Oleh Ade
Romadoni
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
adeliaondloph95@yahoo.com
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
adeliaondloph95@yahoo.com
Abstrak
Di era modern saat ini perkembangan media sangatlah
pesat, hal ini berbanding lurus dengan perkembangan teknologi. Media adalah
komponen komunikasi yang berfungsi sebagai perantara dari pengirim ke penerima.
Media pembelajaran mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, agar
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Ditinjau dari pengertian
komunikasi maka proses pembelajaran sebenarnya juga proses komunikasi.
Berdasarkan wawasan bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi demikian
pula bahwa proses pembelajaran adalah suatu sistem, maka posisi media
pembelajaran adalah sebagai komponen sistem pembelajaran. Belakangan ini banyak
sekali kegagalan-kegagalan penyampaian pesan pembelajaran dari guru/ pembelajar
(komunikator) kepada siswa (komunikan) yang banyak didasari dengan
tuduhan-tuduhan salahnya media pembelajaran yang disampaikan oleh komunikator
yang tidak tepat. Selama ini, sistem dan budaya pendidikan di Indonesia sangat
mengagungkan pembenahan sisi kognitif. Para siswa banyak dijejali mata
pelajaran yang memaksa mereka terampil berhitung dan menghafal. Mereka
diperlakukan layaknya sebuah robot, harus menuruti aturan main yang sudah
dibuat. Padahal, pendidikan bagi anak juga perlu dilakukan untuk mengembangkan
dunia kreatifitas mereka.
Kata
kunci: komunikasi, kretivitas anak , media, media pembelajaran, pembelajaran
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan baik
rohani maupun jasmani agar anak lebih siap dalam menapaki pendidikan lebih
lanjut (lebih lengkapnya untuk menguatkan pengertian (lihat, Sumber http://pgpaud.unpkediri.ac.id/index.php/web/detberita/berita/23). Pernyataan tentang pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menemukan jawaban dalam setidaknya dua hal; Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini (Direktorat PADU) pada 2011, yang kemudian berubah
nama pada 2003 menjadi Direktorat PAUD, dan diadopsinya istilah “early
childhood education” menjadi “pendidikan anak usia dini” dalam undang-undang
Nomer 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 : 14, Pasal
28), yaitu
Pembinaan yang
ditunjukan kepada anak dini didefinisikan sebagai suatu upaya usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
Menurut UU No 28 Tahun 2003Tentang
Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 28 yang berisi
PAUD
diselenggarakan sebelum Pendidikan dasar; PAUD dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal; Jalur formal berbentuk Taman
Kanak-kanak, RA atau yang sederajat; Jalur formal berbentuk KB, Tempat
Penitipan Anak atau yang sederajat; Jalur informal berbentuk pendidikan
keluarga.
Sebelum
menginjak masa anak-anak sebelumnya terlebih dahulu menginjak Masa Prenatal,
Masa periode perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara
biologis, hidup dimulai pada jangka waktu ini. Walaupun masa prenatal sangatlah
singkat tetapi mempunyai enam ciri penting diantaranya yaitu sifat-sifat yang
diturunkan oleh orang tua, pengaruh kondisi ibu, perkembangan sifat bawaan,
perkembangan dan pertumbuhan normal banyak terjadi pada fase prenatal, masa
yang banyak mengandung bahaya, dan periode prenatal merupakan saat dimana
orang-orang yang berkepentingan membentuk sikap-sikap yang baru diciptakan dan
pada periode ini bahwa bayi sudah mulai bisa belajar (lihat health.detik.com,13/12/ 2011).
Jauh
sebelum dilakukan usaha untuk membahas anak-anak secara ilmiah, selama
bertahun-tahun kenyataan yang diterima adalah bahwa pada awal perkembangan anak
merupakan masa yang kritis bagi perkembangan, hal ini bahwa masa kanak-kanak
masa dewasa, sebagaimana pagi hari meramalkan hari baru. Pendidikan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak maka
dari itu pendidikan selalu dan sangat digalakan oleh pemerintah terutama wajib
belajar 9 tahun yang kini naik menjadi wajib belajar 12 tahun (lihat news.detik.com, 22/04/2010).
Hal
ini menghilangkan jalur pendidikan salah satunya yaitu pendidikan informal yang
berpusat pada keluarga,melalui pendidikan informal lah anak memulai mengenal
lingkungan dan pengetahuan awalnya sebelum menginjak jalur pendidikan formal
yang didalamnya ada tahap Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas, dan jalur pendidikan nonformal (lihat wordpress.com, 09/09/2012). Tujuan pendidikan pada umumnya
menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga peserta didik dapat mewujudkan
dirinya, mengamalkan serta ikut berkontribusi dalam masyarakat dan berfungsi
sepenuhnnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Seiring
dengan kemajuan jaman dewasa ini, kesibukan orang tua semakin meningkat
sehingga keluarga kadang-kadang kurang memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya. Keluarga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga
sampai melupakan dan tidak meluangkan waktu untuk anaknya hanya sekedar bermain
bersama atau pun bercengkrama didalam rumah dan alternatif dari keluarga
tersebut adalah menitipkan anak pada babysiter dan pada sekolah PAUD yang
secara sosial berbeda cara mendidiknya ketika didalam sebuah keluarga. Hal ini
disebabkan oleh situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuan sosial ekonomi
masyarakat yang beraneka ragam. Pada masa usia dini lah masa-masa yang sangat
rawan apabila dalam pemberian rangsangan atau stimulan pada anak maka sangat
berakibat fatal pada jenjang masa depan anak nantinya.
Pemberian
rangsangan yang tepat pada anak yaitu melalui bermain atau belajar sambil
bermain, hal ini sangat efektif karena pada usia kanak-kanak lah presentase
bermain masih sangat banyak karena “permainan itu suatu perbuatan yang
mengandung keasyikan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan
untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut”, dan
syaraf-syaraf motorik pada anak sedang berkembang dan mudah sekali menangkap
dan menyerap apa yang anak lihat maupun dengar tanpa tahu itu positif atau
negatif untuk anak tersebut, untuk itu peran orang tua sangatlah penting untuk
memilih dan mengajarkan anak tentang pengetahuan-pengetahuan.
Diperlukan
penunjang untuk belajar dan bermain berupa media dalam bentuk alat peraga yang
menarik sesuai karakteristik perkembangan anak. Karena lewat peraga ini lah
cara belajar sambil bermain dipandang efektif untuk mengenalkan hal baru bagi
anak dengan dikemas secara menyenangkan dan mendidik. Hal ini sangat kurang
diperhatikan oleh pendidik dalam bermain dengan tema dan indikator tertentu
pendidik tidak menggunakan media dalam bentuk alat peraga. Hal ini karenanya
kurang kreatifitasnya atau ketrampilan yang dimiliki oleh pendidik dan
indikator lain kurangnya dana pengembangan media pembelajaran, sehingga terjadi
tidak tercapainya tujuan dan harapan.
Awal
masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari ketrampilan
tertentu. Terdapat 3 alasan; Pertama, anak sedang mengulang-ulang dan karenanya
dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil. Kedua,
anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut kalau
dirinya mengalami sakit atau diejek teman-temannya. Ketiga, anak belia mudah
dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur dan ketrampilan yang
baru dikuasai tidak mengganggu ketrampilan yang sudah ada dan kemampuan otak
anak masih sangat baik untuk menyimpan hal-hal baru yang didapat anak. Melalui
kemampuan anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Anak
dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk melambangkan yang
lainnya, maka dari itu pembelajaran menggunakan media alat peraga sangat
efektif (baca Pengembangan kreativitas anak
berbakat oleh Utami Munandar, 2004: 112-115)
Kreativitas dalam Media Pembelajaran
Merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah atau segala bentuk
pemanfaatan segala sesuatu untuk melakukan sesuatu, contohnya yaitu seoarang
anak menemukan sapu terkadang digunakan untuk bermain gitar. Dunia anak
sangatlah imaginatif tetapi kita sebagai orang tua harus pandai-pandainya
mengatur dan mengarahkan anak agar anak tidak salah dalam menuangkan segala
aspek yang telah dia dapat. Kendala utama terhadap kreativitas adalah
pengertian tentang kreativitas sebagai warisan dari orang tua yang hanya dipunyai
pada orang-orang tersebut, kreatif anak tidaklah dapat dilakukan melalui
pendidikan untuk mempengaruhinya. Adapun ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif
pada anak (lihat Perkembangan Anak Usia
Dini oleh Ahmad Susanto, 2011 : 199-120) yaitu berfikir lancar, maksudnya
yaitu si anak banyak memiliki gagasan dan ide serta pertanyaan-pertanyaan yang
intinya memikirkan dari satu hal.
Kemampuan
berfikir luwes, maksudnya anak menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda
dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Kemampuan berfikir
orisional, maksudnya yaitu cara penyampaian yang unik beda dari yang lainnya
dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak biasa. Ketrampilan merinci,
maksudnya yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
dan menambahkan atau memerinci dari suatu objek sehingga lebih menarik.
Ketrampilan menilai, maksudnya yaitu menentukan penilaian sendiri apakah suatu
pertanyaan benar, tindakan bijaksana, tidak hanya menentukan suatu gagasan
tetapi juga melaksanakannya.
Media Kegiatan Bermain
Untuk
memicu kreativitas anak dalam pembelajaran perlu adanya metode permainan yang
edukatif yaitu permainan yang mengajak anak untuk bermain sambil belajar dan
juga melibatkan media-media yang ada untuk menunjang proses pembelajaran. Untuk
tempat pembelajaran agar lebih hidup dan anak mengenal lingkungannya adalah
lingkungan alam atau outdoor agar anak lebih luas dalam mengembangkan
kreativitasnya, karena lingkungan telah menyiapkan bahan-bahan untuk anak
belajar sambil bermain, bahan-bahan tersebut ada yang berupa bahan mentah
maksudnya bahan yang butuh diolah atau dimodifikasi agar dapat digunakan dalam
pembelajaran contohnya mengajak anak belajar diluar kelas dan akan mengenalkan
permainan-permainan tradisioanal seperti tembak-tembakan yang terbuat dari pelepah
pisang, pendidik/anak harus mengambil pelepah pisang tersebut dari pohon pisang
lalu tidak sampai itu saja tetapi masih perlu ada sentuhan modifikasi agar
menjadikan sebuah tembak-tembakan tersebut hal ini lah yang baik untuk tumbuh
kembang pemikirannya, selain itu juga ada bermain tanah liat yang menuntut anak
untuk kreatif dalam membuat dan membentuk model benda, sedangkan bahan siap
pakai maksudnya bahan yang telah ada dan disiapkan dialam yang langsung bisa
digunakan untuk pembelajaran tanpa harus dilengkapi/modifikasi contohnya
belajar mengenalkan buah-buahan pada anak, anak tersebut tidak hanya belajar
didalam ruang kelas dan diterangkan serta melihat gambar buah tapi anak diajak
untuk melihat objek yang sebenarnya. Permainan edukatif yang kreatif juga
diperlukan yang nantinya akan berfungsi sebagai sumber pengetahuan, ketrampilan
baru bagi anak sekaligus dalam pengembangan nalar dan kreativitas anak seperti
berfikir, menganalisa, memcahkan masalah sendiri, serta berfikir secara
sistematik.
Sebelum kita jauh mengenal tentang media
pembalajaran yang utama harus kita ketahui yaitu apa itu media?,
media adalah komponen komunikasi yang
berfungsi sebagai perantara atau pembawa pesan dari pengirim ke penerima,
sedangkan menurut AECT media dalah semua bentuk dan saluran yang digunakan
dalam proses penyampaian informasi (lihat ulasan lebih lengkapnya pada Media pembelajaran aktif oleh Dananjaya,
2011: 4).
Sedangkan
jika media pembelajaran ditinjau dari pengertian komunikasi maka proses
pembelajaran sebenarnya juga proses komunikasi (lihat yogoz.wordpress.com, 12/02/2011). Berdasarkan wawasan bahwa proses
pembelajaran adalah proses komunikasi demikian pula bahwa proses pembelajaran
adalah suatu sistem, maka posisi media pembelajaran adalah sebagai komponen
sebagai sistem pembelajaran, tanpa media komunikasi tidak akan terjadi dan
demikian pula tanpa media pembelajaran, proses pembelajaran juga tidak akan
berlangsung. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa atau wujud daripada bahan ajar dan atau target
hasil dan proses belajar mengajar yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
sehingga dapat mendorong proses belajar.
Media
pembelajaran juga berupa benda atau alat yang digunakan oleh pendidik untuk
memperjelas dan mempermudah dalam proses pemahaman dan penerimaannnya oleh anak
, media yang dimaksud disini adalah alat peraga dari lingkungan sebagai media
pembelajaran yang dapat membantu pendidik untuk mengetahui semua yang ada pada
pikiran anak. Penggunaan media berupa alat peraga seperti inilah sebagai
terobosan agar anak daat berfikir rasional dengan apa yang kita sampaikan,
ditambah lagi metode balajarnya dikemas dalam permainan yang bisa merubah
psikomotor-psikomotor anak agar anak lebih rileks serta nyaman dengan cara
penyampaian meteri. Jenis media antaranya media audio, media visual, media
audio visual.
Hubungan
Kreativitas dan Media Pembelajaran
Tak seorangpun
akan mengingkari bahwa kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga dan
sekolah. Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong
dalam pengembangan kreativitas anak. Kreativitas itu sangatlah penting bagi
anak untuk meciptakan hal-hal baru yang dapat merubah dan merubah kebiasaan.
Pendidik
apabila melakukan kegiataan pembelajaran kurang memperhatikan langkah-langkah
yang harus dipersiapkan dalam proses pembelajaran, mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran menganggap bahwa pendidik merasa telah berpengalaman merasa tidak
perlu membuat persiapan belajar, kurang memahami model pembelajaran yang
efektif dan efisien sehingga pendidik kurang memperhatikan perbandingan jumlah
alat bermain dengan anak-anak. Memaksa hak anak didik adalah kesalahan pendidik
dalam melaksanakan tugasnya melakukan pemaksaan kepada anak didik dan orang tua
anak didik untuk menuruti segala yang diinginkan pendidik. Mengabaikan
perbedaan anak didik, padahal setiap anak memiliki perbedaan yang unik
kekuatan, kelemahan dan minat yang berbeda, latar belakang sosial ekonomi
berbeda juga dalam aktifitas. Dari segi tersebut pendidik tidak diperkenankan mengabaikan
hal semacam ini karena kasus seperti itu sangatlah sering terjadi dan menjadi
kewajaran dimasyarakat padahal dampaknya sangat berpengaruh terhadap peserta
didik. Kasus ini akan saya paparkan sepertinya memang pendidik selalu sebagai
sumber dari segala sumber pembelajaran yang ada, anggapan ini yang masih
melekat pada masyarakat dan anak didik terutama pada usianya yang masih dini
untuk mengenal apa saja media dari pembelajaran yang bisa dimanfaatkan.
Krearif ini akan menunjang daya fikir yang baru serta bervariasi yang dapat menuntun anak untuk selalu berfikir beda dan memunculkan ide-ide baru untuk dirinya serta orang lain (lihat lengkapnya pada Kreativitas keberbakatan oleh Canny, 2009: 59-63). Media pembelajaran juga sangatlah penting untuk menunjang kegitan belajar mengajar jika tidak ada media pembelajaran akanlah sangat hambar, apalagi sasaran utamanya adalah menumbuhkan kreativitas anak dengan metode bermain jika tanpa ada yang namanya media didalamnya pasti yang ada hanya seorang pendidik berdongeng kepada anak didiknya tanpa mengenalkan wujud karena notabene bermain itu adalah hal yang berkaitan langsung dengan media serta alat peraga yang akan digunakan.
Krearif ini akan menunjang daya fikir yang baru serta bervariasi yang dapat menuntun anak untuk selalu berfikir beda dan memunculkan ide-ide baru untuk dirinya serta orang lain (lihat lengkapnya pada Kreativitas keberbakatan oleh Canny, 2009: 59-63). Media pembelajaran juga sangatlah penting untuk menunjang kegitan belajar mengajar jika tidak ada media pembelajaran akanlah sangat hambar, apalagi sasaran utamanya adalah menumbuhkan kreativitas anak dengan metode bermain jika tanpa ada yang namanya media didalamnya pasti yang ada hanya seorang pendidik berdongeng kepada anak didiknya tanpa mengenalkan wujud karena notabene bermain itu adalah hal yang berkaitan langsung dengan media serta alat peraga yang akan digunakan.
Aktifitas
kebanyakan dari anak-anak adalah bermain, malakukan hal yang mereka anggap
menyenangkan dan tanpa ada pertimbangan berarti baginya karena anak pada usia
ini sangatlah senang menghabiskan waktunya untuk bermain. Dalam bermain dapat
menumbuhkan kreativitas karena dalam aktifitas bermain anak-anak cenderung
cepat bosan dan menginginkan hal yang baru, pada tahap ini pendidik sangat
berperan karena pendidik dapat menyediakan bahan-bahan untuk anak dan memantau
anak dalam bermain dan melakukan percobaan sendiri, pendidik harus terus
membimbing dan memantau perkembangan bermain anak agar anak dapat memahami dan
menciptakan ide baru entah itu membuat bahan-bahan yang telah disediakan
menjadi objek bermain ataukah digunakan untuk hal baru yang terpenting anak
menemukan dan menciptakan sendiri. Anak belajar dari bermain dan pengalamannya
bermain dimasa lampau yang menyenangkan dengan bahan, benda, maupun temannya
menjadikan anak pertumbuhan dan perkembangannya optimal baik fisik, fikiran dan
emosinya (baca Pengembangan kreativitas
anak berbakat oleh Utami Munandar, 2004: 126-128).
Pemilihan
bermain yang tepat adalah kuncinya, contoh bermain peran atau drama permainan
ini sangat bagus untuk melatih kepekaan imajinasi sarta sosial anak karena anak
pada posisi ini memerankan bukan dirinya dan disini timbul kreativitas anak
untuk memerankan peran tersebut, permainan ini adalah dasar perkembangan daya
cipta, kerjasama kelompok, dan penyerapan kosa kata (lihat weebly.com, 2008) . Kemudian bermain pembangunan jadi anak diajak
untuk bermain dengan miniatur-miniatur replika bangunan misalkan miniatur
sekolah, pendidik mengarahkan agar anak mengambil peran sebagai pengatur
bangunannya, untuk melatih anak mengembangkan ketrampilannya yang akan
mendukung sekolahannya dikemudian hari. Pemilihan strategi pembelajaran kreatif
berpusat pada anak, mendorong perkembangan daya pikir dan daya cipta. Pendidik
tidak boleh memberikan perintah untuk melakukan sesuatu tetapi langsung turun
tangan membantu anak ketika mengalami kesulitan atau kendala agar yang tetap
menjadi pemegang peran dalam hal tersebut adalah peserta didik.
Pendidikan memiliki strategi yang
tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan
baru, memberikan teladan kepada seluruh peserta didik mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif (lihat Media
pendidikan oleh Sadiman Arief S, 1986: 7). Kemudian pendidik harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada peserta didik dalam
melakukan kegiatam bermain khususnya, motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
lingkungan fisik yang didalamnya mencakup ruang belajar, tempat bermain, serta
sarana yang ada serta mengatur lingkungan yang aman dan menyenangkan.
Pengaturan suasana bermain pendidik harus mampu menciptakan hubungan yang
harmonis tidak lupa pula penanaman sikap disiplin yang diharapkan dapat
tercapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan. Memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga
dapat meningkatkan permainan yang sedang dihadapi, mengeluarkan isi hati dan
merealisasikan gagasan yang ada pada dirinya, memberikan reward untuk anak agar
semangat anak dalam pembelajaran semakin besar. Pemilihan strategi pembelajaran
kreatif harus berpusat pada anak artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, mendorong perkembangan, daya fikir,
daya cipta dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.
Ketika melakukan proses bermain anak
merasa senang dan bahagia, pada saat itu untuk memberikan rangsangan atau
motivasi sangat tepat, sasaran tersebut mengacu pada kecerdasan linguistic yang dapat berkembang bila
dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita,
perangsangan melalui irama nada, melalui kegiatan berhitung dan bermain dengan
benda-benda, kecerdasan kinestetik
yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga dan olah tubuh,
kecerdasan yang mampu mengenal dan mencintau Tuhan penciptanya yang dirangsang
melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama, kecerdasan sosial tentang hubungannya dengan orang lain dapat dirangsang
melalui bermain bersama teman, kerjasama serta memecahkan konflik, sarta ada
satu lagi menurut pemaparan saya acuan tersebut adalah kecerdasan interpersonal kemampuan unntuk
melakukan hubungan dengan diri sendiri yang dirangsang melalui pengembangan
konsep diri, harga diri, percaya diri dan mampu mengkontrol diri serta disiplin
(lihat www.oocities.org, 08/10/2009)
Kesimpulan
Media
pembelajaran dapat dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam
pembelajaran untuk membawa informasi berupa pembelajaran dari pendidik kepada
siswa. Dalam kontek Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentunya harus lebih
selektif dalam pemilihan media pembelajaran, dengan pendekatan bermain anak
lebih tertarik dan senang untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar sehingga
pendidik dapat memanfaatkan hal tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran sesuai tujuan yang akan dicapai. Metode ini juga memudahkan untuk
menarik minat anak, anak marasa tidak akan terbebani dengan metode pembelajaran
ini karena secara tidak langsung pengemasan pembelajaran yang berbeda dari
kebanyakan metode belajar saat ini yang menerapkan hafal dan menghitung tetapi
pada dasarnya adalah belajar dan mengembangkan kreativitas anak melalui bermain
edukatif.
Untuk lebih jelasnya lagi dapat
berupa hakikat anak bermain sangat banyak waktunya dibandingkan dengan
belajarnya, untuk itu hal ini dapat dimanfaatkan juga saat anak bermain
diberikan pembelajaran-pembalajaran didalamnya yang secara tidak langsung anak
itu belajar sambil bermain. Kretivitas anak dapat terasah melalui kegitan
permainan yang edukatif yang mendorong anak untuk aktif mengembangkan idenya
dalam permainan. Permainan edukatif ini dapat bersumber pada lingkungan alam
sekitar anak yang tujuannya agar anak belajar sembari mengenal lingkungannya
karena lingkungan merupakan media yang sangat tepat untuk dijadikan bahan
pembelajaran bagi anak. Permainan tersebut berupa bahan mentah atau bahan sudah
siap pakai digunakan untuk media pembelajaran edukatif, maupun yang harus
dibuat baru atau dimodifikasi oleh anak untuk melihat sejauh mana krearivitas
anak tersebut. Permainan edukatif kreatif sebagai sumber pengetahuan,
ketrampilan yang baru bagi anak sekaligus sebagai media pengembangan nalar dan
kreativitas anak seperti berfikir, memecahkan masalah sendiri serta berbuat
secara sistematik.
Tapi
tentunya penerapan sistem belajar sambil bermain ini tidak sepenuhnya dapat
diterima oleh masyarakat karena anggapan-anggapan yang sudah mendarah daging
pada masyarakat bahwasannya diwaktu anak belajar anak harus belajar dan diwaktu
bermain untuk bermain dan tanpa didampingi saat bermain tersebut. Untuk ini
upaya pertama yang harus dilakukan adalah meyakinkan khalayak umum bahwa pada
hakikatnya waktu bermain anak adalah waktu dimana dia belajar.
Daftar
Pustaka
Arief
S, Sadiman. 1986. Media Pendidikan :
Pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya.
Jakarta: Pustekom Dikbud dan CV. Rajawali.
Dananjaya, Utomo. 2011. Media pembelajaran aktif. Bandung: Nuansa.
Munandar,
Utami. 2004. Pengembangan kreativitas
anak berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Republik Indonesia. 2003. Undang-
Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Republik Indonesia. 2003.
Undang-undang Nomer 28 Tahun 2003 Pasal 28 tentang
PAUD. Jakarta.
Semiawan,
Canny R. 2009. Kreativitas keberbakatan:
mengapa, apa dan bagaimana. Jakarta: PT. Indeks.
Susanto,
Ahmad. 2011. Perkembangan anak usia dini:
Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada media group.
Referensi
Media Massa
Ativa, Siti.
2012. Pendidikan informal, Diakses di
http://sitiativa.wordpress.com/2012/09/09/pendidikan-informal/ pada 25 oktober
2013.
Kuntjojo. 2012. Konsep-konsep dasar pendidikan anak usia
dini. Diakses di
Meilania. 2009. Delapan jenis kecerdasan. Diunduh dari http://www.oocities.org/meilania90/mi9cerdas.htm pada 24 oktober
2013.
Prihatono, Yogo.
2011. Macam-macam komunikasi dalam
pembelajaran. Diakses di http://yogoz.wordpress.com/tag/macam-macam-komunikasi-dalam-pembelajaran/ pada 25 oktober
2013.
Ramdhan, Akma.
2008. Model pembelajaran role playing bermain
peran dalam
pembelajaran partisipatif. Diakses di http://akmalramdhan.weebly.com/model-pembelajaran-role-playing-bermain-peran-dalam-pembelajaran-partisipatif.html pada 24 oktober 2013.
pembelajaran partisipatif. Diakses di http://akmalramdhan.weebly.com/model-pembelajaran-role-playing-bermain-peran-dalam-pembelajaran-partisipatif.html pada 24 oktober 2013.
Ristian
Dwiputra, Suharta. 2010. Wajib belajar
atau wajib sekolah. Diakses di http://news.detik.com/read/2010/04/22/075842/1343052/471/wajib-belajar-atau-wajib-sekolah pada 23 oktober
2013.
Wahyuningsih,
Merry. 2011. Ini yang dipelajari bayi
sebelum muncul ke dunia. Diakses di http://health.detik.com/read/2011/12/13/134558/1789921/1300/ini-yang-dipelajari-bayi-sebelum-muncul-ke-dunia pada 24 oktober
2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar