Oleh Nani Maryani
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang
Abstrak
Pertanian merupakan pekerjaan mayoritas masyarakat
Indonesia, banyak sekali masyarakat yang mengantungkan hidupnya dari bertani.
Karena Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil alam, kondisi
tanah dan musim yang sangat cocok dengan
pertanian. Dengan demikian, pastilah seharusnya pertanian Indonesia sangat
berkembang dan berpengaruh besar terhadap perekonomian bangsa. Namun apa yang
terjadi? Kondisi pertanian Indonesia justru kian memburuk dari tahun ke tahun. Para petani pun banyak sekali yang perekonomiannya masih dibawah kata sejahtera.
Pernyataan ini bisa kita lihat pada angka sementara hasil pencacahan Lengkap
Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia
mengalami penurunan sebanyak 5,04 juta rumah tangga dari 31,17 juta rumah
tangga pada tahun 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga pada tahun 2013, yang
berarti rata-rata penurunan sebesar 1,75 persen per tahun. Dalam artikel ini
saya akan memjelaskan beberapa hal yang menyebabkan pertanian Indonesia merosot,
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta apa saja peran pemerintah dalam
menangani hal tersebut. Karena selama ini kebijakan yang dicanangkan pemerintah
belum memberikan solusi yang baik untuk para petani.
Kata kunci : pertanian, agraris, sensus pertanian, kebijakan pemerintah, sejahtera.
Pendahuluan
Pembahasan
mengenai pertanian memang tidak pernah ada habisnya. Mulai dari hasil pertanian
yang kurang maksimal, peraturan pasar yang tidak menguntungkan petani, sampai
kondisi para petani yang jauh dari kata sejahtera. Terkadang saya juga bingung
dengan masalah pertanian di Indonesia. Negara agraris yang kaya akan hasil
alam, kondisi tanah dan musim yang
sangat cocok dengan pertanian, namun tidak
pernah menjadikan Indonesia terangkat namanya di kancah internasional,
bahkan untuk mencukupi sumber pangan di negara sendiri pun bisa dikatakan masih
jauh dari harapan. Pertumbuhan sektor pertanian dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir pun mengalami perlambatan (Menkeu, 29/05/2012 dalam www.merdeka.com, 2012). Untuk
itu kita harus berusaha agar pertanain Indonesia dapat segera bangkit dari
keterpurukan. Karena kemajuan pertanian tidak hanya berdampak pada Negara,
tetapi juga akan berdampak langsung pada para petani itu sendiri. Saat
pertanian Indonesia mampu menguasai pasar, otomatis para petani pun akan
sejahtera.
Banyak hal yang
mempengaruhi perekonomian Indonesia, namun kali ini bahasan yang saya buat
lebih terfokus pada bidang pertanian, sebuah pekerjaan masyarakat Indonesia
yang tidak bisa dihilangkan atau digantikan karena perannya yang sangat besar
terhadap kehidupan. Peran inilah yang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah,
karena menyangkut masyarakat Indonesia yang begitu banyak.
Saat ini yang
saya lihat di lingkungan tempat saya tinggal, masyarakatnya mulai meninggalkan
pekerjaan bertani, hanya ada beberapa orang saja yang masih bertahan menjadi
seorang petani, sedangkan sisanya masih tetap bertahan, itupun hanya dijadikan
pekerjaan sampingan. Saya tidak tahu betul apa penyebabnya. Namun menurut
informasi yang saya tahu, mereka tidak lagi bertani karena penghasilannya yang
sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak tentu hasilnya,
sedangkan kebutuhan sehari-hari kian meningkat. Itu sudah jelas terlihat bahwa
pertanian Indonesia belum mampu memberikan kebahagiaan untuk para petaninya.
Meski pada
awalnya bertani hanya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi bahan
pangan negara, namun seiring dengan berjalannya waktu dan semakin kompleknya
tuntutan jaman, maka pada saat ini bertani merupakan sebuah pekerjaan yang
sangat diandalkan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia terutama mereka yang
masih berada di pedesaan dan tidak mendapatkan banyak pengaruh dari modernisasi
globalisasi (lihat Analisis Ekonomi
Pertanian Indonesia, 2004)
Selama ini
masyarakat kita menganggap bertani merupakan pekerjaan yang tidak begitu
bernilai, mereka selalu beranggapan bahwa kehidupan petani pasti kurang dari
kata sejahtera. Padahal jika kita mampu memanfaatkan dengan baik dan menguasai
segala teknik dalam hal bertani, mereka pasti akan berubah pikiran dan kembali
menjadi seorang petani. Karena sebenarnya pertanian Indonesia merupakan
pekerjaan besar yang mampu memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat dan negara.
Namun sudah kita ketahui bersama bahwa pertanian di Indonesia hanya mengalami
sedikit kemajuan, mungkin statis, atau bahkan semakin memburuk. Banyak hal yang
mempengaruhi, salah satu yang paling utama adalah kemampuan atau keterampilan
para petani itu sendiri. Ketika mereka mampu menguasai cara bertani yang baik,
maka hasil panen pun akan baik yang pada akhirnya akan menjadi penghasilan yang
besar bagi para petani dan negara.
Lalu apa peran
pemerintah untuk mengatasi masalah ini? Meski sudah banyak peraturan atau
kebijakan yang dikeluarkan, namun tidak begitu memberikan banyak solusi. Bagaimana
para petani mampu mengimpor hasil pertaniannya jika kebutuhan masyarakat di negaranya
saja tidak mampu mereka penuhi dengan baik? Bagaimana mereka bangga menjadi
petani jika pekerjaan yang mereka lakukan selama ini tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan keluaga hanya karena peraturan pasar yang tidak memihak
pada mereka? Banyak PR yang harus kita - terutama pemerintah pikirkan akan
masalah tersebut.
Keahlian Para Petani Perlu Ditingkatkan
Pertanian tidak akan berjalan tanpa ada
yang mengerjakan atau menjalankan, yaitu petani. Mereka adalah orang-orang yang
menurut saya bisa dikatakan sebagai ayah negara. Mengapa demikian? Karena tanpa
mereka, masyarakat Indonesia tidak akan memperoleh bahan pangan. Selama ini banyak
yang tidak menyadari hal tersebut. Sebagian besar masyarakat menganggap rendah
pekerjaan yang padahal sangat dibutuhkan oleh negara kita, bahkan di semua negara.
Namun banyak sekali hambatan yang
membuat pertanian Indonesia belum berjalan maksimal dan belum memberikan kontribusi
yang berarti kepada negara terutama kepada para petaninya. Hal paling
mempengaruhi adalah dari faktor keahlian para petani. Petani Indonesia sebagian
besar hanya belajar secara otodidak atau dari keturunan “katanya”, tanpa mereka
tahu seluk beluk pertanian. Meskipun sebenarnya tanpa pendidikan formal pun
mereka bisa mejadi petani. Namun setidaknya mereka harus tahu teori tentang
pertanian dan tidak bersikap tertutup terhadap perkembangan teknologi.
Dalam
meningkatkan keterampilan para petani, perlu adanya upaya pelatihan terhadap
mereka. Setidaknya agar mereka mampu menghadapi tuntutan maupun perubahan
lingkungan sekitarnya. Dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki, mereka mampu
mengubah atau mengevaluasi kesalahan yang sering membuat gagal pertanian, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian yang mereka
kelola. Dengan keterampilan yang ada, mereka lebih bersikap kritis terhadap
kondisi ligkungan dan berani mencoba hal yang baru, artinya mereka berusaha
untuk tidak terkutat pada lembah
kemiskinan, dan mampu memberikan sumbangsi kepada negara.
Namun pelatihan
tidak akan berjalan jika petani belum menyadari perlunya mengembangkan potensi
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan hidupnya, untuk itu
tugas pemerintah selain melakukan pelatihan adalah harus melakukan kegiatan
pemberdayaan untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan
kemampuan individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi
dan memikirkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Hasilnya diharapkan dapat
membuat para petani bersikap kritis terhadap kondisi yang mereka hadapi dan
dapat berpartisipasi aktif dalam perbaikan pertanian Indonesia. Sehingga
kuncinya adalah membangun partisipasi. Pernyataan ini sejalan dengan ungkapan
Kindervatter (1979: 62), yang mengemukakan :
“People
gaining an understanding of and control over social, economic,and/or political
forces in order to improve their standing in society”.
Bahwa pemberdayaan
adalah dicapainya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengontrol
kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atau politik yang mungkin diperankannya
sehingga dapat memperbaiki kedudukannya (status) dan peranannya (role)
dalam masyarakat. Keinginan yang kuat untuk sejahtera seharusnya membuat
petani berfikir tentang bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
pertanian mereka agar sesuai dengan yang diharapkan.
Aspek yang Mempengaruhi Lemahnya Pertanian Indonesia
Indonesia adalah
Negara agraris dengan wilayah pertanian yang cukup besar dan tanah yang subur,
juga kondisi iklim yang sesuai untuk ditanami. Namun semua hal pendukung
tersebut tidak menjamin Indonesia untuk menjadi Negara yang maju. Masih banyak kekurangan
yang harus dibenahi. Berikut akan dijelaskan hal apa saja yang menyebabkan
pertanian kita memburuk.
Pertama, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan
pertanian. Kualitas lahan pertanian semakin menurun seiring dengan penggunaan
bahan kimia an-organik yang berlebihan (lihat www.langkatkab.bps.go.id, 2013). Alih-alih ingin meningkatkan jumlah produksi malah
menjadikan kondisi lahan menjadi kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian.
Maka tidak heran jika hasil pertanian kini semakin menurun, mereka tidak
memahami dampak panjang yang akan ditimbulkan dari tindakan yang mereka pikir
akan menjadi solusi yang baik. Luas lahan juga semakin tahun kian menyempit
atau berkurang.Peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan tidak produktif
juga menjadi penyebab berkurangnya lahan. Banyak lahan yang kini dijadikan
rumah, entah untuk keluarga sendiri atau oleh para konglomerat yang membeli
lahan mereka untuk kepentingan bisnisnya. Dari situ timbul pertanyaan, bagaimana
petani akan menggarap sawah jika lahannya saja semakin sempit? Otomatis akan
banyak petani yang bekerja pada lahan milik orang lain. Semakin banyak petani
yang bekerja pada lahan yang sama, semakin sedikit pula upah yang akan mereka peroleh,
karena harus dibagi rata dengan para petani lainnya yang juga mengharapkan
sebuah kesejahteraan.
Kedua, terbatasnya
aspek ketersediaan infrastruktur penunjang. Ketersediaan infrastruktur yang
memadai akan memberikan manfaat yang banyak untuk proses pertanian, misalnya
irigasi dan waduk. Namun pembangunan dan pengembangan waduk masih minim. Pasalnya,
dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11
persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal
dari non-waduk. Revitalisasi waduk seharusnya menjadi prioritas karena tidak
hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi
nasional (lihat langkatkab.bps.go.id, 2013).
Tanggungjawab para petani dan pemangku kepentingan pun seharusnya menjadi peran
yang harus dijalani. Tidak hanya menuntut pemerintah untuk menyediakan
fasilitasnya saja, tetapi harus memaksimalkannya juga.
Selain
infrastruktur penunjang, akses layanan pun sangat diperlukan. Sebagian besar
petani tidak memiliki modal yang besar untuk menunjang keberhasilan
pertaniannya, sehingga produktifitasnya masih rendah. Mengingat rendahnya modal
dan aksesibilitas yang ada, seharusnya pemerintah berusaha untuk memberikan
layanan yang baik bagi para petani. Karena sejatinya negara yang baik adalah negara
yang melindungi dan memberikan pelayanan yang baik untuk rakyatnya. Ketika
rakyat dalam suatu negara sejahtera, maka bisa dikatakan negara yang yang
bersangkutan sudah menjadi negara yang ideal.
Ketiga, adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Persaingan
pasar tidak hanya terjadi di satu benua, tetapi sampai ke tingkat dunia. Negara
yang baik akan menggunakan teknologi
yang baik pula untuk menunjang proses pertaniannya. Kualitas, kuantitas, dan
efisiensi produksi menjadi pertimbangan yang besar untuk menentukan
keberhasilan pertanian.Perkembangan teknologi akan menjadi sebuah jalan yang
baik dan memberikan dampak yang positif jika kita mampu mengikutinya. Namun
karena karakteristik antara teknologi dengan kondisi lahan tidak semuanya
sesuai, maka kita juga harus pintar memilah dan menggunakan teknologi apa saja
yang benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan (lihat langkatkab.bps.go.id,
2013).
Negara kita adalah negara agraris yang kaya akan hasil alam,
coba kalian bayangkan jika pertanian indonesia sudah menggunakan teknologi yang
canggih serta didukung dengan infrastruktur yang memadai, bisa dipastikan
pertanian Indonesia akan menjadi maju, dan harapan para petani untuk sejahtera
akan tercapai. Namun kemajuan teknologi juga dapat memberikan dampak negatif. Mengapa?
Karena semakin banyak orang yang menggunakan teknologi untuk mengelola
pertanian, maka semakin sedikit tenaga manusia yang dibutuhkan. Ini berarti
bahwa penggunaan teknologi akan menyebabkan pengangguran masyarakat. Lalu apa
yang harus dilakukan? Menggunakan teknologi atau tidak? Itu adalah hal yang perlu
dipertimbangkan secara matang mengingat adanya dampak positif dan negatif dari
semua yang kita lakukan.
Di negara maju,
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam segala bidang.Perkembangan tersebut memang sudah seharusnya diikuti oleh
kita dalam segala bidang mengingat perubahan kebutuhan hidup yang semakin
cepat. Inovasi baru atau perubahan teknologi umumnya mampu menigkatkan produksi
dan produktifitasnya. Dalam bidang pertanian, negara maju akan menggunakan
teknologi yang sedang berkembang, sehingga mereka mampu bersaing dengan negara
lain karena teknologi yang mereka pakai memberikan kemudahan proses produksi,
kualitas, kuantitas dan efisiensi waktu. Namun berbeda halnya dengan pertanian
indonesia, para petani kita belum menguasai teknologi yang sedang berkembang.
Kondisi bisa disebabkan karena kurangnya dukungan dari pemerintah dan kurangnya
dana untuk membantu para petani dalam kemajuan teknologi menjadi kendala yang
berarti. Petani tidak akan mengubah cara bertani yang digunakan jika tidak
mendapat dukungan penuh dari pemerintah, mungkin hanya segelintir orang saja
yang mampu mengikuti perkembangan jaman, yaitu mereka yang memiliki modal yang
cukup, bukan para petani yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan.
Keempat, masih
panjangnya mata rantai tata niaga pertanian. Panjangnya mata rantai pertanian
ini membuat petani tidak mendapatkan harga yang baik. Para pedagang telah
mengambil untung lebih banyak sehingga petani tidak mampu mematok harga yang
tinggi (lihat langkatkab.bps.go.id, 2013).
Dalam hal ini petani memang dalam kondisi serba salah. Disatu sisi petani ingin
mensejahterakan keluarganya, tetapi disisi lain mereka juga harus memberikan
ketersediaan pangan bagi masyarakat luas. Tuntutan semacam ini akan menjadi
krisis jika tidak diimbangi dengan keterampilan petani dalam memainkan kongsi
pasar. Lembaga pemasaran yang ada diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh para petani, agar mereka bisa melakukan pemasaran hasil pertanian dengan
efisien dan efektif tetapi tetap mendatangkankeuntungan yang memberikan
kepuasan bagi petani. Pada dasarnya ketika petani sudah tidak lagi berproduksi,
masyarakat akan merasakan sebuah kesulitan dimana mereka harus makan
selain bahan pangan pokok yang biasa
mereka makan setiap harinya.
Kebijakan pemerintah yang dulu pernah dicanangkan, dikatakan
petani lebih menguntungkan konsumen dan sektor industri ketimbang para petani
itu sendiri, harus segera diperbaiki dan jangan sampai terulang kembali. Pemerintah
memang sudah membuat kebijakan sedemikian rupa untuk kebaikan bersama, namun
jika dilihat dari segi petani kebijakan tersebut sangat tidak menguntungkan.
Lalu kebijakan seperti apa yang harus dibuat? Itu semua PR besar untuk
pemerintah terutama menteri pertanian.
Peran Pemerintah
Jumlah dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat
merupakan prioritas utama dalam mengembangkan pertanian di Indonesia (lihat deptan.go.id, 2013). Tahapan-tahapan dan hal-hal kecil yang
mempengaruhi pertanian harus dipikirkan secara mendalam agar mendapat manfaat
yang maksimal. Meskipun para petani sudah mampu menjalankan pertanian dengan
baik dan mampu memperbaiki kesalahan yang pernah mereka hadapi, namun tanpa
adanya dukungan dari pemerintah mereka tidak akan bekerja secara maksimal.
Banyak peran pemerintah untuk menangani masalah pertanian di Indonesia agar
segera terlepas dari ketidakberdayaan selama ini. Menjadikan masyarakat Indonesia
sejahtera dan memberikan bahan pangan yang cukup untuk negara.
Sudah banyak peraturan pemerintah yang bertujuan untuk
mengatur masalah pertanian, namun peraturan tersebut dinilai tidak memihak para
petani, peraturan pemerintah lebih memihak pada konsumen (lihat Pertanian Indonesia Kini dan Nanti, 2005). Petani diharuskan menyediakan bahan pangan untuk masyarakat
dan sektor industri, namun harga yang dipatok tidak sesuai dengan apa yang telah
petani lakukan. Artinya peraturan pemerintah tersebut belum mampu
mensejahterakan para petani, dan justru lebih
memihak konsumen dan industri. Lalu apa yang harus pemerintah lakukan? Harusnya
mereka bisa mengevaluasi kebijakan-kebijakan lama yang sudah terealisasi namun
belum memberikan manfaat dan tidak berdampak baik pada pertanian.
Saat ini pemerintah berencana menjalankan beberapa
program kegiatan seperti penyuluhan dan penerapan langsung di area tanam,
peningkatan kapasitas sarana serta prasarana pertanian terutama kapasitas waduk
dan jaringan irigasi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang ada
(Menkeu, 29/05/2012 dalam www.merdeka.com,
2012). Rencana tersebut akan menjadi awal yang baik jika dikerjakan dengan
serius, tidak hanya berupa tulisan, gagasan, atau angan-angan semata. Penyuluhan
dan penerapan langsung sepeti itu akan memberikan banyak manfaat untuk petani. Penerapan
langsung di area tanam, masyarakat akan melihat secara langsung praktik bertani
yang diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kualitas pertanian. Apalagi jika
diimbangi dengan sarana prasarana pertanian, karena selama ini mayoritas petani
Indonesia masih menggunakan metode lama dan alat-alatnya pun bisa dikatakan
masih jadul. Realisasi perencanaan ini diharapkan dapat membuat petani mampu
mengikuti perkembangan dan tuntutan
jaman.
Hal tersebut sesuai dengan 4 target utama pembangunan pertanian 2010 –
2014, yaitu : (1) Pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan: (2) Peningkatan diversifikasi pangan; (3) Peningkatan nilai
tambah, daya saing dan ekspor ; dan (4) Peningkatan kesejahteraan Petani (lihat
deptan.go.id, 2013). Perlu adanya
kerjasama yang baik antara petani dengan menteri pertanian terkait dengan
proses pencapaian target-target tersebut, agar berjalan seperti apa yang
diharapkan. Kebijakan Kementerian Pertanian dicerminkan pada visinya
untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya
saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Semoga saja visi yang sudah
direncanakan tersebut akan dilaksanakan dengan baik dan secara bertanggung
jawab oleh mereka yang membuatnya.
Keberhasilan
pertanian akan berdampak banyak pada keberhasilan pembangunan, karena sejak
dulu pertanian sudah memberikan banyak lapangan pekerjaan untuk para petani,
meskipun saat ini semakin mengalami penurunan seiring berjalannya waktu karena
beberapa faktor tertentu yang tidak bisa dipaparkan secara gamblang dalam
tulisan saya ini. Tetapi saya yakin pertanian Indonesia akan maju dan mampu
bersaing dengan pasar internasional jika diimbangi dengan keterampilan dan
teknologi yang sedang berkembang.
Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan yang saya tulis diatas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak tugas
petani dan pemerintah terutama menteri pertanian untuk lebih memajukan
pertanian Indonesia, baik dari segi keterampilan, kualitas dan kuantitas produk
yang dihasilkan. Keberhasilan pertanian tidak hanya memberikan dampak positif
untuk petani, tetapi juga untuk pembangunan negara kita. Kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh menteri pertanian terkait dengan kesejahteraan petani,
harus mempertimbangkan segala aspek. Agar ketika pelaksanaannya tidak ada
kesalahan atau justru membuat petani semakin terpuruk.
Visi misi sebaik
dan seindah apapun akan menjadi percuma jika hanya sekadar menjadi aturan
semata dan hanya berupa hitam diatas putih. Artinya, suatu peraturan atau
kebijakan harus benar-benar dilaksanakan dan tidak terlupakan agar dapat
terealisasi sesuai visi yang diharapkan oleh kita semua. Keberhasilan pertanian
akan memberikan sumbangsih yang besar bagi pembangunan nasional dan
kesejahteraan petani yang selama ini sudah menjadi masalah yang kompleks.
Daftar Pustaka
Arifin,
Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi
Pertanian Indonesia. Jakarta:Kompas
Nainggolan,
Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan
Nanti. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Referensi Media Massa
Administrator.(2013). “5
Masalah yang Membelit Pertanian di Indonesia“. Diunduh dari http://langkatkab.bps.go.id/berita-143-5-masalah-yang-membelit-pertanian-di-indonesia.html. Pada 4 November 2013
Deptan. (2013) “Empat Target Utama Pembangunan Pertanian 2010 – 2014”. Diunduh dari http://www.deptan.go.id/tampil.php?page=program. Pada 5 November 2013
Harwanto
Bimo Pratomo. (2012). “Kontribusi sektor pertanian minim”.Diambil dari http://splashurl.com/mgyeeop
Pada 3 november 2013
Kindervatter
(1979: 62)
Kompas.(2103). “Kebijakan
Kementerian Pertanian Terkait Produk Rekayasa Genetik (PRG). Diunduh dari http://splashurl.com/n7tvq3t php?id=25. Pada 5 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar