Kamis, 26 Desember 2013

Memahami cara belajar anak dengan Multiple Intelligence



Oleh Okven Pratama Putra
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Semarang

Abstrak
Sejatinya masing-masing anak mampu dalam memahami pelajaran di sekolah, hanya saja setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam memahami pelajaran yang di sampaikan oleh gurunya.  Melihat dari aktivitas belajar ada anak yang dengan cepat dapat memahami suatu pelajaran, dan ada juga anak yang lamban dalam memahami pelajaran, sehingga hal ini dapat mempengaruhi cara belajar anak. Untuk mengatasi ini orang tua dan guru harus bisa mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat untuk anaknya. Dengan menggunakan teori Multiple Intelligence yang di miliki anak berbeda, seperti kecerdasan linguisitik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan Intrapribadi, dan kecerdasan naturalis. Kedepannya di harapkan teori Multiple Intelligance dapat di gunakan untuk memahami cara belajar anak baik di rumah maupun di sekolah.

Kata Kunci : Multiple Intelligence, belajar, cara belajar

Pendahuluan
Dengan begitu Belajar adalah aktivitas yang akan terus dilakukan sampai tidak ada lagi daya untuk belajar. Dalam proses belajar sering kita jumpai ada anak yang cepat menerima pelajaran tapi juga ada anak yang lambat dalam menerima pelajaran. Pada dasarnya tidak ada anak yang tidak bisa menerima belajaran, kemungkinan besar ada masalah dengan cara belajar sih anak tersebut, sehingga hal ini dapat berpengaruh pada prestasi belajar anak. Anak seharusnya dapat belajar dengan cara yang mereka sukai, tanpa ada pakasaan, hambatan, dan gangguan yang menyebatkan mereka jadi sukar dalam belajar, dengan begitu peran orang tua sangat di perlukan untuk mengatasi dan memberikan solusi belajar pada anaknya. Selain orang tua guru di sekolah juga berperan penting dalam suksesnya anak dalam memahami pelajaran, karena guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar kepada anak muridnya agar tercapainya tujuan belajar [1]. Dengan begitu guru harus di tuntut berkerja dengan sangat profesional agar anak muridnya dapat memahami pelajaran yang di sampaiakan, seadainya guru sendiri kurang niat dengan tugasnya, bagaimana dengan anak muridnya? Bisa jadi anak muridnya malah menjadi malas untuk memberikan respon terhadapa pelajaran yang di sampaikan, misalnya ketika dalam proses mendidik, sikap dan sifat guru acuh hanya menyuruh anak didiknya mencatat saja, dengan sedikit memberikan penjelasan lalu kemudian anak muridnya diberikan tugas, jelas saja ini bukan metode yang baik dalam mendidik anak dalam proses belajar. Mendidik adalah suatu usaha yang di segaja untuk membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif-kreatif dan mandiri[2]. Kondisi seperti itu akan menghambat peserta didik dalam memahami materi pelajaran, guru yang peka dengan kondisi seperti akan mengubah cara mendidik dan mengajarnya menjadi lebih baik, agar peserta didiknya dapat memahami dan mengerti pelajaran yang di sampaikan sehingga tujuan belajar tercapai.

            Sudah waktunya orang tua dan guru memahami cara belajar anak/peserta didiknya, karena setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda untuk menunjukana potensi yang dia miliki, terkadang guru beranggapan kalau anak yang pandai dalam pelajaran matematika dan bahasa adalah anak yang cerdas, anggapan seperti itu harus di buang oleh guru, karena setiap anak terlahir cerdas, mereka hanya membutuhkan cara belajar yang tepat maka dari itu memahami cara belajar anak sangat penting agar dalam proses belajar si anak dapat mengoptimalkan kemampuan yang dia miliki, serta tidak lupa memberikan motivasi dan mengarahkan anaknya dengan bakat dan minat yang dia miliki. Dengan menggunakan Multiple Intelligence yang di cetuskan Howard Gardner. Saya harapakan orang tua serta guru dapat memahami cara belajar anak/peserta didikanya dan dapat mengetahui potensi yang dimiliki setiap anak, dan kedepannya metode ini dapat menjadi rujukan berhasilnya anak dalam memahami pelajaran di sekolah.

Definisi Belajar
            Slameto, mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[3]. Jadi, belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada individu untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya seiring dengan aktivitas yang dia lakukan.

Aktivitas Belajar
            Aktivitas belajar menentukan suksenya seseorang dalam belajar, berikut beberapa aktivitas dalam belajar yang selalu ada seperti: (1). Mendengarkan, ketika dalam aktivitas belajar peserta didik di tuntut mampu menjadi pendengar yang baik ketika guru menjelaskan pelajaran. (2). Memandang, salah satu aktivitas belajar di mana ketika guru menuliskan sesuatu, peserta didika di papan tulis, peserta didik melihat dan merekam kedalam otak apa yang dilihat. (3). Mencatat, aktivitas belajar yang tidak terpisahkan, dengan mencatat peserta didik dapat dengan mudah mengulangi pelajaran yang di sampaikan. (4). Membaca, sangat di perlukan bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran yang sudah di catat, dan membaca juga dapat menambah wawasan. (5). Membuat Ringkasan, peserta didik dalam belajar sangat terbantu jika membuat ringkasan dari materi yang disampaikan oleh gurunya, dengan begitu mempermudah dalam mengulangi pelajaran. (6). Memahami tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan, hal ini dapat menambah ilustratif dalam belajar yang membantu pemahaman anak tentang suatu hal. (7). Menyusun paper atau kertas kerja, peserta didik yang membuat kertas kerja harus benar-benar matang, seperti penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ada metodologis dan sistematis, maka dari itu penting menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. (8). Mengingat adalah kemampuan jiwa untuk memasukan pelajaran dan menyimpannya dalam memori, serta menimbulkannya kembali pelajaran yang sudah di pelajari. (9). Beperkir, untuk memperoleh suatu ide, di butuhkan usaha untuk berfikir sehingga akan muncul penemuan-penemuan baru, dan setidaknya orang akan tahu tentang hubungan antara sesuatu. (11). Latihan atau praktik, mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru secara mandiri adalah mengetahui kemampuan kualitas belajar kita[4]. Sehingga dapat menggembangkan aspek belajar kita dan tujuan belajar bisa tercapai.
           
            Aktivitas dalam juga bisa tidak tercapai jika dari sepuluh poin di atas, tidak di dasari oleh niat, motivasi, dan kebutuhan peserta didik dalam belajar. Pasti ada karakter-karakter anak yang tidak memnuhi aktivitas belajar seperti di atas, makas dari itu orang tua dan guru juga harus bisa memahami cara belajar yang cocok dengan anaknya, karena setiap anak memiliki cara sendiri untuk memahami pelajaran.

Masalah Kesulitan Belajar Pada Anak    
Tidak semua anak bisa dengan mudah memahami pelajaran yang di sampaikan oleh gurunya, pasti ada anak yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran bukan berarti dia tidak memiliki kemampuan, tapi bisa jadi karena ada beberapa faktor penyebab yang membuat mereka jadi sulit untuk menerima pelajaran.
           
            Pertama, faktor di dalam keluarga, ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya, ketika orang tua tidak memberikan suasan sejuk di dalam rumah, dan ketika kebutuhan belajar anak tidak terpenuhi. Sehingga hal ini dapat menyebabkan sulitnya anak dalam belajar.
            Kedua, faktor Sekolah, anak yang kesulitan belajar di sekolah, bisa jadi karena guru menggunakan metode yang tidak manarik dalam menjelaskan materi pelajaran, hubungan guru dengan anak didik tidak harmonis, biasa hal ini bermula pada sifat dan sikap guru, kemudaian guru kurang pandai mengetahui kesulitan belajar yang di alami peserta didiknya, dan sarana dan prasaran sekolah yang tidak memadai.
           Ketiga, faktor masyarakat, lingkungan yang kurang kondusif sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak, apalagi sekarang teknologi sudah sangat maju, berapa banyak anak-anak sekarang yang lebih memilih menghabiskan waktu bermain game online atau pemanfaatan teknologi yang kurang baik. Sehingga membuat mereka malas dan lupa akan kewajiban belajar[5].
           
            Masalah kesulitan yang di alami setiap anak pasti berbeda, hal ini menjadi bagian perkerjaan guru untuk mengetahu kondisi peserta didikanya. Tidaklah dengan sendirinya murid-murid berhasil dalam belajarnya, peran guru sebagai motivator itu penting sekali[6]. Sehingga guru dapat mengetahui anak didiknya yang mengalami kelesuan dalam belajar, agar kedepannya tidak ada lagi anak yang mengalami kesulitan belajar. Orang tua juga harus bisa mengerti kondisi anaknya, dan berperan aktif untuk memberikan semangat agar anak tetap semangat dalam belajar

Multiple Intelligence
Kecerdasan adalah kapasitas mental umum yang meliputi kemampuan untuk memberikan alasan, membuat rencana, memecahkan masalah, berpikir abstrak, menghadap ide kompleks, belajar dari pengalaman, dan dapat diukur dengan tes IQ yang tidak dipengaruhi oleh budaya dan genetik yang berperan besar[7]. Sedangkan Howard gardner berangapan bahwa ada banyak kercerdasan yang tidak bisa di ukur dengan menggunakan tes IQ standar. Gardner mendefenisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya (Amstrong, 2005:19). Howard Gardner pada tahun 1983 memperkenalkan teori tentang multiple intelligence atau kecerdasan majemuk yang di miliki setiap anak, bagi Gardner tidak ada anak yang "bodoh" yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. sayangnya masih ada orang tua ataupun pendidik yang masih belum bisa menggali kemampuan anak-anak ini dengan potensi yang dia miliki. 

           Howard Gardner membagi jenis kecerdasan menjadi delapan bagian. Kedelapan jenis kecerdasan itu ialah : 1). Kecerdasan logika dan matematis, adalah kemampuan individu dalam menganalisis masalah secara logis. Individu yang memiliki kecerdasan ini unggul dalam masalah berhitung dan berfikir ilmiah. Menurut Piaget jenis kecerdasan ini yang sering dicirikan dalam sebagai pemikiran keritis dan digunakan sebagai metode ilmiah. Sehingga anak yang memiliki kecerdasan logika dan matematis memiliki kemapuan dalam menghitung problem aritmatika dengan cepat, ahli dalam bermain catur atau permainan strategi lainnya, menjelaskan masalah secara logis, serta menikmati pelajaran matematika dan IPA. (2). Kecerdasan musikal, kemampuan yang dimiliki individu dalam mengingat ritme, melodi, serta pandai dalam mengubah kata-kata menjadi sebuah lagu, dan pandai dalam memainkan alat musik. (3). Kecerdasan kinestestik-jasmani, merupakan kemapuan dalam mengontorol gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keindahan dalam gerak. (4). Kecerdasan Liguistik, kemapuan menggunakan kata-kata secara efektif, individu yang memiliki kemampuan liguistik yang menonjol, mengembangkan pontensi dengan membaca, menuliskan cerita dan bercerita. (5). Kecerdasan Visual Spasial, memiliki kemampuan untuk memahami sebuah gamabar secara dua atau tiga dimensi, serta mampu mengvesualisasikan kembali apa yang dia lihat. (6). Kecerdasan Antarpribadi, individu yang memiliki kecerdasan pribadi mudah dalam berkerjasama, bersosial, dan memiliki rasa empati kepada orang lain. (7) Kecerdasan Intrapribadi, kemampuan untuk mengetahui siapa dirinya, apa keunggulan yagn di miliki, dan apa kelamahan yang dia punya. (8) Kecerdasan Natural, kemapuan yang dimiliki untuk memahami alam sekitar, seperti mengklasifikasi bentuk tanaman, dan  hewan (Amstrong, 2005:19-23).

             Teori multiple Intelligence atau kecerdesan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu sangat penting (Jasmine, 2007:11). Memberikan kita cara untuk melihat gambaran lengkap potensi yang dimiliki anak, tidak hanya kemampuan liguistik maupun logis dan matematis, sehingga kemampuan yang mereka miliki dapat di akui dan di kembangkan. Kita juga harus tahu kalau setiap anak memilik kedelapan kecerdasan ini dengan kemampuan yang dimiliki berbeda-beda. Terkadang kemampuan yang dimiliki anak sering terabaikan oleh sekolah, karena sekolah kita masih melihat kalau anak yang cerdas adalah anak yang pandai dalam pelajaran matematika, dan bahasa. Sehingga ada anak yang kurang dalam memahami pelajaran itu merasa kemampuan yang dimilikinya seperti terabaikan. Untuk itu sekolah harus bisa menggali kemampuan anak yang memiliki potensi selain matematis dan bahasa, dengan menerapkan cara belajar di kelas menggunakan teori multiple intelligence, agar setiap anak mampu menunjukkan potensi yang dimilikinya selama ini. 

Cara Belajar dengan menggunakan Multiple Intellegence
Orang tua yang masih belum bisa tahu bagaiman cara belajar yang tepat untuk anaknya, mungkin satu-satunya cara yang menurut orang tua paling efisien dengan mengikut sertakan anaknya dalam bimbingan belajar, kemungkin juga hal ini tidak sesuai dengan gaya belajar yang diinginkan oleh anaknya. Sehingga hal ini berdampak pada kurang berkembangnya potensi yang di miliki oleh anaknya. Berikut beberapa cara memahami belajar anak dengan multiple Intellegence-nya:

            Pertama, belajar dengan cara ligusitik, cara belajar yang baik untuk anak yang memiliki kecerdasan liguistik adalah dengan berbicara, mendegarkan, dan melihat. Dengan memahami kemampuan itu orang tua di harapkan mampu memberikan dorongan belajar dengan sering mengajak anaknya bercerita, membelikan buku bacaan, dan memberikan peluang untuk anak menulis.
           
            Kedua,  belajar dengan cara logis-matematis, anak yang memiliki kecerdasan ini belajar dengan cara membuat konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak. Di waktu senggang orang tua hedaklah mengajak anaknya untuk bermain permainan strategi seperti catur.

            Ketiga, belajar dengan visual spasial, anak yang memiliki kemampuan visual spasial paling efektif belajar menggunakan gambar, melalui media film, peta, serta diagram, anak yang memiliki kemapuan ini juga pandai dalam melukis, jadi orang tua harus bisa mengembangkan bakat yang anaknya miliki.

            Kempat, belajar dengan cara kinestik-jasmani, cara belajar yang pas untuk anak yang memiliki kecerdasan kinestik-Jasmani adalah dengan cara, mengajak anaknya berolahraga, bermain seni peran, serta semua jenis kegiatan yang melibatkan fisik dan sentuhan.

            Kelima, belajar dengan cara musikal, cara belajar yang bisa dilakukan degan anak yang memiliki kecerdasan musikal adalah degnan cara mendengarkan irama dan melodi lagu untuk membantu dalam belajar, jadi orang tua harus bisa memaklumi anaknya yang belajar dengan cara seperti ini.
           
            Keenam, belajar dengan cara antarpribadi, anak yang memiliki kecerdasan antarpribadi sangat cocok belajar dengan model kelompok dan berkerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga mereka memerlukan interaksi dengan orang lain.

             Ketujuh, belajar dengan cara intrapribadi, seorang anak yang memiliki kecerdasan intrapribadi adalah seorang independen, karena mereka memiliki cara belajar yang mereka tentukan sendiri sesuai dengan apa yang mereka inginkan untuk mencapai target yang mereka tentukan sendiri, anak yang memiliki kecerdasan ini membutuhkan ruangan pribadi di rumah untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

            Kedelapan, belajar dengan cara natural, cara belajar anak yang memiliki kecerdesan natural dengan mengajak anak belajar di alam terbuka, membiarkan anak menikmati, dan mengidentifikasi apa yang dia lihat, dan di pelajari sebagai cara dia belajar memahami sesuatu.
           
            Dengan mengetahui cara belajar anak menggunakan multiple intelligence. orang tua bisa dapat memahami kemampuan yang dimiliki, serta pontensi yang dimiliki pada anak, dan kedepannya kita dapat melihat anak-anak tersebuat mengembangkan bakat yang dia miliki dan menghasilkan sesuatu lewat kecerdasan multiple intelligence-nya yang dimilikinya.

Menerapakan Multiple Intelligence di Sekolah
Salah satu kelemahan sekolah adalah kekakuan mereka dalam mengajarkan suatu mata pelajaran atau keterampilan Guru memberikan materi dengan cara yang biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran, dan lembar latihan dan jika anak-anak tidak memahaminya itu adalah masalah mereka bukan guru (Amstrong, 2005:76). Seorang guru dalam menerapkan metode multiple Intelligence di kelas, harus bisa memahami dan mengerti kemampuan siswanya yang berbeda-beda, dan merubah pandangannya kalau ada anak yang kurang mampu dalam belajar, karena masing-masing anak memiliki kecerdasan yang berbeda untuk menujukan potensi diri yang mereka miliki.

             Menggunakan metode multiple intelligence dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat memberikan suasana baru yang jelas berbeda, ketimbang ketika guru hanya mengajarkan menggunakan metode tradisonal. Menggunakan metode multiple intelligance dimana setiap anak bisa menunjukkan beberapa kemampuan dari kedelapan kecerdasan yang di milikinya tentu saja dalam konteks yang berbeda-beda, dan hal ini juga tergantung pada fasilitas yang di berikan guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga meningkatkan kemampuan peserta didiknya. Penerapan model Multiple intelligance dalam proses pembelajaran disekolah seperti penjelasan yang disampaikan oleh Susanto (2005: 74) adalah sebagi berikut: (1). Guru dapat menggunakan kerangka multiple Intelligance dalam melaksanakan proses pengejaran secara luas. (2). Dengan menggunakan multiple inteligance, guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan taletanya.(3). Peran orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses belajar mengajar. (4). Siswa akan mampu menunjukkan dan "berbagi" tentang kelebihan yang dimiliki akan memberikan sesuatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai "spesialis". (5). Pada saat guru mengajar dan memahami siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalanyang di hadapinya[8]. Dengan demikian guru dapat melihat kemampua setiap murid-muridnya, ketika menerapakan teori multiple intelligence guru di harapkan dapat merancang setrategi belajar, membuat metode mengajar yang tepat, serta penggunaan media belajar yang pas untuk merangsang kecerdasan multiple intelligence setiap anak agar dapat meningkatkan kualitas belajar anak. Sehingga nantinya semua anak di dalam kelas dapat antusias dalam menerima materi pelajaran, dan kegiatan belajar mengajarpun dapat menjadi lebih baik.
           
Kesimpulan
Anak mempunyai kemampuan yang berbeda antara anak satu dan anak-anak lainnya dalam hal belajar. Memang benar anak yang cerdas selalu di kaitkan dengan anak yang pandai dalam pelajaran matematika dan bahasa, tetapi anak yang kurang dalam pelajaran itu merasa kemampuannya seperti terabaikan, padahal setiap anak memiliki potensi yang sama untuk berkembang hanya saja cara belajar yang di dapat anak itu belum tepat. Menghargai setiap perbedaan anak penting ketimbang harus melebelin mereka. Dengan teori multiple intelligence, menggunakan beberapa jenis kecerdasan yang bisa di terapkan dalam proses belajar, agar kedepannya mampu membantu setiap anak dalam mengembangkan potensi yang di milikinya, memberika memotivasi anak dalam belajar agar tidak merasa jenuh, dan membantu orang tua dan guru dalam memahami cara belajar yang tepat untuk anak. Sehingga setiap anak bisa menujukkan potensi dirinya dan kegiatan belajar mengajarpun menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka
Amstrong, Thomas. (2005). Setiap Anak Cerdas. Terjemahan Rina Buntara. Jakarta: Gramedia.

Ahmadi Abu, dan Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah Bahri Syaiful. (2008). Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Jasmine, Julia. (2007). Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple          Intelligences. Terjemahan Purwanto. Bandung: Nuansa.

Rakhma, Indra. Guru Menerapkan Model Multiple Intelligence dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Di unduh pada tanggal 26 Desember 2013 dari  http://insinyurpendidikan.blogspot.com/2012/01/guru-menerapkan-model-multiple.html.

 
Suarca, Kadek & Soetjiningsih, IGA Endah Ardhana. (2005). Kecerdasan Majemuk Pada Anak. Sari Pendiatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 85-92.        


[1] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal: 104.
[2] Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 108
[3] Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 13
[4] Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 38-45
[5] Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarata: Rineka Cipta, 2008, hal: 243
[6] M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: P2LPTK, 1989, hal: 26
[7] Sari Pendiatri, Kecerdasan Majemuk Pada Anak, Vol. 7, No. 2, September 2005: 85-92.
[8] Rakhma, Indra. “Guru Menerapkan Model Multiple Intelligence dalam pembelajaran Bahasa Indonesia”. Di unduh pada tanggal 26 Desember 2013 dari http://insinyurpendidikan.blogspot.com/2012/01/guru-menerapkan-model-multiple.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar