Jumat, 27 Desember 2013

PENGARUH MEDIA TELEVISI TERHADAP PRILAKU ANAK




Oleh :
Yossika Vidya Mayrizki
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Univesitas Negeri Semarang
(Yossika24@gmail.com)

Abstrak
Televisi merupakan media yang keberadaanya sangat dekat dengan kehidupan kita terutama dalam sebuah keluarga, kotak ajaib satu ini selalu menghibur kita dengan tayangan tayanganya. Tanpa kenal lelah televisi selalu menghadirkan program program yang sangat bervariatif. Media satu ini sangat patuh pada manusia, siap digunakan kapan saja hanya dengan menekan remot ditangan kita. Memang banyak maanfaat yang diberikan televisi salah satunya untuk memperoleh informasi dari berbagai belahan dunia bahkan seluruh dunia, sehingga kita tidak menjadi manusia yang kudet. Namun seiring berkembang pesatnya ilmu teknologi khususnya dibidang pertelevisian, kotak ini bisa berubah menjadi makhluk buas yang berbahaya yang sulit dijinakan. Tanpa sadar Keluarga kitalah yang akan menjadi korbanya khususnya anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan. Maka dari itu pengawasan orang tua sangat diperlukan dalam menggunakan media ini,agar dapat meminimalisir pengaruh buruk yang diberikanya.
Keyword : Televisi, anak, perilaku
Pendahuluan
Diera moderen sekarang ini siapa yang tidak mengenal televisi. Kotak ajaib satu ini sudah sangat akrab dengan kehidupan manusia bahkan hampir semua orang memilikinya dirumah mereka. Mulai dari televisi mewah yang memiliki berbagai fitur gabungan yang begitu ganggih biasanya dimiliki oleh kalangan atas, sampai televisi sederhana yang dimiliki orang orang kalangan bawah.  Tidak lagi memandang umur, dari  anak-anak hingga orang tua pasti sudah pernah menonton televisi. Kotak ajaib yang sangat patuh pada manusia, dapat dihidupkan kapan saja,dimatikan kapan saja sesuai keinginan kita. Kotak ini menjadi sumber informasi dan komunikasi manusia, karena proses komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Berbagai acara yang ditayangkan dapat menjadi hiburan tersendiri khususnya bagi sebuah keluarga. Kotak ini selalu setia menemani keluarga kita saat berkumpul bersama, bisa dijadikan teman saat kita merasa bosan, dan tanpa lelah menghibur kita dengan berjuta acara acara yang ditayangkanya.
Namun setiap media yang kita gunakan dalam kehidupan selalu membawa pengaruh bagi penggunanya. Entah itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif, kita harus bisa membentengi diri agar tidak dirugikan akibat penggunaan media tersebut. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya pada media pertelevisian saat ini dapat menimbulkan beberapa pengaruh pada kehidupan masyarakat khususnya bagi anak-anak. Pola pikir anak yang belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah menjadi faktor penyebab perubahan prilaku anak. Pada umumnya anak-anak senang sekali menonton film-film yang menampilkan aksi atau film-film yang menampilkan gerakan-gerakan cepat disertai efek suara yang dahsyat. Itulah sebabnya mereka senang sekali menonton film-film kartun yang banyak menampilkan gerakan-gerakan spektakuler (Huston, dalam Surbakti, 2008:43).
Mereka berfikir bahwa apa yang ditayangkan ditelevisi adalah hal nyata yang benar benar terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang lebih oleh orang tua terhadap aktivitas anaknya terutama saat sedang asik menonton acara ditelevisi. Apalagi sekarang ini banyak acara ditelevisi yang menampilkan tayangan pornografi, kekerasan, dan tindakan kriminal yang secara jelas ditayangkan tanpa memperhatikan siapa saja yang akan menontonya. Semiawan (2008:23) menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan, selain sebagai media belajar, televisi juga sebagai media hiburan yang programnya tidak selalu bersifat mendidik, karena program siarnya yang kurang bermutu. Dengan terus menerus menonton Televisi juga membuat anak menjadi kurang atau bahkan tidak kreatif, karena mendorong anak menjadi pribadi yang individualisme dan egois merasa tidak membutuhkan orang lain karena ia bisa menghilangkan rasa bosanya hanya dengan ditemani televisi. Dan lebih seing meniru hal hal yang mereka lihat ditelevisi sehingga membuat mereka tidak kreatif.
Meskipun banyak orang menyatakan televisi dapat merusak anak-anak, kita tidak dapat menutup mata bahwa ada acara televisi yang bermanfaat bagi mereka. Banyak informasi positif yang dapat diperoleh dari televisi dengan beberapa program mendidik seperti drama boneka Si Unyil yang menghadirkan beberapa karakter yang dapat ditiru oleh anak (Mazdalifah, 2004). Selain itu Televisi juga digunakan sebagai media belajar anak, untuk mempermudah akses informasi, dapat membuat anak semangat belajar dengan tayangan tayangan yang dianggapnya menarik. Lalu bagaimana agar orang tua bisa mengontrol anaknya dalam menggunakan media televisi tersebut ? apakah dengan melarang anak-anak menonton televisi agar terhindar dari pengaruh negatif yang ditimbulkanya? Tentu saja tidak, itu akan membatasi anak untuk belajar sehingga mereka akan kesulitan dan kekurangan informasi yang justru akan membuat anak menjadi miskin pengetahuan. Sebaliknya jika kita sebagai orang tua membebaskan anak untuk menonton televisi sesuai dengan keinginanya tanpa membatasi atau memberi pemahaman akan dampak buruk yang akan diperoleh dalam penggunaan televisi tersebut akan menjadi hal yang sangat fatal bagi kehidupan khususnya prilaku anak.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada orang tua, guru, khususnya bagi masyarakat tentang pengaruh keberadaan televisi dikehidupan kita. Terutama pengaruh yang berimbas pada prilaku dan sikap anak-anak penerus bangsa. Para orang tua diharapkan dapat lebih mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media televisi ini. Dapat memanfaatkan media ini dengan baik,biarkanlah anak-anak menguasai media namun jangan sampai anak-anak kita dikuasai oleh media tersebut.
Televisi adalah sebuah benda atau media elektronik yang keberadaanya sangat dekat dengan masyarakat. Televisi berasal dari kata‘tele’yang berarti jauh  dan ‘vision’ yang berarti penglihatan (Mazdalifah, 2004). Selain lebih praktis karena hampir semua orang memiliki benda ini Televisi juga menampilkan gabungan unsur audio dan visual. Oleh karena itu Televisi lebih menarik jika dibandingkan media lain, karena menampilkan gambar hidup dan warna.  Menonton televisi menjadi kebiasaan kita saat mengisi waktu luang.
De Vito (1992) menyebutkan bahwa Alan Rubin menyelidiki alasan-alasan orang menonton televisi diantaranya yaitu untuk belajar,  untuk melewatkan waktu luang, untuk persahabatan, untuk melupakan, untuk rangsangan, dan untuk relaksasi. Sejak era 90-an indonesia mengalami perkembangan cukup pesat dalam bidang pertelevisian. Pertama kali muncul stasiun RCTI, kemudian SCTV, TPI, Anteve, Indosiar, Metro TV, Trans TV dan TV7. Bisa dibayangkan jika didunia tidak ada siaran televisi, kita akan kesulitan dalam mendapatkan informasi. Contohnya seperti piala dunia atau ajang ajang penting lainya tidak dapat kita nikmati bersama secara langsung tanpa adanya bantuan dari televisi. Masalah masalah ilmiah atau pengetahuan yang sulit disampaikan dengan kata kata akan lebih mudah dipahami jika ditayangkan dalam televisi. Maanfaat lainya juga dirasakan oleh anak-anak ketika menikmati suatu acara yang bersifat edukatif, karena masa anak-anak adalah masa dimana rasa ingin tahunya sangat tinggi terhadap suatu hal yang tidak ia ketahui, jadi media televisi sangat cocok dijadikan sebagai media belajar anak. Contohnya melalui acara seperti laptop si unyil, koki cilik, dunia binatang dan lain - lain. Disini anak diberikan berbagai macam informasi dan pengetahuan tentang melakukan suatu hal mulai dari membuat suatu produk sampai mengenal alam sekitar.
Namun tidak dapat dipungkiri disisi lain televisi juga memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Terlebih sejak era reformasi tahun 1998, era ini lebih menekankan kebebasan bagi seluruh masyarakat indonesia. Di era ini banyak saluran televisi nasional maupun swasta yang bersaing menyajikan tayangan tayangan yang diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat penonton (Mazdalifah, 2004). Banyak upaya yang dilakukan pihak pengelola saluran televisi dalam membuat acara acara yang bervariasi, namun banyak yang mengabaikan dampak yang akan diakibatkan dari acara yang ditayangkan tersebut bagi penontonya. Seperti adegan kekerasan, pelecehan, pembunuhan, perpeloncoan dan sebagainya. Mereka berfikir dengan semakin banyak membuat acara yang bervariasi akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan eksistensi saluran mereka masing masing.
Hal tersebut memberi pengaruh yang sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat khususnya anak-anak. Kita yang sudah terbiasa menyaksikan tayangan tayangan kekerasan ditelevisi sehingga tidak sedikit orang orang yang tepengaruh ikut melakukan kekerasan terhadap sesama. Bisa kita bayangkan Pengaruh yang sangat besar berupa perubahan prilaku atau sikap seseorang bisa langsung dirasakan, apa lagi pada anak-anak yang kondisinya masih labil dan mempunyai pola pikir berbeda dengan orang dewasa. Walaupun perubahan sikap anak tidak selalu dipengaruhi oleh televisi namun bisa kita lihat apabila semakin tinggì rentan menonton televisi maka kemungkinan terjadi perubahan sikap atau prilaku pada diri anak akan bertambah besar. Karena pada dasarnya anak-anak adalah peniru (Mahayoni, 2007). Aritoteles berpendapat bahwa meniru adalah sesuatu yang wajar bagi seseorang sejak masa kanak kanaknya. Manusia adalah makhluk yang paling pandai menirukan di dunia, dan pertama kali ia belajar adalah dengan menirukan.
Pola pikir adalah sebuah proses yang muncul sebagai gaya hidup atau sikap seseorang dalam memandang kehidupan atau suatu cara untuk mengatasi masalah dalam kehidupan. Televisi cenderung mengajarkan anak-anak kepada pola pikir yang salah. (Mahayoni, 2007). Anak yang dengan bebas menonton televisi akan meenganggap nilai kehidupan dilayar kaca televisi telah menjadi bagian dari kehidupanya. Bagi sebagian anak,waktu untuk menonton televisi lebìh besar dari pada waktu yang digunakan untuk belajar. Bahkan terkadang ada anak yang marah ketika diingatkan untuk belajar pada saat ia sedang asik menonton televisi. Hal ini membuktikan bahwa menonton televisi sudah menjadi kegemaran anak bahkan hampir tidak dapat dipisahkan dengan dunia anak. Televisi sudah jelas memenangkan persaingan apa bila dibandingkan dengan waktu belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah didunia anak. Bisa kita hitung berapa banyak waktu yang dimiliki anak terbuang dan teralihkan oleh tayangan ditelevisi. Sebuah survei dilakukan oleh yayasan kesejahteraan anak indonesia dijakarta timur menunjukan anak-anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi rata rata 30-35 jam dalam seminggu (Rina, 2003).
Saat anak asik menonton televisi tanpa pengawasan orang tua, mereka melihat semua tayangan atau acara yang ada ditelevisi, seiring pertambahan usia mereka mulai memilah milah acara apa saja yang mereka sukai seperti kartun, animasi san sejenisnya. Hurlock (1998) menyatakan bahwa Anak-anak prasekolah menyukai dramatisasi yang melibatkan hewan dan orang yang dikenal, musik, kartun, komedi sederhana. Anak kelas satu dan dua menyukai pertunjukan boneka, film koboi, misteri, humor, suasana kehidupan keluarga dan acara kuis berhadiah. Anak kelas tiga dan empat tertarik dengan acara yang imajinatif seperti tentang roket dan kenderaan luar angkasa, show, cerita misteri, detektif, drama, dan musik. Anak kelas lima dan enam tetap menyukai acara tersebut, tetapi mereka juga menyukai acara yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan hasta karya. Cerita, komedi, kartun dan musik disenangi anak di setiap tingkat usia anak.
Meskipun banyak pendapat pendapat yang menyatakan bahwa televisi banyak memberikan dampak buruk dan dapat merusak anak-anak, mulai dari perubahan sikap, prilaku, hancurnya moral pada anak-anak, karena televisi merupaka salah satu media yang paling berpengaruh dalam kehidupan anak. Media televisi lebih berpengaruh, karena diperkirakan saat ini ada lebih dari 80 juta set pesawat televisi diindonesia. Jika satu pesawat ditonton oleh skitar 3 orang dalam satu keluarga, maka hampir 95% penduduk indonesia yang melakukan aktifitas menonton media ini. Akibatnya banyak pengaruh yang didapat dari acara yang diproduksi tetapi gagal membawa pesan yang kuat bagi penonton khususnya anak-anak (Mahayoni, 2007).
Masa anak-anak adalah masa dimana proses pertumbuhan berlangsung secara cepat, dengan membebaskan anak menonton acara televisi tanpa pengawasan sangat berbahaya bagi perkembanganya, walaupun dampaknya tidak akan terlihat secara langsung, namun jika kita cermati dampaknya bisa kita rasakan. Sejak balita,anak akan tumbuh secara maksimal jika mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Dengan bantuan orang tua akan memberikan rangsangan gerak syaraf motorik maupun sensorik dengan melalui terapi atau kebiasaan turun temurun, seperti mengajak berbicara, memanggil sebuah nama, mengajari bertepuk tangan dll. Perlakuan oleh orang tua terhadap anak sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan prilaku sang anak. Sebagai orang tua seharusnya dapat menempatkan posisinya dengan baik. Selalu mengawasi tingkah laku sang anak, berhati hati dalam memberikan pengarahan yang benar. Karena jika orang tua acuh tak acuh kepada anaknya itu bisa berakibat sangat fatal. Bisa saja sang anak merasa kurang diberi perhatian oleh orang tuanya dan melampiaskan kekesalanya kepada hal hal negative. Hal seperti itu yang harus dihindari oleh para orang tua.
Seperti salah satu kasus saat anak yang rewel atau menangis karena keinginannya yang tidak terpenuhi, terkadang orang tua hanya meletakkanya didepan layar televisi agar anaknya berhenti menangis, tanpa memperhatikan acara apa yang ditonton oleh sang anak. Mungkin bagi orang tua masalah kerewelan tersebut telah selesai. Namun akan muncul masalah yang lebih besar pada anak jika tidak ditanggulangi. Dengan menonton televisi tanpa adanya pengawasan sangat berbahaya. Banyak acara acara yang dibuat semenarik mungkin namun itu tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak. Sesuatu yang terlihat nyata padahal semua itu adalah hasil rekayasa yang dibuat untuk membuat orang lebih tertarik menontonya. Ketika muncul sifat peniru anak yang menganggap semua tayangan yang ia lihat adalah fakta, itu akan menyebabkan perubahan prilaku anak yang sangat fatal (Mahayoni, 2007). Bisa saja mereka meniru adegan adegan yang berbahaya, seperti pada acara yang menampilkan adegan perkelahian pembunuhan, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Mungkin anak tidak secara langsung mempraktikanya. Namun dimulai dengan hal kecil, ketika ia bermain dengan temanya dan mencoba meniru adegan yang ia lihat ditelevisi seperti berkelahi dengan temanya sendiri. Selain itu saat ini banyak anak yang membohongi orang tuanya untuk hal-hal yang tidak baik. Seperti meminta uang dengan alasan untuk kebutuhan sekolah atau kuliah. Padahal uang itu mereka gunakan untuk kesenangan mereka sendiri, membeli barang-barang yang mereka sukai dan sejenisnya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh buruk televisi yang menyebabkan anak menjadi manusia konsumtif.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademi dokter anak-anak di Amerika, anak yang dibiarkan menonton televisi akan banyak menyerap pengaruh merugikan. Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak. Dengan menonton televisi terlalu lama akan meyebabkan penyambungan sel sel syaraf dalam otak tidak berjalan sempurna (Mahayoni, 2007). Jadi untuk para orang tua jangan pernah membiarkan anak balita anda diasuh oleh televisi. Yang ditakutkan bukanya belajar tetapi  anak justru terpengaruh dan tidak dapat berkonsentrasi serta mengalami gangguan yang lebih kompleks pada otaknya. Karena kecepatan transisi gambar televisi dihitung hingga durasi frame. Satu detik terdiri dari 25 frame gambar. Jika hal ini disajikan kepada balita secara terus menerus maka akan membuat anak tersebut memiliki kemampuan konsentrasi yang kurang. Media televisi merupakan media yang telah mendunia dan membuat berjuta anak Indonesia berada didalam pengaruhnya. Tanpa disadari media ini telah menimbulkan ketergantungan pada anak. Akibat pengaruhnya yang begitu hebat sehingga telah mengubah pola pikir anak, perilaku, kebiasaan sehari hari anak itu sendiri. Saat ini banyak anak-anak sekolah dasar yang menonton televisi saat jam makan malam serta menggerjakan pekerjaan rumah, bahkan tidak sedikit anak yang rela begadang hanya untuk menunggu acara yang mereka sukai sehingga membuat mereka bangun kesiangan pada pagi harinya yang mengakibatkan mereka terlambat masuk sekolah. Maka dari itu sebagai orang tua jangan sampai membiarkan pola hidup dan  perkembangan anaknya terganggu akibat ulah media televisi.
Berdasarkan uraian diatas kita bisa melihat bahwa televisi mempunyai dua pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan kita, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negative. Tentunya para orang tua tidak menginginkan anaknya hanya mendapat pengaruh buruk dari televisi. Justru berharap agar anak mereka dapat memanfaatkan televisi sebaik mungkin dan dapat menghindari dampak buruk yang diberikan. Semua itu tidak akan terlepas dari peran serta orang tua. Mendampingi anak saat menonton tv mungkin terkesan sepele,namun itu salah satu hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengurangi dampak buruk yang akan diterima sang anak. Dizaman moderen sekarang ini banyak orang tua yang sibuk mencari nafkah sampai sampai tidak lagi memberikan perhatian yang cukup bagi anaknya. Kadang mereka menitipkan anaknya kepada sanak saudara yang mereka percaya, padahal yang anak butuhkan adalah kasih sayang, perhatian dan kehadiran dari orang tuanya sendiri. Pendampingan saat menonton televisi bertujuan agar orang tua dapat menjelaskan bila mana ada adegan adegan yang sulit dipahami oleh anak. Jika sang anak melontarkan pertanyaan berkaitan dengan apa yang mereka lihat ditelevisi tentang adegan yang tidak mereka mengerti, berikanlah satu alasan yang sekiranya masuk akal dan  dapat mereka terima dengan baik sesuai perkembangan umur mereka. Bila perlu lakukanlah kegiatan menonton bersama sama sang anak sambil mendiskusikan mana sisi baik dan buruk tayangan yang kita tonton agar bisa dimengerti oleh anak juga sebagai pelajaran dalam kehidupan.
Hal kedua yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suatu aturan yang sudah disepakati bersama oleh semua pihak khusunya dalam suatu keluarga. Seperti aturan mengenai kapan saja boleh menonton televisi, jam berapa saja televisi harus dimatikan, siapa saja yang boleh menonton acara tertentu ditelevisi, jika hari libur apakah jam menonton televisi akan ditambah atau bahkan dikurangi sesuai aturan yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kecanduan menonton televisi terutama pada anak. Bukan hanya anak yang harus menaati peraturan tersebut, akan tetapi semua pihak terutama orang tua juga harus memberikan contoh kepada anaknya. Lebih baik lagi jika dibuat suatu sanksi yang bersifat mendidik bagi siapa saja yang melanggar peraturan tersebut. Jangan pernah memberikan fasilitas dengan meletakan televisi di kamar anak-anak, karena hal itu bisa menjadi jalan pintas yang membuat anak terjebak atau terjerumus pada acara televisi yang penuh dengan kriminalitas, mistik dan seksualitas.
Selain itu orang tua hendaknya menerapkan program sortir televisi. Maksudnya adalah supaya anak-anak menonton acara yang dianggap penting saja atau sesuai kebutuhanya. Untuk acara-acara yang tidak bermutu dan tidak dianggap penting sebaiknya dihindari dengan mematikan televisi. Sediakan tayangan alternatif seperti DVD atau VCD bermutu dirumah. Memang bukan hal yang mudah untuk membiasakan anak menonton acara yang dirasa penting, karena anak-anak lebih suka menonton acara yang dianggapnya menarik dan menghibur dirinya, padahal belum tentu acara tersebut bersifat mendidik, kadang justru menjerumuskan kepada hal yang tidak baik. Namun apabila semua itu dilakukan dengan teratur dan semaksimal mungkin oleh orang tua maka tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi. Bilamana memang sulit dilakukan masih banyak pilihan atau alternatif lain untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengalihkan perhatian anak kepada kegiatan kegiatan lain yang disukai anak. seperti mebelikan majalah atau buku cerita yang mendidik agar pikiran anak tidak selalu terfokus pada televisi. Mengajak anak bermain diluar rumah, berjalan-jalan ditaman dan sebagainya.
Dari semua uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kehadiran televisi tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat. Salah satu perangkat media massa dan alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Keberadaanya yang menimbulkan banyak pengaruh dan muncul fenomena-fenomena yang sangat beragam, semua itu banyak memberikan pengaruh baik itu positif maupun negatif bagi penonton khusunya anak-anak. Karena anak-anak adalah salah satu golongan yang paling akrab dengan televisi. Tanpa disadari televisi telah banyak merubah kehidupan anak mulai dari sikap, perilaku, pola pikir, dan gaya hidup anak yang masih mengalami proses perkembangan. Televisi banyak memberikan manfaat bagi anak, seperti memberikan berbagai informasi, sebagai penghibur, dan sarana mendidik anak. Dari manfaat tersebut ternyata televisi juga menimbulkan dampak negatif yaitu mengganggu konsentrasi anak, mengurangi daya kreatifitas anak, membentuk pola fikir yang sangat sederhana, membuat anak menjadi konsumtif, merubah prilaku anak menjadi buruk karena akibat tayangan yang menyajikan adegan-adegan seperti kekerasan, pembullian dan sejeisnya. Namun semua dampak tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya peranan orang tua dan guru disekolah. Orang tua harus menunjukan kebijaksaanaanya dalam upaya menanggulagi dampak yang akan disebabkan oleh media ini sekaligus untuk memaksimalkan manfaat media televisi untuk anaknya. Mulai dari memberikan pengarahan, acara apa saja yang boleh diikuti, menentukan kapan saja waktu yang diperbolehkan untuk menonton televisi, melakukan pengawasan dan pendampingan pada saat menonton televisi, mengalihkan perhatian hingga memberikan sanksi yang mendidik apabila anak menyalahi peraturan yang telah disepakati bersama.



Daftar Pustaka
De Vito, Yoseph A., 1997, Komunikasi AntarManusia, Professional Books, Jakarta.

Hurlock, Elizabeth, B., 1988. Perkembangan Anak, Erlangga, Bandung.

Mazdalifah, 2004, Pengaruh Televisi terhadap Perilaku Anak. Jurnal Pemberdayaan
Komunitas, Januari 2004, Volume 3, Nomor 1, Halaman 31 – 35.

Mahayoni, 2007, Anak Vs Medis “Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya”. Jakarta :
Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Rina, Anak yang Ketagihan Nonton TV, Kompas, Hal 20 kol 1-9, Edisi Selasa, 16 Juli 2003.
Semiawan, Conny. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia   Widyasarana Indonesia.
Surbakti. 2008. Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar