok belajar dengan model
kelompok dan berkerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga mereka
memerlukan interaksi dengan orang lain.
Ketujuh, belajar dengan cara intrapribadi, seorang
anak yang memiliki kecerdasan intrapribadi adalah seorang independen, karena
mereka memiliki cara belajar yang mereka tentukan sendiri sesuai dengan apa
yang mereka inginkan untuk mencapai target yang mereka tentukan sendiri, anak
yang memiliki kecerdasan ini membutuhkan ruangan pribadi di rumah untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Kedelapan, belajar dengan cara natural,
cara belajar anak yang memiliki kecerdesan natural dengan mengajak anak belajar
di alam terbuka, membiarkan anak menikmati, dan mengidentifikasi apa yang dia
lihat, dan di pelajari sebagai cara dia belajar memahami sesuatu.
Dengan mengetahui cara belajar anak menggunakan
multiple intelligence. orang tua bisa
dapat memahami kemampuan yang dimiliki, serta pontensi yang dimiliki pada anak,
dan kedepannya kita dapat melihat anak-anak tersebuat mengembangkan bakat yang
dia miliki dan menghasilkan sesuatu lewat kecerdasan multiple intelligence-nya yang dimilikinya.
Menerapakan Multiple
Intelligence di Sekolah
Salah
satu kelemahan sekolah adalah kekakuan mereka dalam mengajarkan suatu mata
pelajaran atau keterampilan Guru memberikan materi dengan cara yang biasanya
melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran, dan
lembar latihan dan jika anak-anak tidak memahaminya itu adalah masalah mereka
bukan guru (Amstrong, 2005:76). Seorang guru dalam menerapkan metode multiple Intelligence di kelas, harus
bisa memahami dan mengerti kemampuan siswanya yang berbeda-beda, dan merubah
pandangannya kalau ada anak yang kurang mampu dalam belajar, karena
masing-masing anak memiliki kecerdasan yang berbeda untuk menujukan potensi
diri yang mereka miliki.
Menggunakan metode multiple intelligence dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
dapat memberikan suasana baru yang jelas berbeda, ketimbang ketika guru hanya
mengajarkan menggunakan metode tradisonal. Menggunakan metode multiple intelligance dimana setiap anak
bisa menunjukkan beberapa kemampuan dari kedelapan kecerdasan yang di milikinya
tentu saja dalam konteks yang berbeda-beda, dan hal ini juga tergantung pada
fasilitas yang di berikan guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga meningkatkan
kemampuan peserta didiknya. Penerapan model Multiple intelligance dalam proses
pembelajaran disekolah seperti
penjelasan yang disampaikan oleh Susanto (2005: 74) adalah sebagi berikut: (1). Guru dapat
menggunakan kerangka multiple Intelligance dalam melaksanakan proses pengejaran
secara luas. (2). Dengan menggunakan multiple inteligance, guru menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan
taletanya.(3). Peran orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam
mendukung proses belajar mengajar. (4). Siswa akan mampu menunjukkan dan
"berbagi" tentang kelebihan yang dimiliki akan memberikan sesuatu
motivasi untuk menjadikan siswa sebagai "spesialis". (5). Pada saat guru
mengajar dan memahami siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif
dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalanyang
di hadapinya[8].
Dengan demikian guru dapat melihat kemampua setiap murid-muridnya, ketika
menerapakan teori multiple intelligence
guru di harapkan dapat merancang setrategi belajar, membuat metode mengajar
yang tepat, serta penggunaan media belajar yang pas untuk merangsang kecerdasan
multiple intelligence setiap anak
agar dapat meningkatkan kualitas belajar anak. Sehingga nantinya semua anak di
dalam kelas dapat antusias dalam menerima materi pelajaran, dan kegiatan
belajar mengajarpun dapat menjadi lebih baik.
Anak
mempunyai kemampuan yang berbeda antara anak satu dan anak-anak lainnya dalam
hal belajar. Memang benar anak yang cerdas selalu di kaitkan dengan anak yang
pandai dalam pelajaran matematika dan bahasa, tetapi anak yang kurang dalam
pelajaran itu merasa kemampuannya seperti terabaikan, padahal setiap anak
memiliki potensi yang sama untuk berkembang hanya saja cara belajar yang di
dapat anak itu belum tepat. Menghargai setiap perbedaan anak penting ketimbang
harus melebelin mereka. Dengan teori multiple
intelligence, menggunakan beberapa jenis kecerdasan yang bisa di terapkan
dalam proses belajar, agar kedepannya mampu membantu setiap anak dalam
mengembangkan potensi yang di milikinya, memberika memotivasi anak dalam
belajar agar tidak merasa jenuh, dan membantu orang tua dan guru dalam memahami
cara belajar yang tepat untuk anak. Sehingga setiap anak bisa menujukkan
potensi dirinya dan kegiatan belajar mengajarpun menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
Amstrong,
Thomas. (2005). Setiap Anak Cerdas. Terjemahan Rina Buntara. Jakarta: Gramedia.
Ahmadi
Abu, dan Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah
Bahri Syaiful. (2008). Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Jasmine,
Julia. (2007). Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple Intelligences.
Terjemahan Purwanto. Bandung: Nuansa.
Rakhma,
Indra. Guru Menerapkan Model Multiple Intelligence dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Di unduh pada tanggal 26 Desember
2013 dari http://insinyurpendidikan.blogspot.com/2012/01/guru-menerapkan-model-multiple.html.
Suarca,
Kadek & Soetjiningsih, IGA Endah Ardhana. (2005). Kecerdasan Majemuk Pada Anak.
Sari Pendiatri, Vol. 7, No. 2, September
2005: 85-92.
[1]
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2004, hal: 104.
[2]
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar
Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 108
[3]
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar
Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 13
[4]
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar
Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 38-45
[5] Djamarah
Bahri Syaiful, Psikologi Belajar Edisi II,
Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 243
[6] M.
Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: P2LPTK, 1989, hal: 26
[7] Sari
Pendiatri, Kecerdasan Majemuk Pada Anak,
Vol. 7, No. 2, September 2005: 85-92.
[8]
Rakhma, Indra. “Guru Menerapkan Model
Multiple Intelligence dalam pembelajaran Bahasa Indonesia”. Di unduh pada
tanggal 26 Desember 2013 dari http://insinyurpendidikan.blogspot.com/2012/01/guru-menerapkan-model-multiple.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar