Jumat, 27 Desember 2013

Pertanian dan Kesejahteraan Para Petani

Oleh Nani Maryani
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Pertanian merupakan pekerjaan mayoritas masyarakat Indonesia, banyak sekali masyarakat yang mengantungkan hidupnya dari bertani. Karena Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil alam, kondisi tanah  dan musim yang sangat cocok dengan pertanian. Dengan demikian, pastilah seharusnya pertanian Indonesia sangat berkembang dan berpengaruh besar terhadap perekonomian bangsa. Namun apa yang terjadi? Kondisi pertanian Indonesia justru kian memburuk dari tahun ke tahun. Para petani pun banyak sekali yang perekonomiannya masih dibawah kata sejahtera. Pernyataan ini bisa kita lihat pada angka sementara hasil pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 5,04 juta rumah tangga dari 31,17 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga pada tahun 2013, yang berarti rata-rata penurunan sebesar 1,75 persen per tahun. Dalam artikel ini saya akan memjelaskan beberapa hal yang menyebabkan pertanian Indonesia merosot, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta apa saja peran pemerintah dalam menangani hal tersebut. Karena selama ini kebijakan yang dicanangkan pemerintah belum memberikan solusi yang baik untuk para petani.
Kata kunci : pertanian, agraris, sensus pertanian, kebijakan pemerintah, sejahtera.

Pendahuluan
Pembahasan mengenai pertanian memang tidak pernah ada habisnya. Mulai dari hasil pertanian yang kurang maksimal, peraturan pasar yang tidak menguntungkan petani, sampai kondisi para petani yang jauh dari kata sejahtera. Terkadang saya juga bingung dengan masalah pertanian di Indonesia. Negara agraris yang kaya akan hasil alam, kondisi tanah  dan musim yang sangat cocok dengan pertanian, namun tidak  pernah menjadikan Indonesia terangkat namanya di kancah internasional, bahkan untuk mencukupi sumber pangan di negara sendiri pun bisa dikatakan masih jauh dari harapan. Pertumbuhan sektor pertanian dalam kurun waktu 2 tahun terakhir pun mengalami perlambatan (Menkeu, 29/05/2012 dalam www.merdeka.com, 2012). Untuk itu kita harus berusaha agar pertanain Indonesia dapat segera bangkit dari keterpurukan. Karena kemajuan pertanian tidak hanya berdampak pada Negara, tetapi juga akan berdampak langsung pada para petani itu sendiri. Saat pertanian Indonesia mampu menguasai pasar, otomatis para petani pun akan sejahtera.
Banyak hal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, namun kali ini bahasan yang saya buat lebih terfokus pada bidang pertanian, sebuah pekerjaan masyarakat Indonesia yang tidak bisa dihilangkan atau digantikan karena perannya yang sangat besar terhadap kehidupan. Peran inilah yang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah, karena menyangkut masyarakat Indonesia yang begitu banyak.
Saat ini yang saya lihat di lingkungan tempat saya tinggal, masyarakatnya mulai meninggalkan pekerjaan bertani, hanya ada beberapa orang saja yang masih bertahan menjadi seorang petani, sedangkan sisanya masih tetap bertahan, itupun hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Saya tidak tahu betul apa penyebabnya. Namun menurut informasi yang saya tahu, mereka tidak lagi bertani karena penghasilannya yang sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak tentu hasilnya, sedangkan kebutuhan sehari-hari kian meningkat. Itu sudah jelas terlihat bahwa pertanian Indonesia belum mampu memberikan kebahagiaan untuk para petaninya.
Meski pada awalnya bertani hanya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi bahan pangan negara, namun seiring dengan berjalannya waktu dan semakin kompleknya tuntutan jaman, maka pada saat ini bertani merupakan sebuah pekerjaan yang sangat diandalkan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia terutama mereka yang masih berada di pedesaan dan tidak mendapatkan banyak pengaruh dari modernisasi globalisasi (lihat Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, 2004)
Selama ini masyarakat kita menganggap bertani merupakan pekerjaan yang tidak begitu bernilai, mereka selalu beranggapan bahwa kehidupan petani pasti kurang dari kata sejahtera. Padahal jika kita mampu memanfaatkan dengan baik dan menguasai segala teknik dalam hal bertani, mereka pasti akan berubah pikiran dan kembali menjadi seorang petani. Karena sebenarnya pertanian Indonesia merupakan pekerjaan besar yang mampu memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat dan negara. Namun sudah kita ketahui bersama bahwa pertanian di Indonesia hanya mengalami sedikit kemajuan, mungkin statis, atau bahkan semakin memburuk. Banyak hal yang mempengaruhi, salah satu yang paling utama adalah kemampuan atau keterampilan para petani itu sendiri. Ketika mereka mampu menguasai cara bertani yang baik, maka hasil panen pun akan baik yang pada akhirnya akan menjadi penghasilan yang besar bagi para petani dan negara.
Lalu apa peran pemerintah untuk mengatasi masalah ini? Meski sudah banyak peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan, namun tidak begitu memberikan banyak solusi. Bagaimana para petani mampu mengimpor hasil pertaniannya jika kebutuhan masyarakat di negaranya saja tidak mampu mereka penuhi dengan baik? Bagaimana mereka bangga menjadi petani jika pekerjaan yang mereka lakukan selama ini tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan keluaga hanya karena peraturan pasar yang tidak memihak pada mereka? Banyak PR yang harus kita - terutama pemerintah pikirkan akan masalah tersebut.

Keahlian Para Petani Perlu Ditingkatkan
Pertanian tidak akan berjalan tanpa ada yang mengerjakan atau menjalankan, yaitu petani. Mereka adalah orang-orang yang menurut saya bisa dikatakan sebagai ayah negara. Mengapa demikian? Karena tanpa mereka, masyarakat Indonesia tidak akan memperoleh bahan pangan. Selama ini banyak yang tidak menyadari hal tersebut. Sebagian besar masyarakat menganggap rendah pekerjaan yang padahal sangat dibutuhkan oleh negara kita, bahkan di semua negara.

Namun banyak sekali hambatan yang membuat pertanian Indonesia belum berjalan maksimal dan belum memberikan kontribusi yang berarti kepada negara terutama kepada para petaninya. Hal paling mempengaruhi adalah dari faktor keahlian para petani. Petani Indonesia sebagian besar hanya belajar secara otodidak atau dari keturunan “katanya”, tanpa mereka tahu seluk beluk pertanian. Meskipun sebenarnya tanpa pendidikan formal pun mereka bisa mejadi petani. Namun setidaknya mereka harus tahu teori tentang pertanian dan tidak bersikap tertutup terhadap perkembangan teknologi.
Dalam meningkatkan keterampilan para petani, perlu adanya upaya pelatihan terhadap mereka. Setidaknya agar mereka mampu menghadapi tuntutan maupun perubahan lingkungan sekitarnya. Dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki, mereka mampu mengubah atau mengevaluasi kesalahan yang sering membuat gagal pertanian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian yang mereka kelola. Dengan keterampilan yang ada, mereka lebih bersikap kritis terhadap kondisi ligkungan dan berani mencoba hal yang baru, artinya mereka berusaha untuk tidak  terkutat pada lembah kemiskinan, dan mampu memberikan sumbangsi kepada negara.

Namun pelatihan tidak akan berjalan jika petani belum menyadari perlunya mengembangkan potensi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan hidupnya, untuk itu tugas pemerintah selain melakukan pelatihan adalah harus melakukan kegiatan pemberdayaan untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Hasilnya diharapkan dapat membuat para petani bersikap kritis terhadap kondisi yang mereka hadapi dan dapat berpartisipasi aktif dalam perbaikan pertanian Indonesia. Sehingga kuncinya adalah membangun partisipasi. Pernyataan ini sejalan dengan ungkapan Kindervatter (1979: 62), yang mengemukakan :

“People gaining an understanding of and control over social, economic,and/or political forces in order to improve their standing in society”.

Bahwa pemberdayaan adalah dicapainya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atau politik yang mungkin diperankannya sehingga dapat memperbaiki kedudukannya (status) dan peranannya (role) dalam masyarakat. Keinginan yang kuat untuk sejahtera seharusnya membuat petani berfikir tentang bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pertanian mereka agar sesuai dengan yang diharapkan.

Aspek yang Mempengaruhi Lemahnya Pertanian Indonesia
Indonesia adalah Negara agraris dengan wilayah pertanian yang cukup besar dan tanah yang subur, juga kondisi iklim yang sesuai untuk ditanami. Namun semua hal pendukung tersebut tidak menjamin Indonesia untuk menjadi Negara yang maju. Masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Berikut akan dijelaskan hal apa saja yang menyebabkan pertanian kita memburuk.
Pertama, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian. Kualitas lahan pertanian semakin menurun seiring dengan penggunaan bahan kimia an-organik yang berlebihan (lihat www.langkatkab.bps.go.id, 2013). Alih-alih ingin meningkatkan jumlah produksi malah menjadikan kondisi lahan menjadi kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian. Maka tidak heran jika hasil pertanian kini semakin menurun, mereka tidak memahami dampak panjang yang akan ditimbulkan dari tindakan yang mereka pikir akan menjadi solusi yang baik. Luas lahan juga semakin tahun kian menyempit atau berkurang.Peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan tidak produktif juga menjadi penyebab berkurangnya lahan. Banyak lahan yang kini dijadikan rumah, entah untuk keluarga sendiri atau oleh para konglomerat yang membeli lahan mereka untuk kepentingan bisnisnya. Dari situ timbul pertanyaan, bagaimana petani akan menggarap sawah jika lahannya saja semakin sempit? Otomatis akan banyak petani yang bekerja pada lahan milik orang lain. Semakin banyak petani yang bekerja pada lahan yang sama, semakin sedikit pula upah yang akan mereka peroleh, karena harus dibagi rata dengan para petani lainnya yang juga mengharapkan sebuah kesejahteraan.
Kedua, terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memberikan manfaat yang banyak untuk proses pertanian, misalnya irigasi dan waduk. Namun pembangunan dan pengembangan waduk masih minim. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Revitalisasi waduk seharusnya menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional (lihat langkatkab.bps.go.id, 2013). Tanggungjawab para petani dan pemangku kepentingan pun seharusnya menjadi peran yang harus dijalani. Tidak hanya menuntut pemerintah untuk menyediakan fasilitasnya saja, tetapi harus memaksimalkannya juga.
Selain infrastruktur penunjang, akses layanan pun sangat diperlukan. Sebagian besar petani tidak memiliki modal yang besar untuk menunjang keberhasilan pertaniannya, sehingga produktifitasnya masih rendah. Mengingat rendahnya modal dan aksesibilitas yang ada, seharusnya pemerintah berusaha untuk memberikan layanan yang baik bagi para petani. Karena sejatinya negara yang baik adalah negara yang melindungi dan memberikan pelayanan yang baik untuk rakyatnya. Ketika rakyat dalam suatu negara sejahtera, maka bisa dikatakan negara yang yang bersangkutan sudah menjadi negara yang ideal.
Ketiga, adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Persaingan pasar tidak hanya terjadi di satu benua, tetapi sampai ke tingkat dunia. Negara yang  baik akan menggunakan teknologi yang baik pula untuk menunjang proses pertaniannya. Kualitas, kuantitas, dan efisiensi produksi menjadi pertimbangan yang besar untuk menentukan keberhasilan pertanian.Perkembangan teknologi akan menjadi sebuah jalan yang baik dan memberikan dampak yang positif jika kita mampu mengikutinya. Namun karena karakteristik antara teknologi dengan kondisi lahan tidak semuanya sesuai, maka kita juga harus pintar memilah dan menggunakan teknologi apa saja yang benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan (lihat langkatkab.bps.go.id, 2013).
Negara kita adalah negara agraris yang kaya akan hasil alam, coba kalian bayangkan jika pertanian indonesia sudah menggunakan teknologi yang canggih serta didukung dengan infrastruktur yang memadai, bisa dipastikan pertanian Indonesia akan menjadi maju, dan harapan para petani untuk sejahtera akan tercapai. Namun kemajuan teknologi juga dapat memberikan dampak negatif. Mengapa? Karena semakin banyak orang yang menggunakan teknologi untuk mengelola pertanian, maka semakin sedikit tenaga manusia yang dibutuhkan. Ini berarti bahwa penggunaan teknologi akan menyebabkan pengangguran masyarakat. Lalu apa yang harus dilakukan? Menggunakan teknologi atau tidak? Itu adalah hal yang perlu dipertimbangkan secara matang mengingat adanya dampak positif dan negatif dari semua yang kita lakukan.
Di negara maju, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam segala bidang.Perkembangan tersebut memang sudah seharusnya diikuti oleh kita dalam segala bidang mengingat perubahan kebutuhan hidup yang semakin cepat. Inovasi baru atau perubahan teknologi umumnya mampu menigkatkan produksi dan produktifitasnya. Dalam bidang pertanian, negara maju akan menggunakan teknologi yang sedang berkembang, sehingga mereka mampu bersaing dengan negara lain karena teknologi yang mereka pakai memberikan kemudahan proses produksi, kualitas, kuantitas dan efisiensi waktu. Namun berbeda halnya dengan pertanian indonesia, para petani kita belum menguasai teknologi yang sedang berkembang. Kondisi bisa disebabkan karena kurangnya dukungan dari pemerintah dan kurangnya dana untuk membantu para petani dalam kemajuan teknologi menjadi kendala yang berarti. Petani tidak akan mengubah cara bertani yang digunakan jika tidak mendapat dukungan penuh dari pemerintah, mungkin hanya segelintir orang saja yang mampu mengikuti perkembangan jaman, yaitu mereka yang memiliki modal yang cukup, bukan para petani yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan.
Keempat, masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian. Panjangnya mata rantai pertanian ini membuat petani tidak mendapatkan harga yang baik. Para pedagang telah mengambil untung lebih banyak sehingga petani tidak mampu mematok harga yang tinggi (lihat langkatkab.bps.go.id, 2013). Dalam hal ini petani memang dalam kondisi serba salah. Disatu sisi petani ingin mensejahterakan keluarganya, tetapi disisi lain mereka juga harus memberikan ketersediaan pangan bagi masyarakat luas. Tuntutan semacam ini akan menjadi krisis jika tidak diimbangi dengan keterampilan petani dalam memainkan kongsi pasar. Lembaga pemasaran yang ada diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para petani, agar mereka bisa melakukan pemasaran hasil pertanian dengan efisien dan efektif tetapi tetap mendatangkankeuntungan yang memberikan kepuasan bagi petani. Pada dasarnya ketika petani sudah tidak lagi berproduksi, masyarakat akan merasakan sebuah kesulitan dimana mereka harus makan selain  bahan pangan pokok yang biasa mereka makan setiap harinya.
Kebijakan pemerintah yang dulu pernah dicanangkan, dikatakan petani lebih menguntungkan konsumen dan sektor industri ketimbang para petani itu sendiri, harus segera diperbaiki dan jangan sampai terulang kembali. Pemerintah memang sudah membuat kebijakan sedemikian rupa untuk kebaikan bersama, namun jika dilihat dari segi petani kebijakan tersebut sangat tidak menguntungkan. Lalu kebijakan seperti apa yang harus dibuat? Itu semua PR besar untuk pemerintah terutama menteri pertanian.

Peran Pemerintah
Jumlah dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat merupakan prioritas utama dalam mengembangkan pertanian  di Indonesia (lihat deptan.go.id, 2013). Tahapan-tahapan dan hal-hal kecil yang mempengaruhi pertanian harus dipikirkan secara mendalam agar mendapat manfaat yang maksimal. Meskipun para petani sudah mampu menjalankan pertanian dengan baik dan mampu memperbaiki kesalahan yang pernah mereka hadapi, namun tanpa adanya dukungan dari pemerintah mereka tidak akan bekerja secara maksimal. Banyak peran pemerintah untuk menangani masalah pertanian di Indonesia agar segera terlepas dari ketidakberdayaan selama ini. Menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dan memberikan bahan pangan yang cukup untuk negara.
Sudah banyak peraturan pemerintah yang bertujuan untuk mengatur masalah pertanian, namun peraturan tersebut dinilai tidak memihak para petani, peraturan pemerintah lebih memihak pada konsumen (lihat Pertanian Indonesia Kini dan Nanti, 2005). Petani diharuskan menyediakan bahan pangan untuk masyarakat dan sektor industri, namun harga yang dipatok tidak sesuai dengan apa yang telah petani lakukan. Artinya peraturan pemerintah tersebut belum mampu mensejahterakan para petani,  dan justru lebih memihak konsumen dan industri. Lalu apa yang harus pemerintah lakukan? Harusnya mereka bisa mengevaluasi kebijakan-kebijakan lama yang sudah terealisasi namun belum memberikan manfaat dan tidak berdampak baik pada pertanian.
Saat ini pemerintah berencana menjalankan beberapa program kegiatan seperti penyuluhan dan penerapan langsung di area tanam, peningkatan kapasitas sarana serta prasarana pertanian terutama kapasitas waduk dan jaringan irigasi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang ada (Menkeu, 29/05/2012 dalam www.merdeka.com, 2012). Rencana tersebut akan menjadi awal yang baik jika dikerjakan dengan serius, tidak hanya berupa tulisan, gagasan, atau angan-angan semata. Penyuluhan dan penerapan langsung sepeti itu akan memberikan banyak manfaat untuk petani. Penerapan langsung di area tanam, masyarakat akan melihat secara langsung praktik bertani yang diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kualitas pertanian. Apalagi jika diimbangi dengan sarana prasarana pertanian, karena selama ini mayoritas petani Indonesia masih menggunakan metode lama dan alat-alatnya pun bisa dikatakan masih jadul. Realisasi perencanaan ini diharapkan dapat membuat petani mampu mengikuti perkembangan dan tuntutan  jaman.
Hal tersebut sesuai dengan 4 target utama pembangunan pertanian 2010 – 2014, yaitu : (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan: (2) Peningkatan diversifikasi pangan; (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor ; dan (4) Peningkatan kesejahteraan Petani (lihat deptan.go.id, 2013). Perlu adanya kerjasama yang baik antara petani dengan menteri pertanian terkait dengan proses pencapaian target-target tersebut, agar berjalan seperti apa yang diharapkan. Kebijakan Kementerian Pertanian dicerminkan pada  visinya untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Semoga saja visi yang sudah direncanakan tersebut akan dilaksanakan dengan baik dan secara bertanggung jawab oleh mereka yang membuatnya.
Keberhasilan pertanian akan berdampak banyak pada keberhasilan pembangunan, karena sejak dulu pertanian sudah memberikan banyak lapangan pekerjaan untuk para petani, meskipun saat ini semakin mengalami penurunan seiring berjalannya waktu karena beberapa faktor tertentu yang tidak bisa dipaparkan secara gamblang dalam tulisan saya ini. Tetapi saya yakin pertanian Indonesia akan maju dan mampu bersaing dengan pasar internasional jika diimbangi dengan keterampilan dan teknologi yang sedang berkembang.

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang saya tulis diatas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak tugas petani dan pemerintah terutama menteri pertanian untuk lebih memajukan pertanian Indonesia, baik dari segi keterampilan, kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Keberhasilan pertanian tidak hanya memberikan dampak positif untuk petani, tetapi juga untuk pembangunan negara kita. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh menteri pertanian terkait dengan kesejahteraan petani, harus mempertimbangkan segala aspek. Agar ketika pelaksanaannya tidak ada kesalahan atau justru membuat petani semakin terpuruk.
Visi misi sebaik dan seindah apapun akan menjadi percuma jika hanya sekadar menjadi aturan semata dan hanya berupa hitam diatas putih. Artinya, suatu peraturan atau kebijakan harus benar-benar dilaksanakan dan tidak terlupakan agar dapat terealisasi sesuai visi yang diharapkan oleh kita semua. Keberhasilan pertanian akan memberikan sumbangsih yang besar bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan petani yang selama ini sudah menjadi masalah yang kompleks.

Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta:Kompas
Nainggolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Nanti. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Referensi Media Massa
Administrator.(2013). “5 Masalah yang Membelit Pertanian di Indonesia“. Diunduh dari http://langkatkab.bps.go.id/berita-143-5-masalah-yang-membelit-pertanian-di-indonesia.html. Pada 4 November 2013
Deptan. (2013) “Empat Target Utama Pembangunan Pertanian 2010 – 2014”. Diunduh dari http://www.deptan.go.id/tampil.php?page=program. Pada 5 November 2013
Harwanto Bimo Pratomo. (2012). “Kontribusi sektor pertanian minim”.Diambil dari http://splashurl.com/mgyeeop Pada 3 november 2013
Kindervatter (1979: 62)
Kompas.(2103). “Kebijakan Kementerian Pertanian Terkait Produk Rekayasa Genetik (PRG). Diunduh dari http://splashurl.com/n7tvq3t php?id=25. Pada 5 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar