MENCERMATI
PERUBAHAN DAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
Oleh
Tina Rosiana
Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
abstrak
Kurikulum adalah rangkaian pengalaman pendidikan
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan dari suatu sekolah
untuk muridnya agar mampu berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah
tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan – tujuan pendidikan. Namun
beberapa tahun terakhir di indonesia sering terjadi pergantian kurikulum,
pergantian kurikulum ini tidak lain adalah untuk meningkatkan proses
pembelajaran serta rancangan pembelajaran di sekolah. Perkembangan kurikulum
yang baik diharapkan akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang
berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara. Dalam perubahan terakhir dari
kurikulum yaitu kurikulum baru 2013 guru dituntut untuk lebih aktif dan benar –
benar dapat menunjukkan kompetensi yang dimilikinya lebih nyata secara
aplikatif. Karena kurikulum 2013 menekankan pada kemampuan guru
mengimplementasikan proses pembelajaran secara optimal (otentik, menantang dan
bermakna) daripada urusan-urusan yang bersifat administrasi yang rumusannya
antara seorang guru dengan guru belum tentu benar dan sesuai. Metodelogi
pembelajaran dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat membentuk kompetensi yang
memiliki kemampuan berfikir dan tindak yang produktif dan aktif.
Kata kunci: guru; implikasi; kurikulum; pendidikan;
metodelogi pembelajaran
1.
Pendahuluan
Perubahan
kurikulum menunjukkan bagaimana sebuah dunia pendidikan itu dinamis, apabila
dunia pendidikan tidak menginginkan terjebak dalam suatu perubahan. Semangat
perubahan yang harus kita kobarkan, untuk menuju suatu perubahan dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Semua berharap perubahan kurikulum 2013 tidak hanya
perampingan dari materi ajar, tetapi harus mampu menjawab semua tantangan dari
kurikulum sebelumnya.
Sejak dikeluarkannya peraturan oleh
Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006, semua
standar isi yang diimplementasikan dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) pencapain kompetensi peserta didik semakin tidak jelas dan
terarah. Banyaknya kompetensi guru di berbagai daerah dan wilayah membuat
implementasi dari kurikulum 2006 (KTSP) sangat rentan terhadap banyak pendapat,
sehingga mutu kompetensi peserta didik sulit untuk terstandarisasi. Dengan
diserahkannya penyusunan dan pengembangan kurikulum kepada satuan pendidikan, copy – paste kurikulum baik silabus atau
RPP menjadi “budaya” baru di kalangan guru dan kepala sekolah. Akibatnya,
potensi local genius yang seharusnya muncul seiring dengan diterapkannya
kurikulum 2006 (KTSP) justru “hilang” karena menggunakan kurikulum sekolah atau
daerah lain tanpa melalui proses adaptasi. Jika keadaan ini terus dipaksakan,
lalu bagaimana dengan mutu pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia?
Akibatnya semua semakin ragukan karena para lulusan lahir dari dunia pendidikan
yang miskin kompetensi, ilmu dan gagap budaya.
Dalam
kurikulum 2013, guru merupakan sebuah “tokoh utama” dalam dalam implementasi
kurikulum harus benar – benar disiapkan jauh sebelum kurikulum 2013 diputuskan
untuk dilaksanakan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semua guru harus di
berdayakan dan dituntut harus paham tentang substansi kurikulum dan
pengimplementasiannya dalam proses pembelajara. Pengalaman membuktikan sikap
tidak peduli terhadap pemberdayaan guru berdampak sangat serius terhadap dunia
pendidikan di Indonesia. Jika pengalaman buruk ini terulang, bukan tidak
mungkin kurikulum 2013 ini akan mengalami nasib yang sama yaitu mengalami
stagnasi untuk kemudian terpuruk ditengah dinamika peradaban dunia.
Konsep kurikulum 2013 sangatlah ideal
untuk mampu menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi
juga cerdas emosional, sosial dan spiritualnya. Hal ini terlihat dari
pengintegrasian nilai – nilai karakter kedalam proses pembelajaran bukan hanya
sebuah tulisan dalam rencana kurikulum seperti kurikulum sebelumnya. Pendekatan
pembelajaran mengajak peserta didik untuk menambah pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman belajar yang didapatkan di kelas, lingkungan sekolah dan masyarakat
juga dapat mendekatkan peserta didik pada kultur masyarakat dan bangsanya yang
tepat ditetepkan ketika dunia pendidikan di Indonesia tengah mengalami “gagap
budaya”.
2.
Kurikulum
2013
Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan
kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Sanjaya, 2008:4). Pandangan
kurikulum sebagai mata pelajaran dianggap sebagai pandangan tradisional, karena
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah terjadi pergeseran
fungsi sekolah. Sekolah mempunyai beban yang semakin kompleks yang tidak hanya
membekali siswa dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Sekolah dituntut
mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta memenuhi
dunia pekerjaan.
Kurikulum sebagai perencanaan belajar dikemukakan oleh Taba (dalam
Sanjaya, 2008:8). Kurikulum adalah suatu rencana untuk belajar, sehingga apa
yang diketahui tentang proses belajar dan pengembangan individu mengacu pada
sebuah bentuk kurikulum. Kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang
petunjuk belajar dan hasil yang diharapkan.
Pengertian ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.. Batasan ini memperlihatkan bahwa
kurikulum terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai rencana dan pengaturan tujuan,
isi dan cara pelaksanaan rencana itu. Kurikulum sebagai rencana digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru. Kurikulum
sebagai pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaanya digunakan sebagai upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran
konservatif, kreatif, serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya, 2008). Peran konservatif
kurikulum berkaitan dengan peran dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan yang mewarisi nilai-nilai dan budaya masyarakat. Peran
kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.
Peran kreatif kurikulum karena sekolah sesuai tuntutan perkembangan zaman
memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru dan inovatif. Hal
tersebut karena masyarakat tidak statis tetapi dinamis yang mengalami
perubahan. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai perkembangan
dan kebutuhan masyarakat yang cepat. Peran kreatifnya, kurikulum harus
mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa mengembangkan potensi
yang dimiliki serta dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang selalu
bergerak dan berubah. Peran kritis dan evaluatif dari kurikulum didasarkan
pandangan bahwa tidak semua nilai dan budaya baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman harus dimiliki setiap anak didik. Tidak semua budaya dan
nilai-nilai lama yang dipertahankan. Dengan demikian kurikulum berperan
menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang bermanfaat untuk kehidupan
anak didik.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (outcomes-based
curriculum) oleh karena itu pengembangannya dirumuskan dalam Standar Kompetensi
Lulusan. Dalam konstruk dan isinya Kurikulum 2013 mementingkan terselenggaranya
proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Proses belajar yang dilakukan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
Struktur Kurikulum terdiri dari : Kompetensi Inti yaitu: (1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti
sikap spiritual; (2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
(3) Kompetensi
Inti-3(KI-3) untuk kompetensi pengetahuan; dan (4) Kompetensi Inti-4(KI-4)
untuk kompetensi ketrampilan.
Pengembangan kurikulum 2013 harus dilakukan karena adanya tantangan
yang harus dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal. Untuk menghadapi
tuntutan perkembangan zaman dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir
dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. (lihat kompas, 3/8/2013)
Arief Rachman mengatakan ada 4
perbedaan penekanan pesan antara kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya,
yaitu: (1) ada kurikulum sebelumnya, pemisahan antara mata pelajaran pembentuk
sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan (fokus pada kognitif), sedangkan pada
kurikulum 2013 semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(fokus pada afektif/ karakter); (2) Kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran (parsial pada KTSP),
sedangkan pada kurikulum 2013 matpel diturunkan dari kompetensi yang ingin
dicapai (holistik antar mata pelajaran);
(3) Pada KTSP terjadi individual teacher, dan pada kurikulum 2013 terjadi team teaching;
(4) Evaluasi bersifat kuantitatif
pada KTSP, sedangkan pada kurikulum 2013 evaluasi (proses) bersifat kuantitatif dan kualitatif. (lebih
jelasnya lihat edukasi kompasiana 20/9/2013).
Pengembangan
kurikulum 2013 untuk meningkatkan capaian pendidikan dilakukan dengan
dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan
pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektivitas
pembelajaran dicapai melalui tiga tahapan yaitu efektivitas interaksi,
efektivitas pemahaman, dan efektivitas penyerapan. (1) Efektivitas Interaksi
akan terwujud dengan adanya harmonisasi iklim atau atmosfir akademik dan budaya
sekolah . Iklim atau atmosfir akademik dan budaya sekolah sangat kental
dipengaruhi oleh manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah beserta
jajarannya. Efektivitas Interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan manajemen
dan kepemimpinan pada satuan pendidikan. Tantangan saat ini adalah sering
dijumpai pergantian manajemen dan kepemimpinan sekolah secara cepat sebagai
efek adanya otonomi pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh politik daerah;
(2) Efektivitas pemahaman menjadi bagian penting dalam pencapaian efektivitas
pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat tercapai apabila pembelajaran yang
mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi (menyimak, mengamati,
membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan
mengomunikasikan. Oleh karena itu penilaian berdasarkan proses dan hasil
pekerjaan serta kemampuan menilai sendiri;
(3) Efektivitas penyerapan dapat tercipta ketika adanya kesinambungan
pembelajaran secara horisontal dan vertikal.
Struktur kurikulum 2013 menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten
dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur
kurikulum juga merupakan suatu gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum tentang posisi
seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu
satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide
kurikulum mengenai posisi belajar
seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran
yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa
untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah
mata pelajaran dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan.
3.
Peran
Guru dalam Implementasi
Kurikulum 2013
Kunci keberhasilan
suatu pendidikan terletak pada kualitas guru dan profesionalisme guru, meskipun
sekarang teknologi sudah canggih dan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
dunia pendidikan. Guru tidak boleh berubah dalam fungsinya sebagai transformer
ilmu bagi peserta didik yang membimbing peserta didiknya didalam proses
pencarian kebenaran yang berbasis pada ilmu pengetahuan, karena seorang guru
adalah contoh bagi para peserta didiknya di dalam karakter dan tindakan.
Peranan guru sangat menentukan pendidikan di Indonesia.
Guru harus mampu memberikan penekanan yang berbeda dari kurikulum sebelumnya,
yang berfokus pada karakter dan sikap peserta didik dan menjadi guru yang kuat
dengan jiwa kepemimpinan yang kuat pula. Hal yang terpenting adalah guru mampu untuk bekerjasama dengan guru lainnya
sehingga mampu melahirkan pembelajaran yang mengundang siswa untuk aktif.
Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan
sebagai penerus dan pencapai ilmu. Dalam konsep teknologi pendidikan guru
adalah pelatih kemampuan yang dimiliki peserta didiknya. Dalam konsep
interaksional guru berperan sebagai mitra belajar. Sedangkan dalam konsep
pendidikan pribadi guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan
pembimbing para peserta didiknya. Namun dalam praktik pendidikan di Indonesia
jarang sekali ditemukan satu konsep pendidikan secara utuh, umumnya mencampurkan
dua, tiga bahkan empat-empatnya. Dalam konsep pendidikan tidak lagi dipandang
sebagai model yang ekslusif, tetapi merupakan perpaduan antara satu dengan yang
lain yang saling berhubungan.
4.
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Keterkaitan
suatu kurikulum dengan pembelajaran dibagi dalam beberapa model (Oliva dalam Sanjaya,
2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model berkaitan (the
interlocking model), model konsentris (the concentric model), dan
model siklus (the ciclical model). Model dualistik memandang bahwa antara
kurikulum dan pembelajaran sebagai sesuatu yang terpisah. Kurikulum yang
seharusnya sebagai input dan pedoman menata pembelajaran, serta pembelajaran
yang seharusnya sebagai balikan dalam proses penyempurnaan tidak tampak. Model
berkaitan memandang antara kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem yang
memiliki hubungan. Antara kurikulum dan pembelajaran ada bagian-bagian yang
berpadu atau berkaitan. Model konsentris memandang bahwa kurikulum dan
pembelajaran memiliki hubungan dengan kemungkinan salah satu bagian dari yang
lainnya. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan pembelajaran sebagai
sesuatu yang saling pengaruh dan memiliki hubungan timbal balik. Kurikulum
menjadi dasar dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran
dapat mempengaruhi keputusan untuk kurikulum sendiri.
Dalam usaha menciptakan sistem perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembelajaran yang baik terjadi proses panjang
dalam beberapa jenjang berdasarkan perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
yang setiap jenjangnya memiliki proses sesuai perkembangan dan kebutuhan
peserta didik, sehingga hal ini dapat meminimalkan ketidakseimbangan antara
input dan pemrosesan. Sebagai akibatnya tujuan pendidikan akan terbagi – bagi
menjadi tujuan antara, yang pada dasarnya merupakan sebuah rancangan yang
dirancang berdasarkan tujuan pendidikan itu sendiri.
Dalam teori manajemen, sistem perencanaan yang
baik dalam kurikulum 2013 harus mencakup empat hal. Pertama, hasil akhir yang
harus dicapai oleh peserta didik (output),
dan dirumuskan sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan materi yang harus
diajarkan kepada peserta didik dan diajarkan oleh peserta didik (input) dalam usaha membentuk lulusan
yang diinginkan. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk metodelogi
pembelajaransebagai bagian dari standar proses) supaya semua kompetensi
terbentuk pada peserta didik. Keempat, penilaian dengan kesesuaian proses dan
ketercapaian tujuan pembelajaran seminimal mungkin untuk memastikan bahwa
masukan (input), proses, dan keluaran
(output) tersebut berjalan sesuai
dengan rencana.
Tanpa metodelogi pembelajaran yang baik dan jelas,
dunia pendidikan tidak akan terbentuk kompetensi yang diharapkan. Misalnya
dalam kurikulum 2013, kompetensi lulusan dalam bidang keterampilan SD
dirumuskan sebagai “memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan
kreatif” (lihat kompas 21/02/2013 dan 06/03/2013).
Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013
memiliki karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya.
Karena didalam kurikulumf 2013 menggunakan 14 prinsip yang perlu guru terapkan
kepada peserta didiknya, (1) dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu;
(2) dari guru sebagai satu – satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber; (3) dari pendekatan tekstual menuju proses penggunaan pendekatan
ilmiah; (4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi; (5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; (6) dari
pembeljaran yang menekankan jawaban tunggal mehuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi; (7) dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan
aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara hardskills dan softskills;
(9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai
pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajarn yang menerapkan nilai – nilai
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas siawa dalam
proses pembelajaran; (11) pembelajaran berlangsung di rumah, sekolah dan
masyarakat; (12) semua adalah guru, siapa saja adalah siswa dan dimana saja
adalah kelas; (13) pemanfaatan TIK untuk efisiensi dan efektifitas
pembelajaran; (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya siswa.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal berikut (BSNP,
2006), yaitu (1) peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, (2)
pengembangan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik, (3) keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan, (4) tuntutan pengembangan daerah dan nasional, (5) tuntutan dunia
kerja, (6) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (7) agama, (8)
dinamika perkembangan global, (9) persatuan dan nilai-nilai kebangsaan, (10)
kondisi sosial budaya masyarakat setempat, (11) kesetaraan jender, dan (12)
karakteristik satuan pendidikan. Acuan operasional pelaksanaan kurikulum 2013 ini
menunjukkan bahwa keterkaitan kurikulum dan pembelajaran juga mengikuti model
siklik. Keragaman agama, potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan,
karakteristik satuan pendidikan, kecerdasasan dan minat, tuntutan dunia kerja,
jender, serta perkembangan global mempengaruhi model dan strategi pembelajaran
yang dikembangkan masing-masing satuan pendidikan pada masing-masing daerah. (lebih lengkapnya lihat dokumen Standar Isi dari
pemerintah untuk tingkat pendidikan Dasar dan pendidikan Menengah 2006).
5.
Kesimpulan
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari terdahulu
yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh sebab itu secara umum konsep yang ada
pada kurikulum 2013 sebenarnya tidak semuanya merupakan hal-hal yang baru.
Artinya komponen –komponen yang ada pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
sebenarnya sebahagian masih tetap ada pada kurikulum 2013. Masalah paling utama
yang benar-benar harus dikuasai oleh guru adalah kemampuan dalam mengkemas dan
menyajikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh kurikulum 2013. Dengan kata lain prinsip utama yang paling
mendasar pada kurikulum 2013 adalah penekanan pada kemampuan guru
mengimplementasikan proses pembelajaran yang otentik, menantang dan bermakna
bagi peserta didik sehingga dengan demikian dapatlah berkembang potensi
peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tujuan pendidikan
nasional.
Dakir, H.
2004. Perencanaan Dan Pengembangana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
BSNP. (2006). Panduan
Penyusunan Kurikulum Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP,
Depdiknas
Sanjaya,
Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Permendiknas. (2006). No. 22, 23, dan 24 tentang pengaturan standar isi kurikulum
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional beserta penjelasannya. Jakarta: Depdiknas.
Referensi Media Massa
Anonim. 2013. Empat
belas prinsip pembelajaran kurikulum 2013. Diunduh dari (http://gurupembaharu/home/empat-belas-prinsip-pembelajaran-kurikulum-2013/)
pada 25 oktober.
Kompas. 2013. Kurikulum 2013
kompas, 3 agustus 2013.
Wijaya. 2013. Peran guru dalam kurikulum 2013. Diunduh
dari (http://wijayalabs.com/2013/09/20/peran-guru-dalam-pelaksanaan-kurikulum-2013/) pada 2 november 2013.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/20/apakah-peran-guru-dalam-pelaksanaan-kurikulum-2013-593602.html
Selamat siang, mba. Saya Mufidatunnufus mahasiswi UIN SMH Banten, mau minta izin kepada mbak. saya ingin mengutip sedikit dari jurnal ilmiah mengenai kurikulum 2013 yg mba post di blog milik mba. Karena saya sedang menggarap proposal skripsi dan butuh banyak referensi...terimakasih banyak sebelumnya atas ilmu yg telah dishare di akun blog mba..semoga tuhan membalas kebaikan mba :-)
BalasHapusKak, ini jurnalnya sudah diseminarkan blm? Ko blm ada vol. nya?
BalasHapus