Oleh :
Yossika Vidya Mayrizki
Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan, Univesitas Negeri Semarang
(Yossika24@gmail.com)
Abstrak
Televisi
merupakan media yang keberadaanya sangat dekat dengan kehidupan kita terutama
dalam sebuah keluarga, kotak ajaib satu ini selalu menghibur kita dengan
tayangan tayanganya. Tanpa kenal lelah televisi selalu menghadirkan program
program yang sangat bervariatif. Media satu ini sangat patuh pada manusia, siap
digunakan kapan saja hanya dengan menekan remot ditangan kita. Memang banyak
maanfaat yang diberikan televisi salah satunya untuk memperoleh informasi dari
berbagai belahan dunia bahkan seluruh dunia, sehingga kita tidak menjadi
manusia yang kudet. Namun seiring berkembang pesatnya ilmu teknologi khususnya
dibidang pertelevisian, kotak ini bisa berubah menjadi makhluk buas yang
berbahaya yang sulit dijinakan. Tanpa sadar Keluarga kitalah yang akan menjadi
korbanya khususnya anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan. Maka dari itu
pengawasan orang tua sangat diperlukan dalam menggunakan media ini,agar dapat
meminimalisir pengaruh buruk yang diberikanya.
Keyword
: Televisi, anak, perilaku
Pendahuluan
Diera moderen
sekarang ini siapa yang tidak mengenal televisi. Kotak ajaib satu ini sudah
sangat akrab dengan kehidupan manusia bahkan hampir semua orang memilikinya
dirumah mereka. Mulai dari televisi mewah yang memiliki berbagai fitur gabungan
yang begitu ganggih biasanya dimiliki oleh kalangan atas, sampai televisi
sederhana yang dimiliki orang orang kalangan bawah. Tidak lagi memandang umur, dari anak-anak hingga orang tua pasti sudah pernah
menonton televisi. Kotak ajaib yang sangat patuh pada manusia, dapat dihidupkan
kapan saja,dimatikan kapan saja sesuai keinginan kita. Kotak ini menjadi sumber
informasi dan komunikasi manusia, karena proses komunikasi sangatlah penting
bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Berbagai acara yang ditayangkan
dapat menjadi hiburan tersendiri khususnya bagi sebuah keluarga. Kotak ini
selalu setia menemani keluarga kita saat berkumpul bersama, bisa dijadikan
teman saat kita merasa bosan, dan tanpa lelah menghibur kita dengan berjuta
acara acara yang ditayangkanya.
Namun
setiap media yang kita gunakan dalam kehidupan selalu membawa pengaruh bagi
penggunanya. Entah itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif, kita harus
bisa membentengi diri agar tidak dirugikan akibat penggunaan media tersebut.
Pesatnya perkembangan teknologi khususnya pada media pertelevisian saat ini
dapat menimbulkan beberapa pengaruh pada kehidupan masyarakat khususnya bagi
anak-anak. Pola pikir anak yang belum bisa membedakan mana yang benar dan mana
yang salah menjadi faktor penyebab perubahan prilaku anak. Pada umumnya
anak-anak senang sekali menonton film-film yang menampilkan aksi atau film-film
yang menampilkan gerakan-gerakan cepat disertai efek suara yang dahsyat. Itulah
sebabnya mereka senang sekali menonton film-film kartun yang banyak menampilkan
gerakan-gerakan spektakuler (Huston, dalam Surbakti, 2008:43).
Mereka
berfikir bahwa apa yang ditayangkan ditelevisi adalah hal nyata yang benar
benar terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang lebih oleh orang tua
terhadap aktivitas anaknya terutama saat sedang asik menonton acara ditelevisi.
Apalagi sekarang ini banyak acara ditelevisi yang menampilkan tayangan
pornografi, kekerasan, dan tindakan kriminal yang secara jelas ditayangkan
tanpa memperhatikan siapa saja yang akan menontonya. Semiawan (2008:23)
menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan, selain sebagai media belajar, televisi
juga sebagai media hiburan yang programnya tidak selalu bersifat mendidik,
karena program siarnya yang kurang bermutu. Dengan terus menerus menonton
Televisi juga membuat anak menjadi kurang atau bahkan tidak kreatif, karena
mendorong anak menjadi pribadi yang individualisme dan egois merasa tidak
membutuhkan orang lain karena ia bisa menghilangkan rasa bosanya hanya dengan
ditemani televisi. Dan lebih seing meniru hal hal yang mereka lihat ditelevisi
sehingga membuat mereka tidak kreatif.
Meskipun
banyak orang menyatakan televisi dapat merusak anak-anak, kita tidak dapat
menutup mata bahwa ada acara televisi yang bermanfaat bagi mereka. Banyak
informasi positif yang dapat diperoleh dari televisi dengan beberapa program
mendidik seperti drama boneka Si Unyil yang menghadirkan beberapa karakter yang
dapat ditiru oleh anak (Mazdalifah, 2004). Selain itu Televisi juga digunakan
sebagai media belajar anak, untuk mempermudah akses informasi, dapat membuat
anak semangat belajar dengan tayangan tayangan yang dianggapnya menarik. Lalu
bagaimana agar orang tua bisa mengontrol anaknya dalam menggunakan media
televisi tersebut ? apakah dengan melarang anak-anak menonton televisi agar
terhindar dari pengaruh negatif yang ditimbulkanya? Tentu saja tidak, itu akan
membatasi anak untuk belajar sehingga mereka akan kesulitan dan kekurangan
informasi yang justru akan membuat anak menjadi miskin pengetahuan. Sebaliknya
jika kita sebagai orang tua membebaskan anak untuk menonton televisi sesuai
dengan keinginanya tanpa membatasi atau memberi pemahaman akan dampak buruk
yang akan diperoleh dalam penggunaan televisi tersebut akan menjadi hal yang
sangat fatal bagi kehidupan khususnya prilaku anak.
Tulisan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada orang tua, guru, khususnya bagi
masyarakat tentang pengaruh keberadaan televisi dikehidupan kita. Terutama
pengaruh yang berimbas pada prilaku dan sikap anak-anak penerus bangsa. Para
orang tua diharapkan dapat lebih mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media
televisi ini. Dapat memanfaatkan media ini dengan baik,biarkanlah anak-anak
menguasai media namun jangan sampai anak-anak kita dikuasai oleh media
tersebut.
Televisi
adalah sebuah benda atau media elektronik yang keberadaanya sangat dekat dengan
masyarakat. Televisi berasal dari kata‘tele’yang berarti jauh
dan ‘vision’ yang berarti penglihatan (Mazdalifah, 2004). Selain
lebih praktis karena hampir semua orang memiliki benda ini Televisi juga
menampilkan gabungan unsur audio dan visual. Oleh karena itu Televisi lebih
menarik jika dibandingkan media lain, karena menampilkan gambar hidup dan
warna. Menonton televisi menjadi
kebiasaan kita saat mengisi waktu luang.
De
Vito (1992) menyebutkan bahwa Alan Rubin menyelidiki alasan-alasan orang
menonton televisi diantaranya yaitu untuk belajar, untuk melewatkan waktu luang, untuk
persahabatan, untuk melupakan, untuk rangsangan, dan untuk relaksasi. Sejak era
90-an indonesia mengalami perkembangan cukup pesat dalam bidang pertelevisian.
Pertama kali muncul stasiun RCTI, kemudian SCTV, TPI, Anteve, Indosiar, Metro
TV, Trans TV dan TV7. Bisa dibayangkan jika didunia tidak ada siaran televisi,
kita akan kesulitan dalam mendapatkan informasi. Contohnya seperti piala dunia
atau ajang ajang penting lainya tidak dapat kita nikmati bersama secara
langsung tanpa adanya bantuan dari televisi. Masalah masalah ilmiah atau
pengetahuan yang sulit disampaikan dengan kata kata akan lebih mudah dipahami
jika ditayangkan dalam televisi. Maanfaat lainya juga dirasakan oleh anak-anak
ketika menikmati suatu acara yang bersifat edukatif, karena masa anak-anak
adalah masa dimana rasa ingin tahunya sangat tinggi terhadap suatu hal yang
tidak ia ketahui, jadi media televisi sangat cocok dijadikan sebagai media
belajar anak. Contohnya melalui acara seperti laptop si unyil, koki cilik,
dunia binatang dan lain - lain. Disini anak diberikan berbagai macam informasi
dan pengetahuan tentang melakukan suatu hal mulai dari membuat suatu produk
sampai mengenal alam sekitar.
Namun
tidak dapat dipungkiri disisi lain televisi juga memberikan dampak negatif bagi
penggunanya. Terlebih sejak era reformasi tahun 1998, era ini lebih menekankan
kebebasan bagi seluruh masyarakat indonesia. Di era ini banyak saluran televisi
nasional maupun swasta yang bersaing menyajikan tayangan tayangan yang
diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat penonton (Mazdalifah, 2004).
Banyak upaya yang dilakukan pihak pengelola saluran televisi dalam membuat
acara acara yang bervariasi, namun banyak yang mengabaikan dampak yang akan
diakibatkan dari acara yang ditayangkan tersebut bagi penontonya. Seperti
adegan kekerasan, pelecehan, pembunuhan, perpeloncoan dan sebagainya. Mereka
berfikir dengan semakin banyak membuat acara yang bervariasi akan
mempertahankan atau bahkan meningkatkan eksistensi saluran mereka masing
masing.
Hal
tersebut memberi pengaruh yang sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat
khususnya anak-anak. Kita yang sudah terbiasa menyaksikan tayangan tayangan
kekerasan ditelevisi sehingga tidak sedikit orang orang yang tepengaruh ikut
melakukan kekerasan terhadap sesama. Bisa kita bayangkan Pengaruh yang sangat
besar berupa perubahan prilaku atau sikap seseorang bisa langsung dirasakan,
apa lagi pada anak-anak yang kondisinya masih labil dan mempunyai pola pikir
berbeda dengan orang dewasa. Walaupun perubahan sikap anak tidak selalu
dipengaruhi oleh televisi namun bisa kita lihat apabila semakin tinggì rentan
menonton televisi maka kemungkinan terjadi perubahan sikap atau prilaku pada
diri anak akan bertambah besar. Karena pada dasarnya anak-anak adalah peniru
(Mahayoni, 2007). Aritoteles berpendapat bahwa meniru adalah sesuatu yang wajar
bagi seseorang sejak masa kanak kanaknya. Manusia adalah makhluk yang paling
pandai menirukan di dunia, dan pertama kali ia belajar adalah dengan menirukan.
Pola
pikir adalah sebuah proses yang muncul sebagai gaya hidup atau sikap seseorang
dalam memandang kehidupan atau suatu cara untuk mengatasi masalah dalam
kehidupan. Televisi cenderung mengajarkan anak-anak kepada pola pikir yang
salah. (Mahayoni, 2007). Anak yang dengan bebas menonton televisi akan
meenganggap nilai kehidupan dilayar kaca televisi telah menjadi bagian dari
kehidupanya. Bagi sebagian anak,waktu untuk menonton televisi lebìh besar dari
pada waktu yang digunakan untuk belajar. Bahkan terkadang ada anak yang marah
ketika diingatkan untuk belajar pada saat ia sedang asik menonton televisi. Hal
ini membuktikan bahwa menonton televisi sudah menjadi kegemaran anak bahkan
hampir tidak dapat dipisahkan dengan dunia anak. Televisi sudah jelas
memenangkan persaingan apa bila dibandingkan dengan waktu belajar dan
mengerjakan pekerjaan rumah didunia anak. Bisa kita hitung berapa banyak waktu
yang dimiliki anak terbuang dan teralihkan oleh tayangan ditelevisi. Sebuah
survei dilakukan oleh yayasan kesejahteraan anak indonesia dijakarta timur
menunjukan anak-anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi rata rata
30-35 jam dalam seminggu (Rina, 2003).
Saat
anak asik menonton televisi tanpa pengawasan orang tua, mereka melihat semua
tayangan atau acara yang ada ditelevisi, seiring pertambahan usia mereka mulai
memilah milah acara apa saja yang mereka sukai seperti kartun, animasi san
sejenisnya. Hurlock (1998) menyatakan bahwa Anak-anak prasekolah menyukai
dramatisasi yang melibatkan hewan dan orang yang dikenal, musik, kartun, komedi
sederhana. Anak kelas satu dan dua menyukai pertunjukan boneka, film koboi,
misteri, humor, suasana kehidupan keluarga dan acara kuis berhadiah. Anak kelas
tiga dan empat tertarik dengan acara yang imajinatif seperti tentang roket dan
kenderaan luar angkasa, show, cerita misteri, detektif, drama, dan musik. Anak
kelas lima dan enam tetap menyukai acara tersebut, tetapi mereka juga menyukai
acara yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan hasta karya. Cerita, komedi,
kartun dan musik disenangi anak di setiap tingkat usia anak.
Meskipun
banyak pendapat pendapat yang menyatakan bahwa televisi banyak memberikan
dampak buruk dan dapat merusak anak-anak, mulai dari perubahan sikap, prilaku,
hancurnya moral pada anak-anak, karena televisi merupaka salah satu media yang
paling berpengaruh dalam kehidupan anak. Media televisi lebih berpengaruh,
karena diperkirakan saat ini ada lebih dari 80 juta set pesawat televisi
diindonesia. Jika satu pesawat ditonton oleh skitar 3 orang dalam satu
keluarga, maka hampir 95% penduduk indonesia yang melakukan aktifitas menonton
media ini. Akibatnya banyak pengaruh yang didapat dari acara yang diproduksi
tetapi gagal membawa pesan yang kuat bagi penonton khususnya anak-anak
(Mahayoni, 2007).
Masa
anak-anak adalah masa dimana proses pertumbuhan berlangsung secara cepat,
dengan membebaskan anak menonton acara televisi tanpa pengawasan sangat
berbahaya bagi perkembanganya, walaupun dampaknya tidak akan terlihat secara
langsung, namun jika kita cermati dampaknya bisa kita rasakan. Sejak
balita,anak akan tumbuh secara maksimal jika mendapatkan kasih sayang dari
orang tua. Dengan bantuan orang tua akan memberikan rangsangan gerak syaraf
motorik maupun sensorik dengan melalui terapi atau kebiasaan turun temurun,
seperti mengajak berbicara, memanggil sebuah nama, mengajari bertepuk tangan
dll. Perlakuan oleh orang tua terhadap anak sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan prilaku sang anak. Sebagai orang tua seharusnya dapat menempatkan
posisinya dengan baik. Selalu mengawasi tingkah laku sang anak, berhati hati
dalam memberikan pengarahan yang benar. Karena jika orang tua acuh tak acuh
kepada anaknya itu bisa berakibat sangat fatal. Bisa saja sang anak merasa
kurang diberi perhatian oleh orang tuanya dan melampiaskan kekesalanya kepada
hal hal negative. Hal seperti itu yang harus dihindari oleh para orang tua.
Seperti
salah satu kasus saat anak yang rewel atau menangis karena keinginannya yang
tidak terpenuhi, terkadang orang tua hanya meletakkanya didepan layar televisi
agar anaknya berhenti menangis, tanpa memperhatikan acara apa yang ditonton
oleh sang anak. Mungkin bagi orang tua masalah kerewelan tersebut telah
selesai. Namun akan muncul masalah yang lebih besar pada anak jika tidak
ditanggulangi. Dengan menonton televisi tanpa adanya pengawasan sangat
berbahaya. Banyak acara acara yang dibuat semenarik mungkin namun itu tidak
layak dikonsumsi oleh anak-anak. Sesuatu yang terlihat nyata padahal semua itu
adalah hasil rekayasa yang dibuat untuk membuat orang lebih tertarik
menontonya. Ketika muncul sifat peniru anak yang menganggap semua tayangan yang
ia lihat adalah fakta, itu akan menyebabkan perubahan prilaku anak yang sangat
fatal (Mahayoni, 2007). Bisa saja mereka meniru adegan adegan yang berbahaya,
seperti pada acara yang menampilkan adegan perkelahian pembunuhan, pelecehan
seksual, dan lain sebagainya. Mungkin anak tidak secara langsung
mempraktikanya. Namun dimulai dengan hal kecil, ketika ia bermain dengan
temanya dan mencoba meniru adegan yang ia lihat ditelevisi seperti berkelahi
dengan temanya sendiri. Selain itu saat ini banyak anak yang membohongi orang
tuanya untuk hal-hal yang tidak baik. Seperti meminta uang dengan alasan untuk
kebutuhan sekolah atau kuliah. Padahal uang itu mereka gunakan untuk kesenangan
mereka sendiri, membeli barang-barang yang mereka sukai dan sejenisnya. Hal ini
tidak terlepas dari pengaruh buruk televisi yang menyebabkan anak menjadi
manusia konsumtif.
Menurut
sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademi dokter anak-anak di Amerika, anak
yang dibiarkan menonton televisi akan banyak menyerap pengaruh merugikan.
Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak.
Dengan menonton televisi terlalu lama akan meyebabkan penyambungan sel sel
syaraf dalam otak tidak berjalan sempurna (Mahayoni, 2007). Jadi untuk para
orang tua jangan pernah membiarkan anak balita anda diasuh oleh televisi. Yang
ditakutkan bukanya belajar tetapi anak
justru terpengaruh dan tidak dapat berkonsentrasi serta mengalami gangguan yang
lebih kompleks pada otaknya. Karena kecepatan transisi gambar televisi dihitung
hingga durasi frame. Satu detik terdiri dari 25 frame gambar. Jika hal ini
disajikan kepada balita secara terus menerus maka akan membuat anak tersebut memiliki
kemampuan konsentrasi yang kurang. Media televisi merupakan media yang telah
mendunia dan membuat berjuta anak Indonesia berada didalam pengaruhnya. Tanpa
disadari media ini telah menimbulkan ketergantungan pada anak. Akibat
pengaruhnya yang begitu hebat sehingga telah mengubah pola pikir anak,
perilaku, kebiasaan sehari hari anak itu sendiri. Saat ini banyak anak-anak
sekolah dasar yang menonton televisi saat jam makan malam serta menggerjakan
pekerjaan rumah, bahkan tidak sedikit anak yang rela begadang hanya untuk
menunggu acara yang mereka sukai sehingga membuat mereka bangun kesiangan pada
pagi harinya yang mengakibatkan mereka terlambat masuk sekolah. Maka dari itu
sebagai orang tua jangan sampai membiarkan pola hidup dan perkembangan anaknya terganggu akibat ulah
media televisi.
Berdasarkan
uraian diatas kita bisa melihat bahwa televisi mempunyai dua pengaruh yang
sangat besar bagi kehidupan kita, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negative.
Tentunya para orang tua tidak menginginkan anaknya hanya mendapat pengaruh
buruk dari televisi. Justru berharap agar anak mereka dapat memanfaatkan
televisi sebaik mungkin dan dapat menghindari dampak buruk yang diberikan.
Semua itu tidak akan terlepas dari peran serta orang tua. Mendampingi anak saat
menonton tv mungkin terkesan sepele,namun itu salah satu hal yang dapat
dilakukan orang tua untuk mengurangi dampak buruk yang akan diterima sang anak.
Dizaman moderen sekarang ini banyak orang tua yang sibuk mencari nafkah sampai
sampai tidak lagi memberikan perhatian yang cukup bagi anaknya. Kadang mereka
menitipkan anaknya kepada sanak saudara yang mereka percaya, padahal yang anak
butuhkan adalah kasih sayang, perhatian dan kehadiran dari orang tuanya
sendiri. Pendampingan saat menonton televisi bertujuan agar orang tua dapat
menjelaskan bila mana ada adegan adegan yang sulit dipahami oleh anak. Jika
sang anak melontarkan pertanyaan berkaitan dengan apa yang mereka lihat
ditelevisi tentang adegan yang tidak mereka mengerti, berikanlah satu alasan
yang sekiranya masuk akal dan dapat
mereka terima dengan baik sesuai perkembangan umur mereka. Bila perlu
lakukanlah kegiatan menonton bersama sama sang anak sambil mendiskusikan mana
sisi baik dan buruk tayangan yang kita tonton agar bisa dimengerti oleh anak
juga sebagai pelajaran dalam kehidupan.
Hal
kedua yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suatu aturan yang sudah
disepakati bersama oleh semua pihak khusunya dalam suatu keluarga. Seperti
aturan mengenai kapan saja boleh menonton televisi, jam berapa saja televisi
harus dimatikan, siapa saja yang boleh menonton acara tertentu ditelevisi, jika
hari libur apakah jam menonton televisi akan ditambah atau bahkan dikurangi
sesuai aturan yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah kecanduan menonton televisi terutama pada anak. Bukan hanya anak
yang harus menaati peraturan tersebut, akan tetapi semua pihak terutama orang
tua juga harus memberikan contoh kepada anaknya. Lebih baik lagi jika dibuat
suatu sanksi yang bersifat mendidik bagi siapa saja yang melanggar peraturan
tersebut. Jangan pernah memberikan fasilitas dengan meletakan televisi di kamar
anak-anak, karena hal itu bisa menjadi jalan pintas yang membuat anak terjebak
atau terjerumus pada acara televisi yang penuh dengan kriminalitas, mistik dan
seksualitas.
Selain
itu orang tua hendaknya menerapkan program sortir televisi. Maksudnya adalah
supaya anak-anak menonton acara yang dianggap penting saja atau sesuai
kebutuhanya. Untuk acara-acara yang tidak bermutu dan tidak dianggap penting
sebaiknya dihindari dengan mematikan televisi. Sediakan tayangan alternatif
seperti DVD atau VCD bermutu dirumah. Memang bukan hal yang mudah untuk
membiasakan anak menonton acara yang dirasa penting, karena anak-anak lebih
suka menonton acara yang dianggapnya menarik dan menghibur dirinya, padahal
belum tentu acara tersebut bersifat mendidik, kadang justru menjerumuskan
kepada hal yang tidak baik. Namun apabila semua itu dilakukan dengan teratur
dan semaksimal mungkin oleh orang tua maka tidak ada hal yang tidak mungkin
terjadi. Bilamana memang sulit dilakukan masih banyak pilihan atau alternatif
lain untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengalihkan perhatian anak
kepada kegiatan kegiatan lain yang disukai anak. seperti mebelikan majalah atau
buku cerita yang mendidik agar pikiran anak tidak selalu terfokus pada
televisi. Mengajak anak bermain diluar rumah, berjalan-jalan ditaman dan
sebagainya.
Dari
semua uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kehadiran televisi tidak
dapat dipungkiri oleh masyarakat. Salah satu perangkat media massa dan alat
komunikasi dalam kehidupan manusia. Keberadaanya yang menimbulkan banyak
pengaruh dan muncul fenomena-fenomena yang sangat beragam, semua itu banyak
memberikan pengaruh baik itu positif maupun negatif bagi penonton khusunya
anak-anak. Karena anak-anak adalah salah satu golongan yang paling akrab dengan
televisi. Tanpa disadari televisi telah banyak merubah kehidupan anak mulai
dari sikap, perilaku, pola pikir, dan gaya hidup anak yang masih mengalami
proses perkembangan. Televisi banyak memberikan manfaat bagi anak, seperti
memberikan berbagai informasi, sebagai penghibur, dan sarana mendidik anak.
Dari manfaat tersebut ternyata televisi juga menimbulkan dampak negatif yaitu
mengganggu konsentrasi anak, mengurangi daya kreatifitas anak, membentuk pola
fikir yang sangat sederhana, membuat anak menjadi konsumtif, merubah prilaku
anak menjadi buruk karena akibat tayangan yang menyajikan adegan-adegan seperti
kekerasan, pembullian dan sejeisnya. Namun semua dampak tersebut dapat
ditanggulangi dengan adanya peranan orang tua dan guru disekolah. Orang tua
harus menunjukan kebijaksaanaanya dalam upaya menanggulagi dampak yang akan
disebabkan oleh media ini sekaligus untuk memaksimalkan manfaat media televisi
untuk anaknya. Mulai dari memberikan pengarahan, acara apa saja yang boleh
diikuti, menentukan kapan saja waktu yang diperbolehkan untuk menonton
televisi, melakukan pengawasan dan pendampingan pada saat menonton televisi,
mengalihkan perhatian hingga memberikan sanksi yang mendidik apabila anak
menyalahi peraturan yang telah disepakati bersama.
Daftar Pustaka
De Vito, Yoseph
A., 1997, Komunikasi AntarManusia, Professional Books, Jakarta.
Hurlock,
Elizabeth, B., 1988. Perkembangan Anak, Erlangga, Bandung.
Mazdalifah,
2004, Pengaruh Televisi terhadap Perilaku
Anak. Jurnal Pemberdayaan
Komunitas, Januari 2004, Volume 3, Nomor 1, Halaman
31 – 35.
Mahayoni, 2007, Anak Vs Medis “Kuasailah Media Sebelum Anak
Anda Dikuasainya”. Jakarta :
Penerbit
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Rina, Anak yang Ketagihan Nonton TV, Kompas,
Hal 20 kol 1-9, Edisi Selasa, 16 Juli 2003.
Semiawan, Conny. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widyasarana Indonesia.
Surbakti.
2008. Awas Tayangan Televisi: Tayangan
Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar